Introduksi Kitab Yudas

Posted on
Yudas 1:1-25
Pdt. Johanis P. Kamuri, M.Th., M.Hum.

Kitab Yudas sering kali disebut sebagai mutiara yang hilang di dalam Alkitab Perjanjian Baru. Disebut sebagai mutiara yang hilang karena seorang penulis menyebut ini sebagai Kitab yang paling sering diabaikan di dalam Perjanjian Baru. Ada seorang pengkhotbah yang mengatakan bahwa Kitab Yudas adalah Kitab yang paling tidak terpahami di dalam Perjanjian Baru. Bukankah dalam fakta hidup kita sehari-hari Kitab Yudas juga adalah Kitab yang paling jarang dikhotbahkan? Martin Luther yang memulai reformasi pernah mengatakan bahwa Kitab Yudas adalah kitab yang tidak diperlukan
karena ia melihat Kitab Yudas hanya sebagai ringkasan dari Kitab 2 Petrus. Kitab Yudas begitu singkat sehingga sehabis perkenalan, surat tersebut
berisi serangan (ay. 3). Meskipun demikian, peneliti melihat surat Yudas lebih tua dibandingkan dengan surat 2 Petrus. Artinya surat Yudas bukanlah ringkasan dari 2 Petrus. Kita dapat melihat pemeliharaan Tuhan melalui hal ini.

Ada orang yang berpikir bahwa Kitab Yudas adalah Kitab yang sering diabaikan karena kitab ini begitu singkat. Tetapi jika Kitab Yudas diabaikan karena singkat, ini merupakan anomali di dalam gereja karena kita sering mengabaikan surat-surat yang panjang. Jadi sebenarnya masalah terbesar bukan ada pada situasi di mana surat ini terlalu singkat. Ada kemungkinan Kitab Yudas diabaikan karena seperti terkubur di antara penulis-penulis yang besar dan kitab-kitab yang besar seperti penulis kitab Ibrani, Yakobus yang terkenal, dan Kitab Wahyu yang sangat terkenal meskipun tidak suka dibaca. Kemudian kitab Yudas ada di antara tulisan-tulisan yang ditulis oleh orang-orang besar seperti Yohanes dan Petrus. Nama Yudas juga menjadi negatif. Sebagai orang tua, kita pun enggan memberi nama anak kita Yudas, meskipun nama Yudas sangat positif. Ada persepsi negatif terhadap nama Yudas. Ada begitu banyak kesalahpahaman terhadap kitab Yudas.

Penulis surat Yudas adalah Yudas dan nama ini begitu positif dan begitu umum sehingga banyak ditemukan di dalam Alkitab. Di antara 12 murid Yesus, ada dua orang yang disebut sebagai Yudas (Luk. 6:16; Kis. 1:13). Yudas Iskariot adalah murid kedua belas dan namanya selalu ditulis “Yudas Iskariot, yang menyangkali Dia”. Sedangkan Yudas yang lain di antara kedua belas murid, yaitu Yudas anak Yakobus yang sering kali juga disebut Tateus. Nama Yudas dan Yehuda sebenarnya memiliki arti yang sama, yaitu terpujilah Allah. Bahkan jika kita melihat, di antara anak-anak Lea, nama Yehuda adalah nama yang paling positif.

Kita akan melihat Yudas, sang penulis surat ini dengan persepsi yang sedikit positif. Surat ini disebut sebagai mutiara karena sangat berharga.

Pertama, meskipun surat ini singkat, tetapi surat yang singkat ini mengekspresikan satu keyakinan untuk berdiri di atas kebenaran demi Kristus untuk melawan penyesatan dan imoralitas yang masuk ke dalam gereja. Oleh karena itu, maka kita langsung menemukan kata-kata yang singkat, jelas dan tajam di sana. Dan jika kita membaca surat ini, kita juga akan menemukan sifat yang polemis. Ada semacam perdebatan di dalam surat-surat ini. Dia menyerang ketidakbenaran di dalam gereja.

Sering kali orang melihat kekristenan memiliki satu tugas, yaitu mempertahankan kebenaran. Hari ini kita melihat karakteristik yang berbeda dari apologetika di dalam gereja. Apologetika bukan hanya mempertahankan kebenaran, tetapi apologetika juga berbicara mengenai orang-orang yang berdasarkan kebenaran menyerang ketidakbenaran.

Tidak jelas siapa penerima surat Yudas ini. Hanya dijelaskan siapa penulis suratnya. Bagi saya, identias yang tidak jelas dari penerima surat Yudas makin menegaskan kepada kita bahwa memang Allah bermaksud menjadikan surat ini bersifat universal. Kita tidak dapat membatasi surat ini karena ada di dalam kanon yang kita miliki. Tetapi hal ini memberikan petunjuk bagi kita bahwa semua gereja di segala tempat dan segala zaman harus dibebaskan dari segala ancaman penyesatan dan imoralitas. Beberapa pembelajaran yang bisa kita lihat dari pendahuluan ini adalah gereja sejati tidak imun terhadap penyesatan dan imoralitas. Tujuh jemaat Asia kecil di dalam Kitab Wahyu adalah jemaat yang dipuji oleh Allah. Memang ada yang tidak, tetapi sebagian besar adalah jemaat yang dipuji oleh Allah. Namun di sisi yang lain, di dalam jemaat yang dipuji oleh Allah adalah jemaat-jemaat yang juga diancam oleh penyesatan dan imoralitas. Tidak ada gereja yang dapat dikatakan memiliki kekuatan untuk bertahan sendirian melawan kekuatan yang datang dari luar dan menyusup masuk ke dalamnya yang disebut penyesatan dan imoralitas. Gereja yang sejati tidak imun terhadap masalah ini, tetapi gereja yang sejati adalah gereja yang terus menerus berjuang untuk melepaskan diri dari penyesatan dan imoralitas. Saya tidak berbicara mengenai gereja secara institusional saja, tetapi saya berbicara mengenai kita sebagai gereja secara personal. Tidak ada gereja secara institusional maupun secara komunal ataupun secara personal yang tahan terhadap penyesatan dan imoralitas. Maka perjuangan kita seumur hidup adalah melawan begitu banyak dosa, tetapi dua yang berbahaya yang Alkitab selalu tunjukkan adalah penyesatan dan imoralitas. Ini adalah sesuatu yang serius dan menarik. Yudas menyampaikan dan kita akan melihat ada distingsi di sana. Kata “kamu dan mereka” di dalam satu surat ini diulang berkali-kali dan menunjukkan ada keterpisahan. Gereja yang sejati harus berusaha melepaskan diri dari penyesatan dan imoralitas. Dan jika kita dituntut untuk melepaskan diri dari penyesatan, maka implikasinya adalah nasihat yang diberikan kepada orang-orang yang ada di Efesus, mereka dituntut untuk belajar sedemikian rupa dengan kebenaran agar mereka menjadi peka terhadap ketidakbenaran. Adalah tanggung jawab semua Hamba Tuhan, adalah tanggung jawab semua gereja. Hamba Tuhan memiliki tanggung jawab untuk belajar dan menyampaikan kebenaran, sedangkan tanggung jawab dari seluruh jemaat adalah mempelajari kebenaran secara terus menerus sehingga mereka peka terhadap ketidakbenaran. Di dalam surat yang kita baca, Yudas tidak hanya berdiri sebagai seorang pemimpin dan kemudian menunjukkan kesalahan, tetapi menunjukkan kepada ajaran-ajaran maupun tradisi yang sudah ada di dalam gereja untuk menunjukkan bahwa yang sekarang muncul ini adalah ketidakbenaran. Sehingga kita dapat melihat bahwa ada tanggung jawab moral dari seorang pemimpin gereja pada masa itu untuk melihat dengan peka terhadap penyesatan dan imoralitas yang tidak boleh terjadi.

Yang kedua, gereja sejati bisa saja ada di dalam lokasi yang berbeda. Gereja sejati bisa ada di dalam denominasi yang berbeda, tetapi orang-orang yang berada di dalam lokasi yang berbeda dalam denominasi yang berbeda memiliki satu ciri yang sama. Pertama, kesatuan secara spiritual di dalam Kristus. Kedua, kesatuan di dalam kebenaran. Semua gereja sejati memiliki satu ciri, yaitu mereka bersatu di dalam kebenaran. Dengan fondasi yang benar maka mereka akan menolak penyesatan. Dan kita bisa melihat bahwa Kitab Yudas hanya memiliki 25 ayat yang penuh dengan kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Tetapi adalah ciri dari penulis Kitab Suci, yaitu mengutip tetapi bukan hanya dari sesuatu yang berotoritas, tetapi juga mengutip sesuatu yang tidak benar. Musa mengutip hukum Hamurabi, tidak berarti bahwa apa yang ditulis oleh Hamurabi adalah firman Allah. Tetapi ada kebenaran di sana yang diambil dan diangkat oleh Musa. Amsal-amsal Salomo mengambil puisi-puisi yang ada di Timur Dekat Kuno. Itu adalah sesuatu yang biasa. Tetapi yang sekarang ingin saya katakan adalah kebenaran umum yang ada di dalam Allah dan dipakai oleh penulis-penulis Alkitab di dalam tulisan yang diinspirasi oleh Allah, di dalam mempertahankan kesucian dan kebenaran di dalam gereja, mereka selalu merujuk kepada kebenaran-kebenaran umum maupun kebenaran-kebenaran khusus. Sehingga mau tidak mau gereja seharusnya bukan tempat bagi orang-orang sempit. Terkadang orang-orang berpikir bahwa orang-orang yang ada di dalam gereja adalah orang-orang yang tahu firman Allah. Jika kita ingin tahu lebih jauh dari firman Allah, atau sesuatu yang ada di luar firman Allah, maka kita pergi belajar ke mana-mana, sehingga pada akhirnya orang yang pergi ke luar sama sekali tidak belajar firman Allah. Ada dua ekstrim yang berbeda. Yang satu pergi belajar seluruh ilmu yang ada di dalam alam semesta ini, kecuali firman Allah dan yang satu lagi terus menerus ada di dalam gereja untuk mempelajari firman Allah kecuali sesuatu yang ada di luar sana. Tetapi kita dapat melihat bahwa penulis-penulis Kitab Suci diinspirasi oleh Allah, dipimpin oleh Allah untuk mempertahankan eksistensi gereja, kesucian gereja, kehidupan gereja yang benar dengan dua kebenaran ini, firman Allah yang tertulis, baik wahyu khusus maupun wahyu umum. Tetapi hal ini memberi petunjuk kepada kita bahwa fondasi gereja adalah kebenaran. Orang tidak mungkin tumbuh di luar kebenaran. Mereka bukan hanya satu di dalam Kristus, tetapi mereka satu di dalam kebenaran dan satu di dalam komitmen terhadap kesucian. Jika kita adalah gereja yang sejati, maka inti dari seluruh kesaksian kita adalah kesucian hidup kita. Gereja selalu memberikan kesaksian yang berbeda di dalam banyak hal. Tetapi di dalam setiap aspek kehidupan itu, mereka akan berbeda dari dunia di dalam kesuciannya. Pdt. Stephen Tong mengatakan bahwa banyak hal yang dapat ditiru oleh dunia ini, bahkan ditiru oleh iblis, kecuali kesucian hidup di dalam ketaatan kepada Allah. Maka kita dapat melihat bahwa kesatuan gereja bukan hanya sekedar secara spiritual, tetapi di dalam kebenaran dan juga di dalam kesucian. Jika kita berjuang untuk mencapai kesatuan, kita tidak mencapai kesatuan dengan mendiamkan kesalahan, mendiamkan penyesatan dan imoralitas. Hari ini kita melihat bahwa Yudas berusaha untuk mempertahankan kesatuan gereja melalui surat yang sifatnya polemik. Dia mendorong mereka untuk memikirkan ulang apa yang selama ini terjadi di dalam gereja. Mungkin yang dimunculkan oleh surat Yudas adalah kesatuan gereja yang sejati, kesatuan yang murni. Dia berdiri di atas firman Allah dan kemudian keluar dari komitmen untuk hidup suci di hadapan Tuhan. Jika seandainya hal ini tidak tercapai, menurut saya, kesatuan boleh tidak terjadi. Perpecahan merupakan hal yang wajar terjadi di dalam gereja. Jika kesatuan itu ada di luar Kristus, jika kita ingin bersatu tanpa kebenaran, jika kita ingin bersatu tanpa kesucian hidup, maka perpecahan itu wajar saja terjadi. Mengapa Martin Luther memisahkan diri dari gereja Katolik? Jika orang-orang sudah tidak berkomitmen lagi kepada kebenaran dan kesucian hidup, mengapa kita masih harus bersatu? Ada distingsi antara “kamu dan mereka”. Kita hanya melihat kata “kamu dan mereka” sebagai pembedaan antara dua pihak. Tetapi bagi Yudas, hal ini bukan hanya membedakan antara “kamu dan mereka”, tetapi memisahkan “kamu dan mereka”. Maka cara hidup kamu tidak sama dengan mereka dan mereka tidak akan bisa sama dengan kamu. Kamu ada di dalam Roh Kudus, mereka ada di luar Roh Kudus. Kita ada di dalam Kristus, mereka ada di luar Kristus. Yudas seperti memecah jemaat Tuhan pada saat itu. Tetapi sekali lagi bagi saya kesatuan boleh tidak terjadi. Jika harus terjadi, maka dituntut untuk terjadi di luar Kristus, dituntut untuk terjadi tanpa kebenaran dan tanpa kesucian hidup. Sejarah memberi petunjuk kepada kita bahwa orang-orang yang peka terhadap kebenaran, orang-orang yang peka terhadap kesucian hidup, justru kemudian menuntut agar orang-orang ini memisahkan diri dari gereja mereka yang lama. Tetapi surat yang singkat ini mengekspresikan keyakinan Yudas untuk berdiri di atas kebenaran karena cinta kepada Kristus, lalu Dia berdiri di atas penyesatan dan imoralitas. Kita tidak memiliki pilihan yang lain.

Meskipun surat ini bersifat polemis dengan kalimat-kalimat yang keras, tetapi bertujuan untuk membangun dan mempertahankan iman jemaat. Maka berkali-kali dikatakan “Pertahankan iman yang pernah ada padamu.” Tujuan surat ini adalah untuk menjaga jemaat Tuhan dan mendorong mereka untuk hidup di dalam kekudusan. Dia bukan hanya mengekspresikan kebenaran, tetapi dia juga mengekspresikan kasih. Bukan mau memecah belah mereka, tetapi dia ingin mempertahankan iman mereka, ingin menjaga mereka dan mendorong mereka kepada kekudusan. Ada keseimbangan antara kasih dan keadilan. Yudas memilih kata-kata yang keras, yang langsung dan yang tajam untuk mengekspresikan kasih-Nya. Memang ada resiko bahwa gereja hari itu akan pecah. Tetapi pada saat yang sama motivasi dia bukan untuk memecah belah gereja itu. Surat yang sifatnya polemis ini lahir dari hati yang mengasihi domba Allah. Kita berdiri di atas kebenaran tetapi bertindak di dalam kasih. Teguran yang keras tidak membuat mereka bermusuhan satu dengan yang lain. Terkadang demi mempertahankan gereja dan kesuciannya, kita harus rela melihat gereja terpecah. Sejarah dan reformasi memberi petunjuk kepada kita.

Jika demikian, siapakah Yudas yang mengasihi jemaat sekaligus rela berbicara dengan keras kepada jemaat? Beberapa penafsir mencoba untuk mengatakan bahwa dia adalah rasul Yudas yang kemudian disebut sebagai Tadeus (Luk. 6:16; Kis 1:3). Tetapi ayat 1 & 2 memberi petunjuk kepada kita bahwa dia bukan rasul Yudas karena dia tidak menyebut dirinya sebagai rasul seperti para rasul biasa menyebut diri mereka ketika mereka menulis suratnya. Selain itu, di dalam Lukas 6:16, Yudas atau rasul Yudas disebut sebagai anak dari Yakobus, bukan saudara Yakobus. Maka ini adalah dua Yudas yang berbeda. Sedangkan di dalam ayat 17, penulis Yudas membedakan dirinya dari para rasul. Kalimat ini menunjukkan seolah dia mengambil jarak dari lingkungan rasul. Jadi sebenarnya dia ingin menunjukkan kepada mereka bahwa dia bukanlah salah satu di antara yang kedua belas murid, yang pertama kali dipanggil oleh Tuhan. Jadi siapakah dia? Hanya tinggal satu Yudas yang mereka kenal, yaitu Yudas saudara Yakobus, saudara Yesus. Jadi penulis surat Yudas dan penulis surat Yakobus adalah saudara Yesus Kristus dari Maria. Mereka bukan berasal dari ayah yang sama, tetapi mereka lahir dari kandungan yang sama. Hal ini menjadi menarik karena selain tidak menyebut nama ayahnya, dia hanya menyebut nama Yakobus, saudaranya karena Yakobus lebih dikenal dari pada Yusuf. Tetapi dia sama seperti Yakobus. Ketika memperkenalkan diri, mereka hanya mengatakan bahwa mereka adalah hamba Yesus Kristus. Ciri dari dua saudara Yesus Kristus ini adalah ketika mereka menulis surat mereka, mereka bukan menekankan relasi jasmaniah dengan Yesus Kristus, tetapi justru mereka menekankan relasi yang bersifat spiritual yang mungkin menurut mereka justru lebih penting. Mereka memperkenalkan diri sebagai hamba Yesus Kristus. Istilah “hamba” mengimplikasikan bahwa Yesus adalah Tuhan atas mereka. Sehingga jika kita ingin memakai situasi ini, kita dapat melihat bahwa kemuliaan bagi Yakobus dan Yudas bukanlah kemuliaan karena menjadi saudara Yesus, tetapi kemuliaan mereka dapatkan dengan menjadi hamba dari Yesus Kristus. Hari ini menjadi hamba dan pekerjaan seorang hamba di dalam gereja adalah “menggembalakan domba” Tuhan, melakukan pekerjaan-pekerjaan yang hari ini kita sebut sebagai pelayanan yang menuntut kerja keras. Itu menjadi sesuatu yang tidak berharga bagi kita. Tetapi kita akan melihat bahwa Yudas adalah salah satu orang yang bekerja keras sehingga Paulus menandai bahwa orang ini bekerja keras. Orang ini menempatkan dirinya sebagai hamba dari Yesus Kristus dari pada menempatkan dirinya sebagai saudara dari Yesus Kristus. Ketika dia mengatakan dia adalah hamba Yesus Kristus, dia menyamakan dirinya dengan semua manusia yang lain. Ketika orang-orang yang ada di dalam gereja berusaha untuk mengangkat dirinya, tetapi dia berbeda dari yang lain. Orang-orang yang terdekat dengan Yesus justru menempatkan dirinya sama dengan semua yang lain sebagai hamba Yesus Kristus. Pertanyaannya adalah, siapa Hamba Tuhan? Sering kali yang kita sebut sebagai hamba Tuhan adalah pendeta, padahal sebagai orang yang telah diselamatkan, kita juga adalah hamba Tuhan. Status sebagai hamba Tuhan inilah yang membuat Yudas bekerja keras untuk melayani Tuhan.

Dengan demikian kita bisa melihat juga bahwa sebenarnya hal yang terpenting di dalam kehidupan mereka adalah relasi secara spiritual, bukan relasi darah. Relasi darah dengan Yesus melalui Maria tidak mengubah apa-apa. Mereka tetap saja orang yang tidak percaya atau skeptis terhadap Yesus. Meskipun Maria percaya, mereka tidak percaya. Mereka percaya setelah berjumpa dengan Yesus yang bangkit dari antara orang mati. Perjumpaan dengan Kristus yang bangkit inilah menunjukkan kepada kita bahwa relasi spiritual dengan Yesus Kristus jauh lebih penting dari pada relasi darah dengan Yesus Kristus. Perjumpaan spiritual inilah yang mengubah hidup mereka bahkan membuat mereka setia.

Kerajaan Daud adalah kerajaan spiritual yang akan ditegakkan di akhir zaman, bukan kerajaan politis seperti hari ini. Jawaban yang terlihat naif, tetapi menunjukkan kepada kita bahwa mereka mengerti apa itu kerajaan Daud dan pengertian ini berbeda dari orang Yahudi yang lain. Semua penulis sepakat bahwa mereka mendapatkan hal ini dari Yudas. Status Yudas yang tertinggi bukan relasi dia dengan Yesus Kristus secara jasmani, tetapi relasi dia dengan Yesus secara spiritual sebagai hamba. Itu adalah kemuliaan bagi Yudas dan seharusnya ini juga adalah kemuliaan bagi kita. Jika kita memahami hal ini sebagai kemuliaan, maka tugas seorang hamba untuk memberitakan mengenai tuannya akan terus kita kerjakan di manapun kita diberikan kesempatan. Bukan hanya kepada orang-orang yang ada di luar sana, tetapi orang-orang yang berkaitan dengan kita, keluarga kita. Yudas telah melakukannya dan hal ini juga merupakan tuntutan bagi kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh Pengkhotbah – YC)