Eksposisi Kitab Yudas #11

Posted on
Yudas 1:24-25
Pdt. Johanis P. Kamuri, M.Th., M.Hum.

Ketika kita memerhatikan apa yang dicatat di dalam Kitab Yudas, maka kita akan menemukan yang dibicarakan pertama kali adalah gereja dan kedua adalah mengenai Allah yang telah mengaruniakan begitu banyak kasih karunia-Nya bagi gereja.

Jika kita adalah gereja yang sejati, maka gereja seolah-olah didefinisikan oleh Yudas sebagai orang-orang yang menerima kasih karunia Allah. Kita adalah objek kasih Allah. Tetapi ada begitu banyak konsekuensi dosa dan kita dapat melihatnya di dalam penderitaan secara fisik dan penderitaan ini akan bermuara kepada kematian. Dan setelah kita mengalami kematian, tanpa Kristus yang mengintervensi dan kemudian menyelamatkan kita, maka neraka akan menjadi bagian kita. Tidak ada jalan keluar. Ada begitu banyak orang yang berusaha membuat jalan untuk datang kepada Allah demi menyelesaikan persoalan ini, karena persoalan yang terbesar adalah keterpisahan dari Allah. Ini adalah masalah besar bagi manusia dan manusia tahu bahwa kematian yang diakibatkan oleh dosa bukan hanya kematian secara fisik. Kematian secara fisik berakar di dalam kematian secara spiritual, yaitu keterpisahan dari Allah. Maka di dalam Kitab Kejadian kita menemukan bahwa ada usaha manusia untuk datang kembali kepada Allah (Kej. 11). Hal ini memberi petunjuk kepada kita bahwa segala usaha manusia untuk menjangkau Allah tidak diperkenan oleh-Nya. Allah hanya memperkenan satu jalan, yaitu Allah yang bertindak untuk menjangkau manusia. Agama adalah usaha untuk menjangkau Allah. Tidak ada agama yang dapat membuat kita datang dan menjangkau Allah, kecuali Allah yang datang dan menjangkau kita di dalam dunia. Oleh sebab itu Yudas mengatakan bahwa kita adalah penerima anugerah Allah. Gereja adalah penerima anugerah Allah. Pasal 1:1-2 berkata bahwa kita dipilih oleh Allah. Lalu kemudian di dalam sejarah, Allah bukan hanya memilih kita di dalam kekekalan, tetapi Dia memanggil kita melalui panggilan-panggilan yang bersifat umum atau panggilan-panggilan yang bersifat khusus. Dia memakai hal yang bersifat umum untuk mengantar kita menikmati panggilan atau anugerah yang bersifat khusus.

Harusnya kita dimurkai oleh Allah, namun kita diloloskan dari murka dan kemudian mendapatkan keselamatan. Maka Yudas mengatakan bahwa engkau adalah penerima kasih karunia Allah. Tidak selesai di sini, pasal 1:3-21 berbicara mengenai fakta yang lain, yaitu oleh karena kita adalah penerima kasih karunia Allah, maka di titik di mana kita beriman untuk menerima kasih karunia Allah, di titik itulah Allah seolah-olah menyerahkan kita, mengutus kita masuk ke dalam peperangan secara spiritual, karena di titik di mana kita menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, di titik itu pula iblis akan menjadikan kita sebagai objek serangannya. Mulai hari itu hidup kita tidak akan mudah. Terkadang orang berpikir bahwa sehabis mengikut Tuhan Yesus maka semua akan aman karena Dia adalah Tuhan. Tetapi Alkitab tidak memberi petunjuk demikian. Yesus berkata bahwa barang siapa yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya dan kemudian memikul salibnya. Di dalam kisah Yudas, kita mendapati bahwa ada penyesatan yang harus dihadapi oleh gereja. Hidup mereka begitu sulit. Hidup kita sebagai orang Kristen justru bisa menjadi lebih rumit setelah kita percaya kepada Tuhan. Maka seolah Yudas mendefinisikan bahwa kita harus berperang sampai akhir.

Pertama, di dalam ayat 3 dikatakan, “berjuanglah untuk imanmu sampai akhir.” Maka kita bukan hanya sebagai penerima kasih karunia, tetapi kita adalah orang-orang yang ditentukan sebagai pejuang iman. Kita harus berjuang sampai akhir.

Gereja bukan hanya orang-orang yang menjadi objek murka Allah sehingga mereka harus berperang sampai mati, tetapi mereka adalah orang-orang yang dituntut oleh Allah untuk mempertanggungjawabkan anugerah keselamatan yang telah diberikan kepada mereka. Ada perintah yang jelas bagi kita untuk mengerjakan dan memperjuangkan keselamatan. Bukan karena kita tidak memiliki keselamatan, tetapi karena Allah telah menganugerahkan keselamatan kepada kita secara cuma-cuma. Tetapi setelah Allah menganugerahkannya, kita diminta untuk mengerjakan keselamatan itu, seolah-olah kita diminta untuk mempertahankannya. Ada perjuangan di dalam hidup kita untuk mempertahankan anugerah yang telah Allah berikan. Maka kita mendapati perintah-perintah di dalam ayat 21-22. Allah memberi iman yang menyelamatkan, namun benih iman tidak pernah boleh tetap menjadi benih iman saja. Iman itu harus terus menerus mengalami pertumbuhan. Iman tidak boleh mengalami stagnansi dan kemudian Yudas mengatakan bertumbuh secara personal tetapi juga bertumbuh secara komunal di dalam konteks pelayanan jemaat. Setiap kita mengalami keselamatan secara personal, tetapi keputusan yang personal itu tidak berarti bahwa iman yang Allah berikan secara personal akan bertumbuh juga di dalam konteks isolasi. Allah memanggil kita keluar dari diri dan masuk ke dalam jemaat, saling melayani satu dengan yang lain lalu bertumbuh di sana. Bertumbuh di dalam konteks persekutuan, bertumbuh di dalam kebenaran. Oleh sebab itu komunitas yang kita cari seharusnya adalah komunitas yang benar-benar berfokus kepada kebenaran firman Allah. Secara personal kita berjuang untuk membangun iman kita. Sebagai saudara, kita adalah penjaga saudara kita yang lain. Kita ditempatkan di tengah-tengah jemaat untuk menjadi sarana menolong mereka juga untuk bertumbuh.

Kedua, Yudas mengatakan berdoalah. Kita bukan hanya berjuang untuk mempertumbuhkan iman, bukan hanya berjuang untuk melayani orang lain, karena kita tidak mungkin memiliki kekuatan untuk melakukan hal itu sendirian. Jemaat sejati adalah jemaat yang berdoa. Doa adalah pekerajaan yang mudah bagi orang Kristen dibandingkan dengan penginjilan. Tetapi juga pada saat yang sama doa adalah pekerjaan yang paling sulit karena sering kali kita tertidur karena doa yang begitu panjang. Oleh karena itu maka perjuangan kita bukan hanya mempertumbuhkan iman, tetapi berjuanglah di dalam doa. Oleh karena itu hal ini menjadi ciri utama dari jemaat mula-mula. Karena mereka menderita dan penderitaannya maksimal, mereka mencari kebenaran agar mereka bertumbuh, tetapi juga mereka berdoa bersama-sama. Lalu kemudian terkait dengan perintah untuk mengerjakan keselamatan, ada perintah untuk terus menerus ada di dalam kasih kepada Allah dan hal itu terekspresi di dalam ketaatan. Allah memberi firman kepada orang-orang yang dikasihi-Nya. Hari ini jika kita mendengarkan firman Tuhan dan kita mengerti, sadarlah bahwa ini adalah cinta kasih Tuhan. Tuhan berbicara kepada kita. Tetapi di sisi yang lain kita bukan hanya menjadi pendengar, tetapi Alkitab mengatakan bahwa kita juga menjadi pelaku firman. Kita dapat memastikan bahwa Allah hadir dan bersama-sama dengan kita. Kita ada pada posisi itu, jika kita hidup di dalam ketaatan kepada kebenaran firman Allah (Yoh. 15).

Ketiga, Yudas mengatakan berharaplah kepada Allah. Kamu berjuang, namun efektivitas perjuangan kamu ditentukan oleh kemahakuasaan Allah. Istilah dinamis berbicara mengenai sebuah kekuatan yang besar, kekuatan yang terus menerus bekerja dan kekuatan yang tidak pernah bisa dihentikan. Oleh sebab itu maka Paulus berkata bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan (dinamis Allah yang menyelamatkan). Allah kita adalah Allah yang besar, Allah yang tidak pernah berhenti bekerja untuk menjaga umat-Nya agar mereka tidak tersandung dan terjatuh lalu kemudian binasa. Hal ini ingin mengatakan satu hal sederhana kepada kita, yaitu usaha dan perjuangan kita tidak pernah cukup tanpa anugerah Allah. Kita berjuang semaksimal mungkin untuk menjaga diri kita atau menjaga orang yang kita kasihi, tetapi jika Allah tidak beranugerah, maka kita tetap akan terhilang. Umat Allah yang lain yang kita jaga pasti juga akan terhilang. Kuasa Allah menjaga kita seperti Ia menjaga biji mata-Nya sendiri (Ul. 32:8-10).

Biji mata adalah sesuatu yang bersifat personal, yang tidak bisa disentuh oleh siapapun. Sehingga berurusan dengan umat Allah berarti berurusan dengan Allah secara personal Tuhan menjaga umat-Nya seperti Ia menjaga biji mata-Nya. Oleh sebab itu ketika kita menikmati keselamatan, keselamatan itu tidak mungkin hilang. Jika kita menikmati keselamatan, menjadi umat Allah yang sejati, hal itu tidak mungkin hilang. Pertama, kita berjuang untuk menjaganya. Kedua, Allah mengutus orang lain untuk menjaganya. Tetapi yang paling penting kita bisa gagal, orang lain bisa gagal, tetapi Allah tidak pernah gagal. Oleh sebab itu jika hari ini kita melihat orang yang seolah-olah menikmati keselamatan, namun di akhir hidupnya dia menyangkali imannya dan meninggalkan Tuhannya, Yohanes berkata bahwa sesungguhnya dia tidak pernah ada bersama-sama dengan kita. Yang ingin dikatakan oleh Yohanes sederhana, yaitu jika mereka pernah menjadi umat pilihan Allah, mereka pernah menjadi biji mata Allah, mereka tidak akan pernah terhilang. Tetapi jika mereka terhilang, hal itu menjadi petunjuk bahwa mereka pernah ada bersama-sama dengan kita, namun mereka tidak pernah secara sungguh-sungguh ada bersama-sama dengan kita. Dengan jelas Yohanes memberikan petunjuk kepada kita bahwa penyangkalan iman dan kemurtadan hanyalah petunjuk bahwa orang itu tidak pernah menjadi biji mata Allah.

Bukan kita yang menjaga keselamatan kita. Kita diperintahkan untuk menjaga, namun efektivitas usaha itu dijamin oleh kuasa Allah. Jika ada yang ingin merebut kita keluar dari tangan Allah, maka dia harus berhadapan pertama-tama dengan Allah, bukan dengan kita. Maka ia memakai istilah Allah kita adalah Allah yang berkuasa. Lalu kemudian dia mengatakan bahwa Allah itu adalah Allah yang berkuasa untuk menjaga supaya tidak tersandung.

Di dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tersandung mengacu kepada kegagalan secara moral dan kegagalan secara spiritual. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa orang yang dijaga oleh Tuhan adalah orang-orang yang tidak pernah gagal di dalam dosa secara moral atau secara spiritual. Di dalam teks-teks sebelumnya kita mendapati bahwa ada orang-orang atau umat pilihan Allah yang ragu-ragu dan itu adalah sesuatu yang normal. Bahkan ada umat pilihan Allah yang seolah-olah dosa tertentu menjadi kelemahan utamanya sehingga sulit sekali untuk bertobat. Kita semua pernah mengalami hal itu, bahkan setelah kita mengalami keselamatan. Ada masa di mana kita begitu yakin bahwa kita telah diselamatkan lalu kita mengalami keragu-raguan. Ada masa di mana hati kita menjadi gelisah dan galau karena kita mendapati bahwa kita jatuh di dalam dosa. Ada masa di mana justru karena kita sudah bertobat, kita sadar bahwa sulit sekali bagi kita untuk keluar dari dosa tertentu. Bukankah ini pengalaman sehari-hari? Dia menjaga agar kita tidak tersandung berbicara mengenai kita yang tidak akan pernah terhilang secara spiritual. Berarti suatu saat nanti kita pasti bertobat dan bangkit kembali. Inilah yang membedakan Yudas dari Petrus. Mereka sama-sama jatuh. Tetapi yang satu pergi dan tidak pernah kembali. Yang satu lagi terjatuh, tetapi Allah menjaganya, supaya meskipun dia jatuh, dia tidak tergeletak dan kemudian Allah menarik dia kembali.

Kita semua adalah orang-orang yang lemah. Seberapa kuat pun kita berjuang, suatu saat kita pasti akan terjatuh. Jika kita mau jujur, semakin kuat kita berjuang, maka semakin terasa kita begitu rapuh. Dan saya kira secara spiritual Allah akan menizinkan hal ini. Semakin kita belajar firman, maka semakin kita berjuang untuk taat dan terkadang kita semakin bingung mengapa dosa kita terasa semakin banyak. Hal itu terjadi karena kita semakin lama semakin peka terhadap kesucian Allah.

Dia menjaga agar kita tidak tersandung, berarti Dia menjaga agar keselamatan itu tidak pernah hilang. Hal ini bukan hanya sebuah panggilan agar kita datang kembali kepada Tuhan, namun pada saat yang sama kita dapat berharap kepada Tuhan dan Dia mengatakan akan menjaga kita sampai suatu saat nanti kita berdiri di hadapan Dia sebagai korban yang hidup dan yang berkenan kepada Allah. Oleh sebab itu, Yudas memilih satu kata yang unik untuk kata menjaga, yaitu “philasso” yang artinya menjaga supaya tetap ada di tempat yang ditetapkan. Allah memilih kita untuk menempatkan kita di manna seharusnya kita berada. Istilah “philasso” memiliki satu implikasi, yaitu dia berjalan sedemikian rupa supaya selalu ada di tempat yang telah ditetapkan. Kata ini diulangi sebanyak 4x di dalam seluruh Kitab Yudas.

Allah memanggil kita, Allah menyelamatkan kita, Allah menguduskan kita dan di dalam Kristus Dia menjaga kita supaya tetap ada pada posisi ang sama. Kata “philasso” juga kemudian digunakan di dalam ayat 6. Itu sebabnya pada saat merenungkan ayat 6 saya mengatakan bahwa malaikat-malaikat ini tidak memiliki kemungkinan lagi untuk diselamatkan. Tidak ada kemungkinan bagi mereka untuk bertobat. Mengapa? Karena Allah menjaga sehingga mereka pasti ada di sana. Mereka tidak akan keluar dari posisi itu. Mereka memiliki tanggung jawab untuk menyembah Allah. Namun oleh karena mereka memberontak kepada Allah, Allah memastikan tempat mereka adalah tempat yang paling gelap. Tidak ada tempat yang lain. Tempat itu suatu saat nanti kamu pasti akan ke sana. Allah menjaga mereka. Allah memastikan mereka ada di tempat yang telah ditetapkan bagi mereka.

Di dalam pasal 1:21, istilah “philasso” adalah perjuangan untuk tetap ada pada posisi yang sama. Kita berjuang, Allah pun akan menjaga kita. Dia yang memastikan kita ada pada posisi itu. Tetapi “philasso” juga berarti Dia menyediakan perlindungan. Dia menyediakan sarana untuk menjaga kita tetap ada pada posisi itu. Ini bukan hanya tindakan Dia secara personal, tetapi Dia memakai firman agar kita tetap ada di sana. Dia memakai doa orang percaya agar kita tetap ada di sana. Dia memakai komunitas yang takut akan Allah dan yang mengenal kebenaran untuk memastikan kita ada di sana. Mengapa kita perlu menjaga diri kita? Karena Allah memakai sarana itu. Mengapa kita perlu menjaga saudara kita? Karena Allah memakai sarana itu untuk memastikan umat pilihan-Nya ada di sana. Allah sanggup untuk tidak memakai kita, namun Dia menetapkan untuk memakai tiga sarana ini: firman Allah, doa orang percaya, dan komunitas orang percaya untuk membatasi atau untuk menjaga umat pilihan-Nya. Maka seorang bapa gereja berkata bahwa engkau tidak akan pernah memiliki Allah sebagai Bapa jika tidak pernah memiliki gereja sebagai ibu. Oleh sebab itu anda harus kembali ke gereja anda masing-masing, layani Tuhan di gereja anda masing-masing. Kembali dan layanilah Tuhan di sana. Allah telah menetapkan sarana bagi kita untuk terus dijaga di dalam kebenaran, agar kita di jaga di dalam doa. Oleh sebab itu kita tidak boleh menyingkirkan doa dari komunitas orang Kristen.

Ada masa di mana kita harus memerhatikan saudara- saudara kita yang sedang bergumul. Mengapa kita tidak mendoakannya? Kita harus berdoa untuk mereka. Kita adalah sarana yang dipakai oleh Tuhan. Tuhan dapat memakai ikan untuk membawa Yunus kepada tujuan-Nya. Tuhan dapat memakai ayam untuk mengembalikan Petrus. Tuhan memakai keledai untuk Bileam. Allah mengatakan dapat memakai batu untuk kemuliaan-Nya, namun Dia memilih kita. Ini adalah anugerah. Maka kita harus memanfaatkan anugerah ini menjadi sarana yang dipakai oleh Tuhan.

Allah menetapkan umat pilihan tetap di tempatnya, namun Allah juga menetapkan sarana-sarana yang dipakai untuk memastikan bahwa umat Allah tetap ada di tempatnya. Oleh sebab itu jika ada gereja yang tidak pernah menyuarakan kebenaran, mendisiplinkan atau mengarahkan jemaatnya dengan firman Allah dan melalui disiplin itu, celakalah Hamba Tuhan, celakalah gereja dan pengurus yang tidak menjalankan hal ini.

Ayat 24 bagian terakhir berbicara mengenai berdiri di hadapan kemuliaan Allah. Dia mengatakan menjaga agar kamu tidak jatuh, tetapi supaya kamu berdiri. Hal ini berbicara mengenai satu tindakan yang akan dilakukan oleh Allah, yaitu memproses kita terus menerus untuk berdiri di hadapan Allah. Berarti mau tidak mau hal itu menyucikan kita agar kita layak berdiri di hadapan-Nya.

Kita yang harus berjuang sedemikian rupa agar hidup kita layak untuk dipersembahkan kepada Allah sebagai korban yang berkenan kepada Allah. tetapi ini bukanlah tugas seorang hamba Tuhan, melainkan tugas kita. Paling tidak orang tua dapat mempersembahkan anaknya kepada Kristus. Paling tidak seorang suami atau seorang isteri berjuang sedemikian rupa menjaga suami atau isterinya, menjaga keluarganya untuk menjadi persembahan yang suci di hadapan Allah. 2 Korintus 11:2 berkata bahwa kita diminta untuk menjaga diri kita untuk kemudian dipersembahkan kepada Allah. Kita diminta berjuang sedemikian rupa bersama-sama dengan jemaat untuk kemudian dipersembahkan kepada Allah. Perjuangan kita untuk menjaga komunitas yang Tuhan berikan kepada kita memiliki satu tujuan akhir, yaitu hidup kita pada akhirnya dipersembahkan sebagai korban yang hidup di hadapan Allah supaya seluruh jemaat dapat dipersembahkan sebagai korban yang hidup di hadapan Allah. Apakah itu mungkin? Mungkin karena Kristus juga bekerja dan seolah Dia menyempurnakan seluruh usaha yang Dia perintahkan kepada kita. Apakah Allah dapat menjaminnya? Bisa. Di dalam Perjanjian Lama Dia adalah Juruselamat yang melepaskan Israel dari Pergumulan mereka secara “lahiriah” dan secara “spiritual” dari Mesir. Di dalam Perjanjian Baru Dia melepaskan kita dari perbudakan dosa, perbudakan kuasa kegelapan melalui Kristus. Dia adalah Juruselamat kita dan kemudian Dia mengatakan bahwa Dia adalah Allah yang esa yang artinya tidak ada saingan. Inilah yang kemudian dibicarakan oleh Paulus di dalam Roma 8, yaitu jika Allah di pihak kita, siapakah lawan kita? Siapakah yang akan melepaskan kita dari kasih karunia Allah? Tidak ada. Dengan mengatakan bahwa hanya ada satu Allah berarti tidak ada harapan yang lain yang bisa memisahkan kita dari Dia karena jika hanya ada satu Allah, berarti tidak ada kekuatan yang dapat mengimbangi Dia untuk melepaskan orang percaya dari tangan-Nya.

John Calvin berkata bahwa ketika Yesus mati, Ia bukan hanya menyerahkan nyawa-Nya, tetapi pada saat itu juga Dia menyerahkan segala sesuatu, orang-orang percaya yang ada di dalam Dia. Lalu ada satu istilah, yaitu triple protection. Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus menjaga umat-Nya. Siapa yang dapat merebut kita dari tangan Allah?

Kita dapat melihat bahwa surat ini terlalu indah. Kita adalah penerima kasih karunia Allah, namun Allah menempatkan kita di dalam peperangan. Di dalam peperangan kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga iman dan keselamatan kita. Tetapi dia mengatakan ingatlah di dalam konteks peperangan yang sedemikian sulit itu, Allah yang akan menjaga keselamatan kita dan Dia memberikan kepastian di dalam ayat 25, yaitu Dia tidak mungkin gagal.

Kita bisa melupakan hamba Tuhan, kita bisa melupakan siapa saja yang pernah melayani kita dan kemudian membawa kita kepada perjumpaan dengan Kristus, membawa kita kepada pertumbuhan secara spiritual. Namun ada satu hal, yaitu Tuhan akan terus hadir ke dalam kehidupan kita, berbicara melalui firman-Nya untuk memimpin kita langkah demi langkah, semakin lama semakin dekat dengan Dia sampai suatu saat nanti kita berhadapan muka dengan muka dengan Dia dan kita sadar oleh karena anugrah Allah, kita berdiri di hadapan-Nya dengan sukacita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – YC)