Gembala Agung – Pintu Sempit Penjamin Selamat

Posted on

Yoh. 10:1-10
Pdt. J. Putratama Kamuri

Yoh. 10:1-5 berbicara mengenai gembala yang gagal. Yeh. 34:1-10 menceritakan mengenai kegagalan demi kegagalan yang dialami oleh gembala-gembala Israel. Allah memilih mereka sebagai pemimpin, namun mereka tidak menjalankannya. Jika Yosua bisa disebut sebagai gembala yang berhasil namun memiliki kekurangan, Yeh. 34 bercerita mengenai gembala- gembala yang sama sekali tidak menggenapi rencana Tuhan, yang hanya memanfaatkan domba-domba itu. Oleh sebab itu seolah Allah kecewa dan kemudian di dalam Yeh. 34:10 Allah berkata bahwa karena gembala- gembala ini gagal maka Dia akan mengutus seorang gembala yang agung yaitu diri-Nya sendiri. Allah berkata bahwa gembala yang agung dan sempurna itu adalah pribadi yang ilahi, yaitu diri-Nya sendiri. Tetapi Yeh. 34:23 mengatakan bahwa gembala yang ditetapkan oleh Allah sebagai gembala agung itu adalah keturunan Daud. Jika Dia adalah keturunan Daud, maka Ia adalah seorang manusia yang sempurna karena ia manusia sekaligus ilahi. Maka gembala agung di dalam PL adalah satu pribadi yang menggembalakan umat Allah dan pribadi itu harus sekaligus Allah dan sekaligus manusia. Di dalam Yoh. 1-5 Yesus berkata bahwa semua gembala yang bukan Allah sekaligus manusia tidak akan sanggup untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang Dia kerjakan. Semua gembala yang ada di dalam dunia ini, baik di dalam gereja, di dalam rumah tangga, atau di dalam pekerjaan, mereka tidak sempurna dan ketidaksempurnaan itu tidak seharusnya membuat kita mengeluh dan lari dari Allah. Ketidaksempurnaan gembala-gembala yang ada di dalam dunia ini yang Tuhan percayakan ada di dalam kehidupan kita adalah panggilan untuk kita merindukan dan mencari gembala yang sempurna dan agung, yaitu Yesus Kristus.

Yesus berkata bahwa gembala yang agung memiliki ciri:

Pertama, memiliki domba-dombanya dan memiliki otoritas atas mereka. Dia adalah pemilik domba-domba ini karena Bapa memberikan mereka kepada Dia. Ini adalah predestinasi. Tetapi kemudian Dia berkata bahwa Dia memiliki mereka bukan hanya karena Bapa memberikan mereka kepada-Nya, tetapi karena diri-Nya sendiri, karena Dia memiliki mereka, maka Ia memberi nyawa-Nya bagi mereka. Dia adalah gembala yang berkorban bagi domba-Nya. Lalu Dia berkata bahwa karena Ia memiliki mereka, maka Ia memimpin mereka. Bagaimana Dia bisa memimpin mereka? Dia memimpin mereka karena Dia mengenal mereka secara personal. Oleh sebab itu Yesus berkata bahwa Ia memanggil mereka dengan namanya. Dia bukan hanya gembala yang mengenal domba-domba-Nya secara personal, tetapi jika Dia adalah pemilik kita sebagai domba-domba Allah, maka Dia mengenal kita dan kita juga mengenal Dia. Karena kita mengenal Dia maka kita meresponi panggilan-Nya.

Yang kedua, Yesus berkata bahwa mereka merindukan suara-Nya. Domba-domba yang dimiliki oleh Kristus, mereka memiliki ciri, yaitu meresponi suara sang gembala. Tetapi bukan hanya sekedar meresponi, mereka juga merindukan suara sang gembala. Pada saat matahari terbit, mata domba-domba itu diarahkan kepada satu titik di mana gembala biasa berdiri dan mereka merindukan kapan gembala itu datang memanggil mereka keluar dari kandang itu. Maka, apakah sebagai seorang Kristen yang menyebut diri sebagai domba Allah, memiliki kerinduan mendengar suara-Nya? Apakah kerinduan itu ada di dalam diri kita?

Jika kita memerhatikan Mat. 13 & Luk. 8 mengenai perumpamaan tentang penabur, kita akan menemukan bahwa ternyata perumpamaan itu Tuhan pakai untuk membuka pikiran. Perumpamaan biasanya dipakai untuk menyederhanakan pengajaran sehingga orang dapat lebih mudah atau mengerti. Perumpamaan adalah seperti ilustrasi yang dibuat di dalam khotbah yang bertujuan untuk menolong kita agar lebih memahami khotbah. Tetapi perumpamaan yang Yesus berikan tujuan utamanya adalah untuk membuka pikiran umat pilihan Allah sehingga mereka mengerti firman. Tetapi di sisi yang lain, perumpamaan juga diberikan oleh Yesus agar orang-orang yang bukan domba Allah tidak mengerti dan tidak dapat meresponinya. Ini mengerikan. Firman Tuhan dibuat dalam bahasa yang sederhana supaya menjadi alat anugerah bagi umat pilihan untuk mengerti dan mereka meresponinya. Tetapi di sisi lain ini juga menjadi alat penghakiman bagi mereka yang bukan domba Kristus karena mereka tidak akan mungkin bisa mengerti dan dengan demikian mereka tidak dapat meresponinya. Maka, apakah selama ini kita bergumul dengan firman Tuhan? Apakah kita memahami kebenaran firman Allah?

Firman Allah diinspirasi oleh Allah Roh Kudus. Ini adalah pekerjaan Allah yang supranatural, oleh sebab itu firman Allah pasti melampaui pikiran kita. Tetapi jika kita mendengar firman yang supranatural itu dan kita dapat mengerti dan memahaminya, maka itu adalah pekerjaan supranatural Roh Kudus di dalam pikiran kita agar kita dapat mengerti firman. Itu adalah tanda Allah mengasihi kita. Maka kapan terakhir kali kita bersyukur untuk kebenaran firman Allah yang kita mengerti? Jika ada firman Allah yang kita mengerti, itu bukanlah karena kepandaian seorang Pendeta atau seorang Pengkhotbah, tetapi itu adalah pekerjaan Allah Roh Kudus di dalam pikiran kita agar pikiran natural ini mengerti firman yang ditulis secara supranatural oleh manusia, namun pada saat yang sama adalah hasil dari pekerjaan Roh Kudus secara supranatural. Pikiran natural tidak mungkin dapat memahami rahasia yang bersifat supranatural dalam kebenaran firman Allah. Maka bersyukurlah kepada Tuhan jika kita mengerti firman karena Allah berbelas kasihan kepada kita agar pikiran yang natural ini memahami firman yang supranatural.

Yoh. 10:6 mengatakan bahwa orang-orang tidak mengerti. Di dalam Yoh. 10:7-10 Yesus bukan lagi berbicara mengenai penjelasan dan perumpamaan itu, tetapi Yesus memberikan perumpamaan yang kedua yaitu, ”Akulah pintu.”

Pola pengembalaan yang dipakai oleh Yesus kali ini berbeda dengan khotbah sebelumnya. Pola pengembalaan ini yaitu pengembalaan di padang. Ketika gembala membawa domba dan mengembalakannya di padang, biasanya gembala akan membuat kandang dari batu yang besar dan cukup tinggi agar domba itu tidak dapat keluar. Domba-domba itu akan masuk melewati satu pintu kecil dan pintu itu hanya dapat dimasuki oleh satu ekor domba sehingga gembala harus menuntun mereka satu persatu. Domba adalah binatang yang bodoh dan entah mengapa Tuhan memakai perumpamaan kita sebagai domba-Nya. Setelah mereka masuk ke dalam kandang itu di malam hari, gembala akan tidur di pintu yang sempit itu agar domba yang ada di dalam tidak dapat keluar. Jika mereka keluar, maka mereka harus menginjak gembala dan gembala akan tahu bahwa mereka keluar. Binatang buas juga hanya dapat masuk melalui pintu itu. Hanya ada satu pintu yang sempit. Seorang penafsir berkata bahwa ketika Yesus berkata bahwa Dialah pintu, maka Yesus berfungsi sebagai a living door, penentu akses bagi domba-domba untuk masuk ke dalam kandang yang disediakan Allah bagi mereka. Yesus Kristus adalah pintu. Tidak ada yang dapat masuk ke dalam kandang itu jika Yesus tidak mengizinkannya. Semua yang merupakan domba Kristus pasti akan diizinkan oleh Dia untuk masuk ke sana dan Dia akan membawa mereka keluar untuk menikmati kelimpahan hidup. Apa makna perumpamaan ini? Gembala yang agung disebut sebagai pintu, penentu keluar dan masuk domba-domba-Nya. Ini adalah penegasan bahwa Yesus adalah gembala yang agung yang tidak boleh tidak ada. Dia harus ada agar kita hidup.

Sekarang kita akan belajar bahwa Dia adalah gembala yang agung yang tidak boleh tidak ada. Dia harus ada di dalam kehidupan kita agar kita bukan hanya hidup, tetapi kita juga dapat bertahan hidup, bahkan menikmati hidup di dalam kelimpahan karena Dia bukan hanya pintu tetapi Dia adalah penentu keluar dan masuknya kita. Maka apa maksud Yesus berkata, “Akulah pintu”?

Pertama, Yesus ingin berkata bahwa Dia adalah gembala yang agung dan gembala ini adalah satu-satunya pintu, satu-satunya pemimpin, satu-satunya penuntun, dan satu-satunya akses untuk masuk ke dalam rumah Allah yang telah disiapkan oleh-Nya. Dialah satu-satunya akses agar orang dapat percaya, dapat menjadi gereja yang sejati, dan suatu saat nanti menikmati kerajaan Allah yang kekal itu.

“Akulah pintu” berbicara mengenai keselamatan kita. Dia adalah gembala yang agung yang memberikan akses bagi kita untuk masuk ke dalam rumah Tuhan, menikmati status sebagai gereja yang sejati sekaligus menikmati kerajaan sorga yang telah disiapkan bagi gereja yang sejati. Namun kita harus ingat bahwa hanya ada satu pintu menuju ke sana dan Yesus adalah satu- satunya pintu itu. Yesus adalah satu-satunya akses untuk datang kepada Allah. Dia adalah satu-satunya akses untuk datang ke dalam rumah Allah di sorga (Ibr. 10:19-20 & Ef. 2:18). Hanya ada satu pintu dan menjadi sia-sia jika ada banyak pintu dan satu pintu itu adalah diri-Nya sendiri. Akses itu dibuka dengan darah-Nya. Jika ada lebih dari satu pintu justru tidak ada jaminan bagi kita. Oleh sebab itu Yesus berkata hanya ada satu pintu untuk domba keluar dan masuk dan pintu itu adalah diri-Nya sendiri sehingga hal ini menjamin kehidupan kita.

“Akulah pintu” adalah sebuah deklarasi bahwa sekarang pintu ini terbuka bagi semua pendengar hari itu. Panggilan ini didengar oleh semua, tetapi hanya mereka yang mendengar panggilan itu dan mengerti yang akan meresponinya. Tetapi Dia berkata bukan hanya kepada murid-murid-Nya, melainkan kepada semua orang hari itu bahwa Dialah pintu. Maka izinkan saya sebagai Hamba Tuhan untuk meneruskan panggilan ini dan berkata: masuklah lewat pintu yang satu-satunya itu! Nikmatilah apa yang Dia tawarkan. Bukan hanya keselamatan tetapi juga kelimpahan hidup. Namun kita harus mau dan harus memutuskan keputusan itu di sini dan sekarang. Ketika panggilan itu datang kepada kita, pintu itu adalah pintu yang sempit sehingga jika kita ingin masuk melaluinya, kita harus dituntun oleh sang gembala.

Yeh. 20:37 berkata bahwa gembala memimpin domba- domba masuk dengan tongkatnya. Domba begitu bodoh sehingga meskipun ada pintu, mereka tidak tahu cara masuk ke dalamnya. Oleh sebab itu gembala harus menuntun mereka masuk ke dalam pintu yang sempit itu dengan tongkatnya. Pintu itu sempit dan butuh sang gembala untuk memimpin masuk domba itu satu persatu masuk ke dalam kendang. Pertanyaannya, apakah ketika kita mendengar firman Tuhan seperti ini hati kita digerakkan oleh firman Tuhan? Jika hati kita digerakkan oleh kebenaran firman Tuhan, maka mungkin kita sedang dituntun oleh Kristus untuk masuk ke dalam pintu itu. Jika kita merasa bahwa ini adalah sebuah panggilan Tuhan maka kita harus mau dan harus percaya, dan biasanya Dia menggerakkan hati kita untuk meresponi Dia. Saya mengajak kita semua untuk percaya kepada panggilan Kristus. Ini adalah pintu yang sempit yang menuntun kita kepada keselamatan, pintu yang membawa kita kepada pembenaran. Pintu ini adalah pintu yang disiapkan oleh Allah supaya di akhir zaman kita menikmati kemuliaan. Tetapi pintu ini adalah pintu yang memimpin kita masuk ke dalam jalan yang sempit, yaitu pengudusan hari demi hari melalui firman, disiplin, dan kerja keras orang percaya.

Yesus berkata ada jalan yang lebar menuju kepada kebinasaan dan ada jalan yang sempit tetapi membawa kita kepada kehidupan yang kekal. Pintu ini terbuka bagi semua orang. Allah menuntun umat-Nya untuk masuk melaluinya, untuk menikmati keselamatan dan pembenaran, bahkan di akhir zaman nanti akan menikmati kemuliaan. Namun pintu ini juga membuat kita menjalani jalan yang sempit yang disebut pengudusan dan penyucian progresif yang dikerjakan oleh Allah di dalam hidup kita melalui firman. Maka seharusnya setiap hari kita bergumul dengan firman dan berjuang untuk mengerti firman Allah karena ini adalah cara Allah yang diberikan bagi kita agar hari demi hari kita dikuduskan dan semakin lama kita semakin serupa dengan Kristus. Ef. 2:10 juga berkata kepada kita bahwa kita diselamatkan untuk mengerjakan pekerjaan baik yang telah disiapkan Allah bagi kita. Jalan ini sempit karena melibatkan kerja keras dan perjuangan umat Allah. Maka di satu sisi saya mengajak kita untuk masuk melalui pintu itu. Namun jika hari ini kita digerakkan oleh Tuhan dan kita berdiri di depan pintu itu memutuskan untuk masuk, sebagai Hamba Tuhan saya mengajak kita untuk menghitung baik-baik harganya. Ini adalah panggilan yang mulia namun harganya mahal.

Yesus tidak pernah memaksa kita untuk mengikut Dia. Yesus memanggil kita agar kita rela mengikut Dia. Oleh sebab itu maka hitung harganya. Tetapi bukankah kita percaya bahwa segala sesuatu adalah anugerah Tuhan? Lalu mengapa saya berbicara mengenai perjuangan hidup? Seolah saya mengajak kita menempuh jalan seperti Armenianisme?

Donald Grey Barnhouse berkata bahwa kita yang sedang bergumul dengan keselamatan adalah orang-orang yang berdiri di satu jalan kemudian kita tidak tahu harus memilih jalan yang mana. Kita memikul beban dosa dan tuduhan iblis yang mengakibatkan kegelisahan di dalam hati sehingga sulit sekali bagi kita untuk mendapatkan ketenangan. Namun ketika kita berdiri di persimpangan jalan, kita melihat sebuah tembok besar berbentuk salib dan di sana ada pintu kecil. Di pintu kecil itu tertulis kalimat: “siapa yang mau, silahkan masuk dan nikmatilah kelegaan dan kelepasan.” Hal ini mungkin sama seperti panggilan Yesus di dalam Mat. 11:28. Kita mungkin berdiri di sana melihat pintu dan tulisan itu tetapi kita ragu-ragu. Namun karena yang ditawarkan adalah sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan kita, mungkin dengan ragu-ragu kita memutuskan untuk masuk. Sepanjang perjalanan untuk menembus pintu itu hati kita gelisah karena kita tidak memiliki jalan keluar lain kecuali yang ditawarkan oleh pintu itu, maka kita masuk karena kita ingin agar beban itu terlepas. Dan benar. Pada saat kita masuk dan melewati pintu itu, beban dosa kita dilepaskan. Belenggu iblis seolah terputus. Kita mendapatkan kelegaan, mendapatkan kepastian keselamatan sehingga tuduhan dan dakwaan iblis tidak berlaku lagi bagi kita. Kita bersukacita dan dengan sukacita yang meluap itu seolah kita ingin melihat kepada masa lalu kita dan melihat kepada pintu itu. Begitu kita melihat di balik pintu itu ada kalimat tertulis: “dipilih di dalam Dia sebelum dunia dijadikan. Ditebus oleh Dia dengan darah yang mahal.” Kita akan mendapati bahwa karya ini begitu indah karena kita hanya dapat masuk melalui pintu itu jika kita dipilih di dalam Kristus, sang gembala agung. Nampaknya, kita memang harus masuk. Jika kita masuk, barulah kita akan sadar bahwa sang gembala adalah pemilik yang telah memanggil kita dan menuntun kita masuk ke sana. Apakah kita mau mendengar panggilan-Nya? Panggilan itu sedang disampaikan sekali lagi karena gembala ini adalah satu-satunya gembala, satu-satunya pemimpin, dan satu-satunya penuntun dan akses untuk menuju sebuah kandang yang disiapkan Allah bagi domba- domba-Nya. Jika kita adalah domba Kristus, maka kita akan masuk melalui pintu itu.

Kedua, gembala yang agung adalah penjamin kepastian keselamatan domba-domba-Nya. Gembala berbaring di pintu yang sempit itu untuk memastikan yang bukan domba tidak masuk ke dalamnya. Dia bukan pencuri yang mencuri domba dari kandang lain sehingga domba dari kandang lain tidak akan masuk ke sana kecuali Dia tahu itu adalah domba-Nya dan Dia izinkan masuk ke sana. Tetapi domba-domba yang ada di dalam juga tidak bisa keluar dengan sendirinya jika Dia tidak mengizinkan mereka keluar. Karena Dia tidur di pintu yang sempit itu, maka serigala dan binatang liar yang ingin mencabik domba itu harus bertarung melawan dan melewati Dia. Maka pencuri dan perampok yang datang sebelum Dia harus melewati Dia. Yang ingin Yesus katakan adalah untuk merebut domba-Nya, sang gembala harus mati, karena tidak ada satupun yang dapat masuk jika tidak diizinkan oleh sang gembala. Hal ini menjadi menarik karena Yesus mengaitkan hal ini dengan kalimat: “orang-orang sebelum Aku adalah pencuri dan perampok.” Istilah pencuri (Yun. Kleptes/Klepto) mengacu kepada pencurian dan penipuan (mengambil hak milik orang lain) dengan licik dan sembunyi- sembunyi. Penafsir berkata bahwa ini adalah tindakan merugikan orang lain dengan cara yang tidak keras dan tidak kasar, bahkan mungkin menyenangkan, halus dan nikmat. Jika kita membandingkan Mat. 23:15, Luk. 16:4, Mrk. 12:40, dengan pengajaran-pengajaran yang membuai orang Israel lah, pemimpin-pemimpin agama Israel memeras dan menggerus kekayaan mereka. Hari ini kita akan terus menerus menjumpai pengajar- pengajar sedemikian. Mereka menggunakan ajaran- ajaran yang enak didengar oleh telinga untuk memasukkan tipuan setan di dalam gereja. Mereka menyesatkan, menimbulkan keragu-raguan terhadap kebenaran, bahkan memalingkan jemaat dari kebenaran. Banyak orang mencari keuntungan dengan ayat-ayat Alkitab, dengan simbol-simbol gerejawi, dengan ajaran. Maka perkataan Karl Marx benar sampai hari ini, yaitu agama digerakkan oleh ekonomi. Gereja yang palsu digerakkan oleh uang. Gereja palsu tidak dapat berbuat apa-apa tanpa uang. Hamba Tuhan palsu tidak dapat melayani tanpa uang. Oleh sebab itu yang setiap hari mereka khotbahkan adalah uang dan uang. Ini adalah masalah di dalam teologi kemakmuran. Tetapi sering kali jemaat lebih mencintai hal yang sedemikian. Kita lebih menyukai penipuan yang licik dan tersembunyi.

Yesus berbicara mengenai sesuatu yang tidak mungkin tidak ada. Karl Marx berkata bahwa kekuatan yang terbesar dan fondasi segala sesuatu di dalam dunia ini adalah ekonomi. Satu-satunya cara untuk menunjukkan bahwa Karl Marx salah adalah gereja yang sejati berdiri di atas kebenaran dan tidak digerakkan oleh uang. Satu- satunya cara untuk membuktikan hal ini adalah pendeta-pendeta yang sejati berdiri di atas kebenaran dan tidak digerakkan oleh uang. Tetapi jika kita masih ada di dalam gereja yang digerakkan oleh uang, maka kita menggenapi apa yang dikatakan oleh Karl Marx dan bukan apa yang dikatakan oleh Kristus. Yesus memberi peringatan kepada kita bahwa ada pencuri di dalam gereja, maka berhati-hatilah! Mereka akan menyampaikan ajaran mereka dengan retorika yang baik, mereka akan menyampaikan ajaran-ajaran mereka dengan bujukan-bujukan yang membuat kita lebih suka kepada apa yang mereka ajarkan. Ini mengerikan, namun pencuri memang ada di dalam gereja.

Istilah perampok (Yun. Lestes) berbicara mengenai orang yang melakukan kekerasan untuk mendapatkan keuntungan. Pencuri berbicara mengenai rayuan dan bujukan untuk mendapatkan keuntungan, tetapi sekarang berbicara mengenai kekerasan. Hal ini berbicara mengenai aniaya yang dilakukan oleh oknum tertentu untuk menganiaya gereja. Tetapi ketika Yesus berbicara mengenai pencuri dan perampok, Dia memakai tensis yang berarti terus menerus. Maka pencuri dan perampok akan terus menerus ada. Penyesatan melalui ajaran-ajaran sesat yang membujuk kita untuk meninggalkan Kristus dan aniaya yang memaksa kita keluar dari gereja akan terus menerus datang. Itu sebabnya Yesus menubuatkannya. Mereka akan terus menerus ada untuk menyesatkan gereja. Namun Yesus Kristus berkata bahwa Dia adalah pintu. Mereka terus menerus ada namun pintu ini juga terus menerus ada, artinya meskipun ada penyesatan di dalam gereja dan aniaya dapat dilakukan terhadap gereja, namun pencurian dan perampokan, penyesatan dan aniaya, tidak dapat menarik keluar gereja yang dijaga oleh Kristus dari keselamatan yang Dia berikan kepada mereka. Pencuri dan perampok tidak akan mungkin membinasakan domba-domba Kristus. Bukan karena domba-domba itu kuat, karena domba tidak sanggup menjaga dirinya. Bukan karena domba-domba ini setia, karena domba adalah binatang yang keras kepala. Tetapi karena penjaga pintu itu menjamin keselamatan domba-domba-Nya. Penjaga pintu ini adalah sang gembala dan penjaga pintu ini adalah Allah. Istilah “Akulah pintu” memakai kata ego eimi, yaitu berarti YHWH penjaga Israel yang tidak pernah tertidur dan tidak terkalahkan (Maz. 121:3-8). Yang sedang Yesus bicarakan adalah jaminan. Kita tidak dapat menyingkirkan ajaran sesat, tetapi kita juga harus sadar bahwa kehadiran dari pencuri dan perampok pasti terus menerus ada dan tidak dapat disingkirkan.

Bukankah pandemi ini adalah cara Tuhan untuk memurnikan gereja? Bukankah ajaran gereja yang benar dapat kita akses dengan begitu mudah melalui YouTube? Meskipun juga banyak ajaran yang sesat namun kita dapat membandingkannya. Sebelum pandemi, teologi kemakmuran, ajaran-ajaran yang buruk dan nubuat-nubuat palsu bertebaran di mana-mana. Hari ini mereka justru berdiam diri, karena mereka kuatir di dalam situasi seperti ini, kesalahan sedikit langsung mendapatkan kritik, padahal sebelumnya tersembunyi. Tetapi anehnya gereja-gereja yang mengajarkan kebenaran juga dulunya menyembunyikan diri. Ini adalah cara Tuhan untuk memurnikan gereja. Dan jika ini adalah kesempatan, mengapa kita tidak menggunakannya? Ini adalah kesempatan bagi gembala-gembala yang mengenal kebenaran untuk melawan kesesatan. Meskipun penyesatan akan tetap ada, tetapi sekarang mereka seperti seekor serigala yang tiarap karena ada gembala yang baik, tetapi tidak berarti mereka tidak akan muncul. Suatu saat mereka akan muncul, namun kita memiliki kepastian. Entah mereka muncul atau mereka tidak muncul, kita dijaga oleh gembala yang sejati. Kita dapat tertidur dengan tenang karena gembala tidak tidur. Di tengah-tengah situasi yang tidak aman sekalipun kita dapat menenangkan jiwa dan pikiran kita karena gembala ini adalah penjaga yang tidak pernah bisa dikalahkan oleh siapapun. Keyakinan inilah yang membuat orang Yahudi memiliki pemikiran bahwa mereka sama seperti satu domba yang diutus ke tengah- tengah serigala. Ajaran itu sudah ada di dalam tradisi orang Yahudi. Serigala berbicara sebagai pengajar- pengajar sesat yang masuk ke dalam gereja. Serigala berbicara mengenai orang-orang yang suatu saat akan menganiaya kita karena kita adalah orang percaya. Serigala bisa saja adalah situasi yang hari ini tidak dapat kita bayangkan sehingga mengguncang segala situasi dan segala sendi kehidupan kita seperti pandemi hari ini. Namun ingatlah bahwa yang luar biasa bukanlah domba yang tenang dan tertidur di dalam lembah kekelaman, tetapi yang luar biasa adalah gembala yang tidak tertidur di dalam lembah kekelaman sehingga domba dapat tertidur dengan tenang.

“Akulah pintu” berarti Yesus Kristus adalah gembala agung, satu-satunya pintu, satu-satunya akses kepada kelimpahan hidup. Dia bukan hanya membawa kita masuk ke dalam kandang dan memastikan kita tetap ada di sana, tetapi dikatakan bahwa Dia memimpin keluar dan masuk domba-domba-Nya. Dia membawa mereka masuk, namun ada waktu di mana Dia memimpin mereka keluar dari pintu itu. Gembala agung adalah satu-satunya akses agar domba-domba itu dapat keluar dari kandang menuju ke padang yang berumput hijau dan menuju ke air tenang agar mereka dapat menikmati kelimpahan hidup. Kelimpahan tidak selalu merupakan kelimpahan secara lahiriah. Bukankah Yesus berkata bahwa pencuri dan perampok selalu ada dan menjadi ancaman bagi kita? Maka aniaya dan kemiskinan dapat terjadi di dalam kehidupan kita. Namun jika Dia memimpin kita keluar menuju kelimpahan, hal ini berbicara mengenai kelimpahan secara spiritual yang dijamin oleh Kristus sehingga kita tetap dapat menikmati rasa aman dan menikmati kelimpahan hidup di dalam lembah bayang-bayang maut. Inilah yang dikatakan Maz. 23.

Ketika kita mengikut Tuhan, Tuhan dapat memberkati kita sehingga kita mengalami kelimpahan secara fisik. Tetapi Tuhan juga dapat mengizinkan kita untuk melewati lembah kekelaman secara lahiriah sehingga kita mengalami kehilangan segala sesuatu. Namun di dalam kelimpahan fisik maupun di dalam keterhilangan secara fisik, kelimpahan secara spiritual senantiasa disiapkan oleh sang gembala yang agung di dalam kehidupan kita.

Maka jemaat harus berhati-hati terhadap penipuan yang mengatakan bahwa Allah menawarkan kelimpahan secara spiritual bagi kita seolah-olah kemiskinan adalah tanda ketidakhadiran Tuhan di dalam kehidupan kita. Kaya dan miskin bukan tanda utama kehadiran Tuhan di dalam hidup kita. Tetapi tanda kehadiran Tuhan di dalam kehidupan kita yaitu Dia memberikan kepada kita kelimpahan di dalam kekayaan maupun kemiskinan. Kelimpahan melalui lembah bayang-bayang maut maupun kelimpahan ketika kita ada di padang yang berumput hijau.

James Boice berkata bahwa motivasi sang gembala yang adalah pintu itu adalah kelimpahan bagi domba- dombanya. Hal ini bukan berbicara mengenai kelimpahan bagi diri-Nya, karena Dia adalah gembala yang memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya, tetapi berbicara mengenai kelimpahan bagi domba- domba-Nya. Itu adalah tujuan utamanya. Karena ini adalah tujuan utama-Nya, maka Dia tidak akan membiarkan domba-domba itu terus ada di dalam kandang yang Dia lindungi. Terkadang Dia mengeluarkan mereka satu persatu dari pintu yang sama. Lalu setelah mereka keluar, Dia memimpin mereka untuk melewati bahaya, melewati bayang-bayang maut (Maz. 23). Dia membawa kita bukan untuk menuju kepada bahaya, tetapi Dia membawa kita melewati bahaya dan bayang- bayang maut untuk menuju padang rumput yang hijau. Di dalam musim kering, rumput yang biasa domba- domba makan menjadi habis dan semakin kering, bahkan air juga menjadi kering. Maka gembala tidak memiliki pilihan yang lain. Untuk mendapatkan rumput, dia harus memimpin mereka menuju ke lembah karena di sana lebih lembab dan kemungkinan masih ada rumput dan air karena di sana ada pada wilayah yang lebih curam. Agar domba dapat bertahan hidup maka gembala harus membawa mereka melewati lembah bayang-bayang maut untuk menemukan padang berumput hijau dan air yang tenang. Dia berani membawa domba melewati lembah bayang-bayang maut, tempat ada bahaya dan ancaman, bukan hanya karena dia mencintai domba-domba miliknya, namun dia tahu bahwa dia mampu untuk memimpin mereka melewati tempat itu. Dia mampu menjaga mereka agar mereka keluar dengan selamat dari tempat itu. Di tempat di mana Dia memimpin kita, entah itu lembah bayang-bayang maut, entah itu padang yang berumput hijau, Dia memimpin kita ke sana agar kita dapat tertidur dengan tenang. Kehadiran-Nya memastikan kita tetap dapat tidur dengan tenang meskipun kita sedang melewati lembah bayang-bayang maut. Phillip Keller berkata bahwa Maz. 23 adalah situasi yang sangat unik karena biasanya domba sulit tidur kecuali gembala menjamin empat hal ini:

Pertama, bebas dari ketakutan. Karena dia lemah, maka dia harus selalu berdiri untuk berjaga-jaga. Jika dia tidak mendapatkan jaminan keamanan dari sang gembala, dia tidak merasa nyaman dengan keberadaan sang gembala, maka dia harus tetap berdiri agar dapat siap berlari. Jika dia ingin berbaring, maka dia akan memastikan situasinya aman. Maka gembala harus menjamin keamanannya.

Kedua, domba hanya dapat berbaring jika bebas dari friksi. Artinya domba tidak saling menanduk satu sama lain. Jika itu terjadi, maka domba yang lain akan segera berdiri karena takut diserang. Maka gembala harus menjamin tidak ada friksi.

Ketiga, domba harus bebas dari parasit atau kutu. Gembala harus memastikan tidak ada kutu agar domba dapat tertidur. Berarti sebuah perhatian yang begitu luar biasa detil dan hal ini terekspresi dari perkataan bahwa Tuhan tahu jumlah rambut kita dan rambut kita tidak akan jatuh jika Tuhan tidak mengizinkannya.

Keempat, domba harus bebas dari rasa lapar. Seorang penulis berkata bahwa domba dipimpin melewati lembah bayang-bayang maut karena sang gembala tahu bahwa dia sanggup untuk memberikan personal care terhadap domba-dombanya. Dia bukan hanya mengenal kita, tetapi mengenal secara personal dan memberikan perhatian yang personal kepada setiap domba- dombanya. Karena dia memberikan perhatian personal kepada domba-dombanya, maka mau tidak mau agar domba tidak lapar, maka dia harus memimpin mereka ke padang yang berumput hijau. Dan untuk memimpin mereka ke padang yang berumput hijau, dia harus membawa mereka keluar. Dia bukan hanya membawa mereka masuk, tetapi dia memimpin mereka keluar. Ketika dia memimpin mereka keluar, tidak jarang mereka harus melewati lembah bayang-bayang maut. Dia memimpin mereka keluar untuk membawa mereka ke padang rumput yang hijau dan air tenang, tempat di mana mereka dikenyangkan dan dipuaskan sehingga mereka tenang dan dapat tertidur. Namun apa itu padang yang berumput hijau? Sebagian besar penafsir sepakat bahwa itu adalah firman Allah yang menegaskan kehadiran Allah. Kita keluar dari kandang namun pada saat yang sama melalui firman kita tetap ada di dalam Allah. Inilah alasan kita aman. Meskipun keluar, kita tetap aman karena kita bersama Allah yang hidup dan sumber rasa aman dan sumber kelimpahan hidup. Kita boleh kehilangan segala sesuatu di dalam dunia ini, namun kita tidak boleh kehilangan Allah. Kita boleh kehilangan segala sesuatu yang penting di dalam dunia ini, tetapi kita tidak boleh kehilangan gembala yang berkata “Akulah pintu.”

Firman Tuhan adalah makanan rohani yang mengenyangkan kita dan tanda utama kehadiran Tuhan di dalam kehidupan kita. Gembala yang baik akan menuntun kita ke padang yang berumput hijau. Berarti gembala yang baik akan menawarkan kepada kita firman Tuhan yang menyegarkan jiwa kita.

Apakah kita yang dipilih Tuhan sebagai gembala, baik di dalam pekerjaan, di dalam keluarga, maupun di dalam gereja, telah menuntun domba-domba yang dipercayakan Allah kepada kita untuk berjumpa dengan Dia melalui firman, untuk menenangkan dan menghibur hati mereka dengan kebenaran firman Tuhan di masa- masa yang sulit?

Jika kita ada di dalam gereja dan kemudian kita terus diperjumpakan dengan firman Allah yang sejati, yang mungkin terkadang menyayat hati kita, mengganggu kita, tetapi membuat kita mengenal firman yang sejati, mengenal Allah yang sejati, menghibur, menguatkan, dan menenangkan di tengah-tengah situasi yang sulit, maka bersyukurlah karena ini adalah cara Tuhan untuk membuat kita menikmati kelimpahan. Kita tidak akan pernah mengerti firman tanpa Kristus. Tanpa perjumpaan sejati dengan Kristus kita tidak akan bisa mengerti firman dengan baik dan tidak bisa menikmati kelimpahan di dalam hati, kecuali sang gembala ini hadir dan memimpin kita di dalam firman untuk berjumpa dengan Dia yang adalah firman hidup, barulah ada ketenangan di dalam jiwa kita dan kita dapat berbaring dengan tenang, bahkan di tengah lembah bayang- bayang maut.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – YC)