Yudas 1:1-4
Pdt. Johanis P. Kamuri, M.Th., M.Hum.
Menurut Yudas, gereja yang sejati adalah gereja yang menerima panggilan Allah. Gereja yang sejati adalah gereja yang tidak hanya dipanggil secara umum melalui firman Tuhan seperti kita hari ini, tetapi gereja yang sejati adalah orang-orang yang setelah mendengarkan firman Tuhan, meresponi kebenaran firman Allah itu melalui panggilan efektif. Ini adalah panggilan efektif dan tanda jika kita adalah orang-orang yang menerima panggilan efektif menurut Yudas adalah terjadi perubahan di dalam pikiran dan cara hidup.
Di dalam ayat 1, gereja yang sejati adalah gereja yang bukan hanya dipanggil oleh Allah untuk berubah cara pikir dan cara hidupnya, tetapi gereja ini adalah gereja yang dikuduskan oleh Bapa. Allah tidak hanya menyelamatkan kita, tetapi Allah akan menguduskan kehidupan kita, dan secara progresif hari demi hari, Dia akan membuat kita semakin lama menjadi semakin serupa dengan Dia. Dikuduskan berarti dipisahkan. Kita dipisahkan dari seluruh dunia ini. Kita dikhususkan di tengah-tengah dunia ini untuk melayani Allah dengan cinta kepada Allah. Dengan demikian seolah-olah kita dibuat bergeser dan berubah dari orang yang cinta kepada diri menjadi orang yang mengasihi dan mencintai Allah. Orang yang tadinya takut untuk melakukan tindakan-tindakan yang mengancam atau merugikan dirinya, menjadi orang yang takut untuk mendukakan hati Allah. Ada perubahan di dalam cara pikir dan cara hidup, dan kemudian Allah memproses kita hari demi hari untuk menjadi orang yang mengasihi Allah, orang yang terus menerus mengalami pengudusan secara progresif.
Gereja yang sejati adalah orang-orang yang di dalam Kristus dikuatkan dan diteguhkan imannya sehingga mereka berjuang sampai akhir.
Allah memanggil kita, Allah menguduskan kita dan Allah memelihara keselamatan kita sehingga keselamatan kita terjamin, hal ini berbicara mengenai karya Allah di dalam kehidupan gereja. Ini adalah tanda cinta kasih Tuhan bagi kita. Dengan menyebutkan apa yang tertulis pada ayat 1-2, Yudas seolah ingin mengatakan bahwa kita adalah orang- orang yang dikasihi oleh Allah. Kita dapat melihat di dalam ayat 3 bagaimana Yudas melihat gereja bukan hanya sebagai saudara, tetapi saudara-saudara yang terkasih di dalam Allah. Karena gereja yang sejati dikasihi oleh Allah, maka Yudas sebagai orang yang diutus oleh Allah tidak memiliki pilihan lain kecuali mengasihi dan melihat gereja sebagaimana Allah melihat dan mengasihi gereja. Maka Dia tidak hanya melihat bahwa Allah menjadikan gereja sebagai milik-Nya yang dikasihi, tetapi dia juga melihat bahwa Allah menjadikan gereja sebagai satu kesatuan. Kesatuan bukan hanya dengan darah yang bersifat biologis, tetapi hari ini kita ada bersama-sama di dalam gereja karena ikatan itu adalah ikatan dari darah Kristus (Ef. 4:4-6). Ketika Efesus menjelaskan mengenai kesatuan gereja. Ketika kita percaya kepada Kristus, maka kita menjadi satu dengan Kristus. Tetapi kesatuan spiritual dengan Kristus secara otomatis membuat kita bersatu dengan semua anggota tubuh lainnya. Kristus adalah kepala gereja. Semua orang yang menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat menjadi anggota tubuh Kristus. Tetapi jika kita dipersatukan dengan Kristus, berarti kita bukan hanya bersatu dengan Tuhan Yesus saja, tetapi kita secara otomatis disatukan dengan seluruh orang percaya sejati di segala tempat dan segala zaman. Karena kita adalah orang-orang yang satu di dalam Kristus, maka kita mau tidak mau harus saling mengasihi. Istilah “saling mengasihi” selalu mengacu kepada konteks bahwa kasih selalu menuntut pengorbanan dan perbuatan yang baik. Jika kita mengatakan mengenai satu tubuh dan salah satu anggota tubuh itu menyerap seluruh kalori yang dibutuhkan oleh seluruh anggota tubuh sehingga hanya dia saja anggota tubuh yang berkembang dan yang lain tidak berkembang, maka kemungkinan itu bukanlah anggota tubuh, tetapi kanker. Jika dia adalah tubuh yang sehat, maka semua itu akan berkembang di dalam irama yang sama, berkembang dengan baik menuju kepada satu arah yang sama. Maka Korintus ketika menjelaskan mengenai kesatuan tubuh Kristus. Dia mengatakan bahwa seluruh karunia yang kita miliki dipakai oleh Allah untuk membangun tubuh Kristus. Yang kedua, dia mengatakan bahwa kita bukan hanya satu tubuh, tetapi kita juga satu roh. Kita adalah satu tubuh di dalam Kristus, karena di dalam kita ada satu roh yang sama, yaitu Roh Kudus. Kehadiran Kristus di dalam kita terjadi oleh karya Allah Roh Kudus. Roh yang sama ini hadir di dalam manusia-manusia yang berbeda, maka roh yang sama ini akan menggerakkan orang-orang yang berbeda menuju kepada satu arah yang sama, yaitu kemuliaan Allah.
Ketika kita masuk ke dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen, ada begitu banyak pergumulan dan kesulitan. Satu-satunya yang dapat membuat kita bertahan adalah kita memiliki satu pengharapan yang sama, bahwa perjalanan yang sulit ini membawa kita menuju kepada satu tempat yang disebut sebagai rumah Bapa dan hal itu bersifat kekal. Satu tubuh, satu Roh, satu pengharapan.
Kemudian Paulus berkata satu iman. Jika kita datang dari satu gereja kepada gereja yang lain, tingkat pengertiannya akan berbeda, bahkan ada perbedaan pengertian terhadap satu ayat yang sama. Namun keyakinan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, Allah yang sejati adalah Allah Tritunggal tidak mungkin berbeda. Paulus berkata bahwa gereja yang sejati adalah gereja yang satu di dalam iman.
Selanjutnya dia mengatakan bahwa kita bukan hanya satu iman, tetapi juga satu baptisan. Orang seperti apapun, ketika dia dibaptis di dalam gereja, dibaptis di dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, maka terjadi kesatuan gereja. Kita adalah anggota keluarga Allah. Kita disatukan di dalam Kristus dan tandanya adalah baptisan. Ketika kita membaptiskan anak-anak kita, atau kita ingin menyerahkan diri kita untuk dibaptis, kita sedang bersaksi kepada seluruh dunia bahwa kita adalah anggota tubuh Kristus.
Terakhir, dia mengatakan bahwa kita di dalam rumah yang sama, memiliki tanda yang sama sehingga tidak ada perbedaan satu dengan yang lain meskipun pada prinsipnya kita adalah orang-orang yang berbeda, lalu kemudian dia mengatakan bahwa di dalam rumah itu hanya ada satu Allah dan satu Bapa. Gereja memiliki satu keyakinan bahwa kita bukan disatukan dengan darah secara biologis, tetapi kita disatukan oleh darah Kristus. Ini adalah sebuah kesatuan spiritual yang harus dipertahankan oleh gereja. Gereja memiliki tanggung jawab yang besar untuk mempertahankan kesatuan ini. Inilah yang seharusnya mengikat kita. Dan Yudas dengan pengertian yang sedemikian mendalam ini, kemudian menyapa orang-orang yang mungkin tidak pernah dia jumpai. Terkadang bahkan di dalam konteks gereja Reformed, kita juga harus memelihara kesatuan ini karena kesatuan ini dibentuk melalui darah Kristus dan Alkitab berkali-kali memperingatkan kita bahwa gereja adalah satu. Saudara yang ada di kanan dan kiri kita bukan hanya sekedar saudara, tetapi mereka adalah saudara yang terkasih. Ini adalah prinsip yang penting di dalam kehidupan gereja. Kesatuan gereja adalah hal yang penting. Tetapi mari kita mulai masuk kepada Yudas yang mulai menyapa mereka dengan sangat baik sekali. Kemudian Yudas mulai berbicara kepada mereka dan sampai kepada ayat 4 atau mulai masuk kepada hal yang sangat sensitif di dalam gereja, yaitu hal yang harus dikerjakan oleh umat pilihan Allah. Pada ayat 3 Yudas menceritakan tentang perubahan di dalam tulisan itu. Gereja yang sejati memiliki tanggung jawab untuk berjuang mempertahankan iman yang dianugerahkan oleh Allah melalui para rasul. Pertanyaannya sekarang adalah, iman apa yang dimaksud? Sebenarnya iman dapat diterjemahkan dua hal secara umum: pertama, iman secara subjektif, berbicara mengenai iman yang ada di dalam hati kita dan kita menghidupinya. Kedua, iman yang objektif, yaitu berbicara mengenai isi dari iman atau apa yang kita imani. Iman yang dipercayakan kepada orang-orang kudus melalui para rasul berbicara mengenai kebenaran di dalam Injil yang sejati, berbicara mengenai ajaran dan doktrin yang benar yang diterima oleh para rasul. Yudas melihat bahwa ini adalah hal yang begitu esensial.
Kita adalah milik Allah. Dan karena kita adalah milik Allah yang sangat berharga, maka Allah bukan hanya menganugerahkan kepada kita keselamatan, tetapi Allah menganugerahkan iman yang sejati dan iman yang sejati itu mengimplikasikan dua hal: pertama, kebenaran yang diberikan kepada kita agar kita mengenal Allah yang sejati dan kemudian menikmati keselamatan lalu bertumbuh di dalamnya. Tetapi yang kedua, Allah melembutkan hati kita untuk menerima iman itu. Karena iman yang sejati, keyakinan yang benar itu harus dibangun di atas Injil dan doktrin yang sejati.
Karena hal ini begitu esensial bagi gereja, maka Yudas mengganti topiknya. Ketika Injil dan ajaran-ajaran yang benar diubah, Yudas mengganti topik. Dari pada mengenai keselamatan, dia melihat ada ancaman yang begitu besar di dalam tubuh Kristus. Maka dia menuliskan surat untuk mengingatkan jemaat yang ia kasihi untuk berjuang mempertahankan iman yang benar.
Kata “berjuang” yang ia gunakan berbicara mengenai pertarungan (Yun. Epagwnizesyai), yang biasa digunakan para gladiator di dalam Coloseum. Setelah Allah memercayakan sesuatu yang berharga oleh karena Dia mengasihi mereka, mereka harus bertarung untuk itu. Berjuanglah sekuat tenaga untuk menang. Mereka tidak boleh kalah di dalam peperangan itu. Ini adalah perjuangan yang serius dan hasil akhirnya haruslah kemenangan. Mereka tidak boleh kalah karena hal ini menentukan hidup dan mati mereka. Berarti iman yang kita miliki hari ini dan isi dari iman itu sesuai dengan ajaran yang benar. Injil yang sejati adalah hal yang begitu esensial di dalam kehidupan kita sehingga kita tidak boleh mengabaikannya. Bahkan karena dia berkata “bertarung”, maka untuk mempertahankan iman yang sejati dan untuk mempertahankan isi iman yang sejati, Yudas mengizinkan terjadinya konflik. Dalam urusan iman, yang berkaitan dengan hidup dan mati secara spiritual tidak ada kompromi.
Implikasi yang pertama, kita tidak perlu terlalu alergi dengan perdebatan dan konflik. Karena konflik dan perdebatan di dalam gereja merupakan bentuk dari perjuangan iman dan pelaksanaan tanggung jawab gereja. Terkadang orang-orang merasa bahwa doktrin tidaklah penting, tetapi hari ini kita harus menyadari bahwa doktrin adalah sesuatu yang esensial bagi kehidupan manusia.
Implikasi yang kedua, Injil yang sejati dan doktrin yang benar, yang dibangun di atas Injil yang sejati tidak boleh berubah. Karena kalau Injil berubah, doktrin yang benar berubah, berarti cara pikir juga berubah. Kemudian jika cara pikir berubah, berarti cara hidup juga berubah. Perjuangan kita adalah mempelajari prinsip yang telah diajarkan oleh Allah ribuan tahun yang lalu untuk diaplikasikan hari ini. Injil yang sejati dan doktrin yang benar yang dibangun di atas Injil yang sejati tidak boleh berubah. Hal ini bisa diperdebatkan. Allah tahu prinsip yang benar, yang Dia berikan kepada kita melalui pengalaman dan pergumulan hidup manusia. Memang pengalaman tidak sama namun ada prinsip yang sama yang harus diteruskan dari zaman kepada zaman.
Maka implikasi yang ketiga, yaitu Injil yang sejati dan doktrin yang benar harus diteruskan kepada umat Allah. Berjuanglah untuk mempertahankan iman yang telah diberikan kepada orang-orang kudus. Thomas Manton berkata bahwa iman Kristen adalah iman yang telah diteruskan kepada orang-orang kudus oleh orang-orang kudus, dari para rasul kepada gereja yang sejati, dan tidak ada orang yang sangat ingin menerima berita itu. Tidak ada yang sangat berhasrat untuk mempertahankannya. Tidak ada yang kuat berpegang kepadanya kecuali orang-orang kudus. Kalimat ini memberikan kepada kita satu implikasi bahwa ajaran yang benar harus diteruskan dari satu generasi kepada generasi yang lain. Kita harus memerhatikan sejarah dan memerhatikan tindakan-tindakan Allah di dalam sejarah, terutama apa yang telah Dia wariskan kepada kita di dalam Injil dan kebenaran-Nya.
Mengapa kita memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan kebenaran dan ayat 4 menjelaskannya? Mereka harus mempertahankan iman yang sejati karena di dalam gereja bukan hanya ada gereja yang sejati, tetapi juga telah menyusup gereja yang palsu.
Salah satu ciri gereja sejati yang berbeda dari gereja yang palsu adalah kecenderungannya untuk mempertahankan kebenaran. Jika kita ingin membedakan gereja yang asli dengan gereja yang palsu hanya satu, yaitu komitmen mereka terhadap kebenaran. Orang percaya atau gereja yang sejati adalah orang-orang yang telah lama ditentukan oleh Allah untuk menikmati keselamatan, sehingga Allah memanggil mereka untuk menerima keselamatan. Gereja yang sejati adalah orang-orang yang dipanggil oleh Allah, tetapi Allah hanya memanggil keluar orang-orang yang berdosa itu untuk datang kepada Dia sesuai dengan apa yang telah Dia tetapkan sejak kekekalan. Kali ini Yudas mengatakan kepada kita sebagaimana ada orang-orang yang telah ditetapkan sejak kekekalan untuk menikmati keselamatan, maka ada juga orang-orang yang sejak kekekalan telah ditetapkan untuk menikmati penghukuman Allah atau keadilan Allah. Hal ini berbicara mengenai status. Tuhan Yesus pernah memberikan perumpamaan tentang lalang dan gandum. Mereka ada di dalam satu kebun yang sama, mereka bertumbuh bersama seperti dua tanaman yang identik tetapi mereka berbeda. Kehadiran lalang selalu merusak gereja. Gereja yang palsu bukan gereja yang menyangkali atau menolak secara verbal apa yang kita yakini dan apa yang tertulis di dalam Kitab Yudas. Jemaat di dalam Kitab Yudas bukan bergumul dengan orang-orang yang menolak Allah Tritunggal, tetapi mereka berjumpa dan bergumul dengan orang-orang yang memiliki pengakuan yang sama dengan mereka, tetapi mereka membahayakan gereja melalui perbuatan-perbuatan mereka yang melawan kebenaran-kebenaran itu. Jadi pada satu sisi mereka mengatakan bahwa ajaran gereja adalah benar, percaya kepada Kristus, percaya kepada Allah Tritunggal dan semua ajaran-Nya, tetapi pada saat yang sama mereka menghidupi kehidupan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Jika ada orang yang percaya kepada Allah Tritunggal, termasuk percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, namun kehidupan moralnya tidak sesuai dengan apa yang dia imani, maka Yudas mengatakan ia tidak sama seperti mereka. Hari ini jika kita berbicara mengenai seorang Hamba Tuhan, kita bukan hanya berbicara mengenai apa yang mereka ajarkan dan yang mereka akui, tetapi kita juga harus melihat mengenai apa yang mereka hidupi.
Gereja yang sejati dan palsu berbeda di dalam status. Yang satu ditetapkan di dalam kekekalan untuk menikmati keselamatan, yang satu ditetapkan di dalam kekekalan untuk menikmati penghukuman Allah.
Kedua, mereka berbeda karena gereja yang sejati dan gereja yang palsu berbeda di dalam kecenderungan hati yang memengaruhi cara hidup. Kita bukan hanya orang-orang yang dipanggil oleh Allah, tetapi kita adalah orang-orang yang dikuduskan oleh Allah untuk mencintai Allah dan melayani Dia. Jika kita adalah umat Allah, hati kita mencintai Allah, maka akan ada perasaan takut yang positif, yaitu kita takut untuk mendukakan hatinya. Jika kita mengasihi orang-orang yang kita kasihi, kita akan menjaga tindakan kita sedemikian rupa sehingga tidak melukainya. Kata “takut” bukanlah ketakutan untuk menjauhi, tetapi ketakutan untuk melukai.
Dan terakhir, gereja yang sejati dan gereja yang palsu berbeda di dalam respon terhadap kebenaran sejati. Jika kita adalah gereja yang sejati, Yudas mengatakan bahwa kita akan menerima kebenaran kemudian mempertahankannya sampai mati. Bagaimana dengan gereja yang palsu? Gereja yang palsu mulutnya mengakui kebenaran, tetapi kemudian mereka memakai kebenaran untuk membenarkan dosa-dosa mereka. Ayat 4 mengatakan bahwa mereka adalah orang fasik karena mereka menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka. Kebenaran dipakai untuk memuluskan dosa mereka. Apa implikasinya jika kita memakai firman Tuhan untuk membenarkan tindakan yang salah? Implikasinya ada di dalam kalimat terakhir, yaitu mereka menyangkal satu-satunya penguasa yaitu Tuhan kita Yesus Kristus. Di mulut mereka mengatakan bahwa mereka percaya kepada Tuhan, tetapi jika kita mengatakan percaya kepada Tuhan tetapi perilaku kita tidak sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Tuhan, maka kita sedang menyangkali Yesus yang adalah Tuhan. Jika seandainya saya mengatakan Yesus sebagai yang berkuasa atas saya, maka saya akan berjuang sedemikian rupa agar saya tunduk kepada kehendak-Nya. Tetapi jika firman-Nya saya pakai untuk melayani kehendak saya dan memuaskan hawa nafsu saya, maka sebenarnya siapa yang menjadi Tuhan? Dia atau saya?
Yudas dengan begitu jelas mengatakan karena mereka menggunakan firman Allah untuk mengafirmasi atau membenarkan dosa mereka. Mereka sedang mengambil posisi Allah. Jika mereka mengambil posisi Allah, berarti Yesus bukanlah Tuhan bagi mereka. Dan jika Yesus bukanlah Tuhan mereka, maka mereka bukanlah Kristen. Di dalam dua ayat ini dengan tegas Yudas menunjukkan siapakah yang Kristen sejati dan yang bukan.
Kristen yang sejati bukan hanya orang yang secara status menerima panggilan Allah, tetapi Kristen yang sejati berjuang untuk mempertahankan kebenaran, berjuang agar kebenaran itu dapat diteruskan karena Kristen yang sejati hatinya cenderung kepada kebenaran dan gereja yang sejati memberi respons kepada kebenaran serta hidup di dalam kebenaran, sehingga hidup itu bukan hanya menjadi satu kesaksian, tetapi menjadi satu bukti bahwa Kristus adalah Tuhan dan Allah mereka.
Apakah yang kita hidupi hari ini? Apakah hidup sebagai gereja yang sejati atau gereja yang palsu?
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah-YC)