Yudas 1:11-13
Pdt. Johanis P. Kamuri, M.Th., M.Hum.
Setelah Yudas menjelaskan perlawanan-perlawanan mereka, kemudian Yudas berbicara mengenai empat perumpamaan terkait dengan orang-orang tersebut. Di dalam ayat 12b dikatakan bahwa orang-orang yang melawan Allah, yang menghidupi kehidupan yang tidak bermoral, mereka bagaikan awan yang tidak berair. Ini adalah gambaran yang pertama. Di dalam bahasa aslinya dikatakan bahwa mereka seperti awan yang gelap tanpa hujan. Apa yang sedang dibicarakan oleh Yudas melalui teks ini? Yudas berbicara mengenai orang-orang yang ada di dalam gereja. Penampilan mereka begitu meyakinkan. Pelayanan mereka masih berjalan sebagaimana biasanya, namun Allah tidak mendapati kehidupan mereka yang sesuai dengan kehendak-Nya. Penampilan mereka begitu meyakinkan namun mereka mengecewakan Allah dan umat-Nya. Mereka tidak menghasilkan apa-apa. Para penafsir sepakat bahwa hal ini bukan pertama-tama berbicara mengenai perbuatan, karena perbuatan nanti dibicarakan di dalam perumpamaan yang kedua. Tetapi hal ini berbicara mengenai kata-kata. Ada orang yang sangat pandai berbicara dan perkataannya begitu meyakinkan. Mereka menjanjikan banyak hal yang baik sehingga membangkitkan pengharapan-pengharapan di dalam hati umat Allah, namun janji-janji itu tidak berkorespondensi dengan kebenaran. Ini disebut sebagai janji-janji yang kosong. Karena janji-janji ini tidak berkaitan dengan kebenaran firman Allah, maka ini sama sekali tidak mungkin bisa menyegarkan jiwa dan memuaskan hasrat umat Allah untuk mengenal Allahnya. Yudas menyebut hal ini sebagai awan yang tidak membawa hujan. Mereka seolah tampak digerakkan oleh angin.
Di dalam Kisah Para Rasul dan Perjanjian Baru, angin sering kali diidentikan dengan Allah Roh Kudus, sehingga orang-orang melihat seolah mereka digerakkan oleh Allah Roh Kudus, namun Yudas mengatakan bahwa mereka sama sekali tidak digerakkan oleh Roh Kudus. Meskipun tampaknya seperti digerakkan oleh Roh Kudus, namun ada kekuatan lain yang menggerakkan mereka. Mengapa? Karena jika Roh Kudus yang menggerakkan mereka untuk berkata-kata, maka mereka akan berkata-kata sebagaimana rasul berkata-kata sesuai dengan firman Allah sehingga kita bisa melihat bahwa apa yang sedang digambarkan dengan begitu jelas. Saya tidak mengatakan bahwa di dalam gereja hari ini ada nabi sesat, tetapi saya mengingatkan kita semua untuk benar-benar menjaga dengan baik kata-kata kita ketika kita bercakap-cakap dengan orang lain. Jaga nasihat yang kita berikan kepada orang lain agar kata-kata itu bukan menjadi kata-kata yang kosong dan tidak berkorespondensi dengan kebenaran firman Allah. Allah menuntut apa yang kita sampaikan dan apa yang kita katakan, yaitu menghibur dan menguatkan orang oleh karena dia berkorespondensi dengan kebenaran. Jangan berharap kita bisa menasihati seseorang untuk menghidupi hidup yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Allah dan kemudian kita merasa senang hanya karena mereka mengalami perubahan yang sementara. Yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana kita mempertimbangkan agar nasihat atau perkataan yang kita sampaikan itu bukan perkataan-perkataan yang kosong. Hal ini juga bukan nasihat agar kita berhenti untuk bercanda. Terlalu serius juga tidak bagus. Tetapi ketika kita berbicara, kita harus tahu konteks, mana yang serius dan mana yang bercanda. Mereka seperti awan hitam yang dibawa oleh angin sehingga menghasilkan pengharapan-pengharapan yang palsu. Kata-kata mereka kosong.
Kedua, di dalam ayat 12 kata “mati sama sekali” di dalam teks asli sebenarnya harus diterjemahkan sebagai mati dua kali. Berbicara mengenai pohon yang tidak berbuah. Dia mati karena di dalam dirinya tidak ada kehidupan. Kematian yang kedua adalah karena dia mati dan tidak memiliki kehidupan di dalamnya, maka dia tidak menghasilkan buah. Hal ini berbicara mengenai perumpamaan Tuhan Yesus tentang pokok anggur yang sejati. Jika kita ada di dalam Kristus, pokok anggur yang sejati, seharusnya kita tidak akan gagal berbuah karena kita ada di dalam pokok anggur yang tidak gagal untuk berbuah dan Dia pasti berbuah melalui ranting-ranting-Nya, yaitu kita. Tetapi orang-orang di dalam ayat 4 dikatakan bahwa mereka menolak Kristus dan itu berarti mereka tidak pernah ada di dalam Kristus. Mereka sudah mati sejak awal. Mereka mati secara spiritual, maka Yudas mengatakan bahwa mereka mati dua kali, karena mati secara spiritual membuat mereka tidak mungkin bisa menghasilkan buah-buah yang baik.
Sebenarnya ayat ini memberikan indikasi kepada kita mengenai kematian yang ketiga, yaitu mereka akan dibawa ke tempat yang penuh dengan kegelapan di mana bintang-bintang itu akan dilemparkan ke sana. Setelah berbicara mengenai kata-kata kita, kali ini berbicara mengenai perbuatan kita.
Buah berbicara mengenai penginjilan yang kita kerjakan melalui kata-kata kita. Buah lebih lagi berbicara mengenai seluruh dimensi hidup kita di mana kita mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang telah disiapkan oleh Allah bagi kita supaya kita mengerjakannya, sehingga bukan hanya Allah yang dipermuliakan, tetapi manusia mengucap syukur atasnya. Buah berbicara mengenai perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan kehendak Allah yang baik. Buah berbicara mengenai perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan firman Allah, dan di dalam konteks yang paling sulit sekalipun nama Allah dipermuliakan, orang-orang yang Allah izinkan hadir bersama kita juga mengucap syukur atasnya.
Gereja didirikan dan ditempatkan di tempat-tempat yang sulit agar mereka menyatakan Kristus di sana, agar mereka menyatakan kemuliaan Kristus, menghidupi hidup yang mempermuliakan Kristus dan menjadi saksi.
Orang-orang ini adalah pemimpin-pemimpin agama di dalam konteks kitab Yudas. Namun Yudas mengatakan bahwa perkataan mereka kosong dan tidak berkorespondensi dengan firman Allah. Oleh karena mereka tidak berkorespondensi dengan firman Allah, firman Allah yang hidup itu, maka mereka tidak akan mungkin menghasilkan buah. Tetapi jika Yudas mengatakan bahwa mereka dihukum dan dibuang oleh Allah karena mereka mengucapkan kata-kata yang kosong dan menghidupi hidup yang tidak berbuah, maka hal ini juga berlaku bagi kita.
Pada bagian awal Yudas mempersamakan Sodom dan Gomora dengan Israel di dalam konteks hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Di dalam ayat 13, aib dan malu mereka justru mereka ungkapkan dengan meluap-luap. Mereka tidak stabil dan sulit untuk diprediksi karena mereka meledak-ledak (Bd. Yes. 22:27). Apa saja yang ada di dalam pikiran mereka, mereka ekspresikan di dalam perkataan dan perbuatan mereka. Bukan hanya itu, mereka bangga dengan apa yang mereka kerjakan. Pikiran dan hati yang jahat hanya mungkin menghasilkan perkataan dan tindakan yang tidak benar, namun Yudas memberi indikasi bahwa orang-orang ini adalah orang-orang yang bangga dengan tindakan-tindakan jahat mereka (Bd. 1 Kor. 5:1-2).
Ketika kita belajar firman dan mendapati ada dosa-dosa tertentu yang sudah jelas itu adalah dosa, kita tidak akan mau melakukannya. Tidak juga berarti bahwa orang-orang ini tidak mengerti sama-sekali. Berapa banyak orang Kristen mendapatkan penghasilan yang baik dengan cara yang berdosa, lalu mereka bangga seolah mereka adalah orang-orang yang berhasil? Ada orang-orang yang mendapat posisi dan pekerjaan yang baik dengan cara yang tida benar, dengan cara yang melawan firman Tuhan. Ada yang menjalankan usahanya dengan cara yang tidak beres, dengan jalan yang tidak dikehendaki oleh Tuhan, lalu mendapatkan sejumlah keuntungan dari padanya lalu mereka bercerita kepada semua orang seolah merkea adalah orang yang diberkati oleh Tuhan, mereka adalah orang-orang yang berhasil. Kebanggaan-kebanggaan yang sedemikian inilah yang diungkapkan oleh Yudas dengan kalimat ini. Mereka meledak-ledak mengungkapkan isi hati dan pikiran mereka di dalam perkataan dan perbuatan, tetapi mereka tidak tahu bahwa ini adalah tindakan-tindakan yang suatu saat nanti akan dipakai oleh Allah untuk mempermalukan mereka. Kita perlu menjaga diri kita sedemikian rupa sehingga perkataan dan perbuatan yang tidak sesuai dengan firman itu diubahkan dan harus terjadi pertobatan.
Keempat, ayat 14 dalam bahasa aslinya dikatakan “bintang yang seolah bergerak.” Ini adalah bintang yang jatuh. Keyakinan kita saat ini sebenarnya sama dengan keyakinan orang-orang yang tidak percaya kepada orang-orang masa itu atau orang-orang kuno pada masa itu. Mereka percaya bahwa bintang itu selalu ada pada posisinya. Itulah mengapa mereka sering kali menggunakan bintang sebagai petunjuk arah bagi mereka. orang-orang seperti orang Majus, mereka bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain dengan petunjuk bintang. Bintang menjadi alat yang dipakai untuk navigasi pada masa itu. Tetapi bintang yang jatuh atau bintang yang tidak ada pada posisinya dan tidak stabil tidak dapat dijadikan sebagai panduan, tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk mengarahkan seseorang kepada tempat tertentu. Yang dimaksudkan oleh Yudas adalah mereka pemimpin jemaat yang ketika diberikan otoritas, mereka dipercayakan untuk melayani namun mereka sama sekali tidak dapat dijadikan teladan. Hal ini berbicara mengenai teladan hidup. Bukan hanya perkataan yang kosong, bukan hanya perbuatan yang tidak menghasilkan buah, bukan hanya tidak malu melakukan dosa, tetapi juga berbicara mengenai orang-orang yang tidak bisa menjadi teladan. Orang percaya dipanggil untuk menghasilkan perkataan yang baik, menghasilkan buah dalam hidupnya agar menjadi teladan. Tetapi orang-orang ini adalah orang-orang yang gagal untuk menjadi teladan. Di dalam 1 Korintus 5, Yudas memberi peringatan agar orang-orang seperti ini dijauhi. Mereka ada di dalam jemaat, tetapi mereka harus dijauhi. Hal ini mirip dengan nasihat Paulus di dalam 1 Korintus 1:2. Paulus memberikan indikasi eks-komunikasi atau disiplin dari gereja, sementara Yudas belum sampai kepada indikator itu. Tetapi pesan yang disampaikan oleh dua orang ini adalah sama, yaitu mengambil jarak dari mereka. Mereka bisa ada di tengah-tengah jemaat. Untuk bergaul dengan mereka, kita harus memikirkan dan mempertimbangkannya berkali-kali. Mengapa? Ayat 12 mengatakan bahwa mereka adalah noda di dalam perjamuan kasih. Istilah noda diterjemahkan dari satu kata, yaitu spiladev yang seharusnya diterjemahkan “terumbu yang tersembunyi.” Penulis-penulis Yunani pada abad pertama menggunakannya untuk karang yang tertutupi air laut sehingga ketika ada kapal yang lewat, kapal itu terbentur lalu akhirnya tenggelam.
Orang-orang ini ada di tengah-tengah mereka dan menikmati perjamuan kasih. Apa itu perjamuan kasih? Perjamuan kasih adalah ekspresi kesatuan jemaat. Perjamuan kudus adalah ekspresi kesatuan kita dengan Kristus. Tetapi ketika kita makan bersama-sama, itulah perjamuan kasih. Di dalam jemaat yang pertama hal itu adalah ekspresi kesatuan mereka. Mereka bersekutu di dalam kasih, mereka hidup di dalam kebersamaan, mereka bersahabat satu dengan yang lain untuk saling menolong dan menguatkan di dalam penderitaan, supaya mereka dapat saling membangun satu dengan yang lain (Kis. 2&4). Tetapi guru-guru ini harus dihindari karena kehadiran mereka bukan membangun dan menguatkan jemaat, tetapi mereka seperti karang yang justru akan membuat jemaat tenggelam. Karang ini akan menghancurkan persekutuan secara komunal dan kesaksian gereja menjadi rusak. Iman kita secara personal pun bisa hancur di dalam relasi yang sedemikian. Pergaulan yang buruk dapat merusak kebiasaan yang baik.
Orang-orang berbahaya bagi gereja. Kehadirannya tidak membangun, tetapi justru menghancurkan.
Memilih teman maupun memilih pasangan hidup perlu dilakukan dengan hati-hati. Kita tidak dapat memilih karena hanya ada kesamaan. Persahabatan biasanya terjadi karena kesamaan. Tetapi hati-hati, karena firman Tuhan hari ini mengatakan bahwa bukan hanya kesamaan, tetapi persahabatan atau relasi di dalam gereja dibangun di atas satu fondasi yang jelas, yaitu kebenaran. Kita tidak bisa hanya membangun relasi berdasarkan kesamaan, tetapi kita harus memiliki komitmen yang sama terhadap kebenaran. Seharusnya kita memiliki komitmen yang sama. Orang-orang yang tidak demikian adalah orang-orang yang berpotensi untuk menghancurkan gereja, menghancurkan persekutuan, menghancurkan iman secara personal karena di dalam teks asli atau di dalam teks yang berbahasa Inggris, seharusnya bukan diterjemahkan “mementingkan diri sendiri” tetapi “menggembalakan diri sendiri.” Apa maksud Yudas dengan mengatakan bahwa mereka menggembalakan diri sendiri?
Pertama, orang-orang ini adalah orang-orang yang menurut Yehezkiel 34 seharusnya menjadi gembala jemaat. Mereka pemimpin jemaat, tetapi mereka tidak memimpin jemaat dengan cara yang benar. Mereka hanya berusaha untuk memimpin jemaat dan mengambil keuntungan-keuntungan dari jemaat. Seharusnya mereka memimpin dan menggembalakan jemaat secara spiritual, tetapi tugas dan tanggung jawab ini tidak mereka kerjakan karena satu-satunya yang mereka harapkan dari jemaat adalah keuntungan secara finansial. Tetapi yang kedua, ketika dikatakan bahwa mereka menggembalakan dirinya sendiri, hal ini menandakan bahwa mereka tidak mau digembalakan. Contoh yang terakhir sangat cocok dengan apa yang digambarkan oleh oleh Yudas, yaitu mereka sangat menginginkan keuntungan secara finansial, keuntungan bagi diri mereka sendiri. Mereka menikmati keuntungan-keuntungan itu sehingga ketika orang datang mereka tidak mau mendengar teguran itu. Mengapa? Karena dosa membawa keuntungan bagi mereka.
Hari ini kita tidak perlu berbicara mengenai ajaran yang sesat, tetapi kita bisa berbicara mengenai kehidupan berdosa yang bisa kita hidupi di rumah, yang kita hidupi di tempat kerja kita, dan cara-cara hidup yang tidak berkenan kepada Allah yang kita hidupi di segala tempat di mana Tuhan tempatkan kita. Kita sulit untuk meninggalkan hal itu karena sering kali cara hidup yang sedemikian menguntungkan kita. Semua orang memiliki kecenderungan itu. Semua orang memiliki kelemahan sehingga Yudas mengatakan bahwa mereka menggembalakan dirinya sendiri, mereka tidak membiarkan dirinya digembalakan oleh siapapun. Maka pada akhirnya di dalam ayat 11 Yudas menempatkan mereka pada posisi orang-orang yang terhukum.
Mengapa mereka tidak dapat ditegur dan tidak bisa berubah dan pada akhirnya tidak menghasilkan buah? Dikatakan bahwa mereka mengikuti atau menempuh jalan Kain. Hal mengikuti jalan berarti mengikuti teladan moral seseorang. Istilah jalan berarti menjalani jalan yang hampir sama dengan teladan moral seseorang. Maka di dalam Perjanjian Lama ada jalan orang benar dan ada jalan orang fasik. Hal ini berbicara mengenai kehidupan moral seseorang. Lalu Kain adalah pembunuh yang pertama. Yang dimaksud di sini bukan peristiwa pembunuhannya, tetapi yang diberi peringatan di sini adalah peringatan dari Allah di dalam Kejadian 4:6-7. Dosa Kain adalah muara dari peristiwa yang lain. Nasihat pertama adalah kuasai diri dengan baik agar ia tidak melanjutkannya dengan melakukan dosa, yaitu membunuh saudaranya. Maka nasihat kedua adalah kuasai dosa. Dosa mengintip di depan pintu, tetapi kita yang harus menguasai dia. Kita harus berjuang melawan dosa. Tetapi Kain memilih untuk tidak mendengarkan Tuhan. Apa yang dimaksud dengan mereka mengembalakan diri mereka sendiri? Hal ini mengatakan kepada kita bahwa bahkan suara Tuhan tidak mereka dengarkan. Suara Tuhan tidak didengarkan oleh mereka karena mereka dikuasai oleh dosa mereka. Maka Kejadian 4:16 menjelaskan hal itu. Kain pergi dari hadapan Tuhan.
Jika kita jatuh di dalam dosa, Tuhan bisa menegur kita, dan kita kembali kepada Tuhan. Tetapi jika kita tidak bertobat, berarti kita mengambil jalan Kain, kita pergi meninggalkan hadirat Tuhan. Hanya ada dua kemungkinan setiap kali manusia berbuat dosa kepada Allah, yaitu berdiri di hadapan Tuhan dan bertobat atau terus hidup di dalam dosa dan itu berarti kita pergi dari hadapan Tuhan. Yang dimaksud dengan mengikuti jalan Kain adalah mereka memutuskan untuk pergi dari hadapan Allah. Mereka memutuskan untuk tidak mendengar nasihat dari Tuhan. Jika suara Tuhan sudah tidak didengar, lalu suara siapa yang bisa didengar?
Hari ini firman Tuhan memberi peringatan kepada kita, baik hamba Tuhan maupun jemaat, tua maupun muda, bahwa berdiri otonom di luar dari kehendak Tuhan tidaklah keren, tetapi bahaya.
Kedua, mereka seolah-olah tenggelam di dalam dosa Bileam (ay. 11). Apa dosa Bileam? Keserakahan. Keinginan untuk memperoleh keuntungan bagi diri sendiri. Tidak ada cinta kepada Allah, tetapi ada cinta yang begitu besar terhadap diri. Mungkin kita bukan Bileam yang disuruh untuk mengutuki orang lain. Kita tidak mungkin mengutuki teman kita, kita tidak akan mungkin menyakiti mereka. Tetapi setiap kali kita menempuh jalan yang berdosa untuk memperoleh keuntungan, setiap kali kita berusaha untuk menikmati sesuatu yang jahat karena orang lain tidak tahu namun kita sangat menikmatinya, kita sedang berada dalam dosa yang sama dengan Bileam. Mereka adalah orang-orang yang harus dijauhi. Mereka berbahaya bagi jemaat karena mereka tenggelam di dalam dosa Bileam. Terkadang orang-orang bisa mendapatkan keuntungan yang lain, penghargaan dari orang lain, penerimaan dari orang lain, tetapi semua itu diperoleh melalui jalan berdosa dan kita menikmatinya, kita mencari jalan yang sama dengan Bileam.
Ketiga, mereka terperangkap di dalam kedurhakaan dari Korah. Apa dosa Korah? Perlawanan terhadap Musa dan Harun sebagai pemimpin yang dipimpin oleh Tuhan. Kita tidak boleh melawan Allah dan kebenaran-Nya. Justru karena kita tidak boleh melawan Allah dan kebenaran-Nya, maka setiap otoritas, setiap pemimpin yang berlawanan dengan Allah dan kebenaran-Nya tidak berhak untuk ditaati. Kita memiliki kewajiban untuk taat kepada Allah dan kebenaran-Nya, maka setiap otoritas yang ada di atas kita yang melawan Allah dan kebenaran-Nya, mereka kehilangan hak untuk ditaati. Jika seandainya hal ini menjadi standar, maka seharusnya diskusi dan perdebatan adalah hal yang wajar terjadi di dalam gereja. Tetapi sebaliknya, jika mereka ada di dalam kebenaran, kita memiliki kewajiban untuk menaatinya.
Yudas menyebut mereka seperti bintang yang bukan hanya tidak bisa diteladani, tetapi mereka seperti bintang yang berjalan ke satu arah yang pasti, yaitu kekelaman yang paling gelap. Setiap kali kita berhadapan dengan firman, berhadapan dengan orang yang lebih tua, orang yang lebih mengerti, dan mereka menegur kita, jangan benci mereka karena mereka adalah alat Tuhan untuk merebut kita keluar dari api, merebut kita keluar dari kegelapan yang paling gelap yang disiapkan bagi malaikat-malaikat yang jatuh dan tidak disiapkan bagi umat pilihan Allah. Kiranya firman Tuhan ini dapat menjadi berkat bagi kita. Amin.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh Pengkhotbah-YC)