Yoh. 10:1-18
Pdt. J. Putratama Kamuri
Khotbah Yesus Kristus atau pengajaran yang diberikan oleh Yesus Kristus diberikan di dalam konteks kegagalan gembala-gembala atau pemimpin- pemimpin yang Allah percayakan hadir di dalam kehidupan orang Israel. Konteksnya yang pertama tertulis di dalam pasal 9, yaitu orang buta yang telah dicelikkan matanya oleh Tuhan Yesus diberikan akses ke dalam Bait Allah untuk berelasi dengan Allah, berelasi kembali dengan masyarakatnya, dan berelasi kembali dengan keluarganya. Setelah relasi ini dipulihkan, hal yang paling penting pada masa itu bagi orang buta itu adalah mata yang dicelikkan membuka aksesnya untuk datang dan berelasi dengan Allah di dalam Bait Allah. Kesempatan ini tidak dapat dia nikmati jika dia masih buta. Tetapi di dalam percakapan dengan pemimpin-pemimpin agama Yahudi, orang-orang yang seharusnya memiliki otoritas untuk mengembalakan domba-domba Allah, justru mengusir orang yang aksesnya untuk datang kepada Allah telah dibuka oleh Kristus. Berarti akses untuk datang dan beribadah kepada Allah kembali ditutup oleh orang yang disebut gembala Israel. Di dalam konteks kegagalan inilah maka di dalam Yoh. 10 :1-5 Yesus berkata bahwa Allah membangkitkan pemimpin atau gembala bagi Israel. Ada yang berhasil dan ada yang gagal, dan gembala-gembala yang gagal itu dimurkai oleh Allah. Allah seolah marah dan murka terhadap mereka. Tetapi juga pada saat yang sama gembala-gembala yang berhasil seperti Yosua sekalipun, kita tidak menemukan bahwa dia adalah pemimpin yang sempurna. Tidak ada gembala di dalam gereja yang sempurna, tidak ada pemimpin di dalam keluarga yang sempurna, tidak ada pemimpin di dalam kantor yang sempurna. Kita tidak akan menemukan orang-orang yang sempurna, bahkan kita akan lebih sering menemukan orang-orang yang tidak ideal, bahkan tidak cocok dengan gembala atau pemimpin menurut deskripsi di dalam Alkitab. Yeh. 34 berkata bahwa Allah yang akan menjadi gembala bagi umat-Nya dan gembala itu memiliki beberapa karakteristik:
Pertama, Allah sekaligus manusia. Seolah Yesus berkata bahwa jika di dalam PL gembala yang diminta oleh Musa itu digenapi oleh Allah di dalam Yosua – nama yang mengekspresikan pemeliharaan dan penyelamatan dari Allah – maka di dalam PB Allah menyelamatkan dan memelihara umat-Nya melalui Yosua PB, yaitu Yesus Kristus. Allah bertindak sekali lagi untuk menyelamatkan umat-Nya dan kali ini Dia memberikan gembala yang agung yang lebih sempurna dari Yosua karena Dia adalah Allah sekaligus manusia. Dia sempurna, Dia adalah gembala yang agung karena Dia adalah pemilik domba-domba- Nya. Bapa memberikan domba-domba itu kepada Kristus dan Kristus mati untuk menebus mereka dengan nyawa-Nya. Tanda kepemilikan itu adalah pengenalan-Nya terhadap domba-domba-Nya. Dia panggil domba-Nya dengan nama panggilan mereka lalu kemudian Dia memimpin mereka satu demi satu menuju ke tujuan yang dikehendaki Allah bagi domba-domba itu. Bukan hanya Dia mengenal domba-domba-Nya secara personal sehingga Dia memanggil nama mereka satu demi satu, tetapi Dia juga dikenal oleh domba-domba-Nya. Dia pasti diresponi oleh domba-domba-Nya. Semua orang yang menyebut diri sebagai domba-domba Kristus tidak bisa tidak meresponi panggilan Allah melalui firman. Setiap kali kita mendengarkan kebenaran firman Allah, kita memiliki tanggung jawab untuk memberi respon kepada kebenaran firman Allah karena domba mengenal suara gembala dan mereka pasti meresponi suara sang gembala. Bukan hanya meresponi sang gembala, mereka juga merindukan suara gembala. Yesus berkata bahwa Dia adalah gembala, berarti Dia dibutuhkan agar domba bisa hidup dan bertahan hidup. Dia adalah gembala yang harus ada, karena jika tidak ada maka kita akan terus tinggal di dalam kematian. Kita harus memiliki Dia sebagai gembala di dalam kehidupan kita agar kita dapat memiliki hidup secara spiritual.
Di dalam khotbah kedua kita menemukan klaim Yesus bahwa Dia adalah pintu bagi domba-domba-Nya. Dia adalah satu-satunya akses menuju ke kandang yang telah disiapkan oleh Allah bagi kita, yaitu rumah Allah yang kekal. Gereja yang sejati hanya dapat kita masuki jika Kristus menjadi pintu bagi kita. Ketika Dia berkata bahwa Dia adalah pintu, Dia bukan hanya mengatakan bahwa Dia adalah satu-satunya akses ke kandang itu, tetapi Dia adalah satu-satunya penjamin keselamatan. Tidak ada serigala yang dapat mengambil domba-domba di kandang itu jika tidak berjumpa terlebih dahulu dengan sang gembala. Domba di dalam kandang juga tidak mungkin bisa keluar jika tidak diizinkan oleh gembala yang berbaring di pintu yang sempit itu. Satu-satunya pintu yang sempit sebagai akses untuk keluar dan masuk dari dalam kandang itu adalah Kristus. Tidak ada yang dapat masuk untuk merebut domba-domba itu kecuali mereka membunuh sang gembala dan tidak ada domba yang dapat keluar dari dalam kandang kecuali sang gembala memanggil keluar dan mengizinkan dia keluar. Hal ini berbicara mengenai jaminan keselamatan bagi kita. Tetapi Yesus juga berkata bahwa pintu itu adalah satu-satunya pintu agar kita keluar dari dalam kandang itu untuk menikmati kelimpahan hidup. Di dalam Kristus kita bukan hanya hidup dan bertahan hidup, tetapi di dalam Kristus kita akan menikmati kelimpahan hidup. Dia adalah satu-satunya akses untuk menikmati kelimpahan hidup secara spiritual.
Hari ini Yesus memulai dengan sebuah klaim yang lain, yaitu “Aku adalah gembala yang baik.” Apa maksud kalimat ini?
Ketika Dia berkata bahwa Dia adalah gembala, berarti Dia menjalankan fungsi yang sama. Hal ini berbicara mengenai kesamaan antara Yesus Kristus dengan pemimpin atau gembala yang ditempatkan Allah di dalam kehidupan kita. Semua pemimpin berugas untuk memimpin kita dan memelihara hidup kita. Ini adalah tanggung jawab pemimpin dan gembala terhadap domba-domba-Nya. Maka seorang Hamba Tuhan sebagai gembala memiliki tanggung jawab untuk memimpin dan memelihara domba-domba yang ia gembalakan. Tanggung jawab utama adalah rumput yang hijau itu. Rumput hijau – yang dimaksud oleh pemazmur dan juga yang dimaksud oleh Kristus – yang memberikan kelimpahan itu adalah firman. Maka seorang Hamba Tuhan harus mempersiapkan kebenaran firman Allah dengan serius untuk memberi makan domba-domba yang ia gembalakan. Dia harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan pengembalaan ketika seorang jemaat yang dia pimpin mengalami berbagai macam kesulitan dan pergumulan. Hal itu adalah tanggung jawabnya dan demikian juga tanggung jawab Kristus terhadap kita. Di titik ini Kristus menunjukkan bahwa Dia memiliki tanggung jawab yang sama. Dia memiliki pekerjaan yang sama dengan pemimpin-pemimpin yang lain. Tetapi ketika Dia berkata bahwa Dia adalah gembala yang baik, istilah “baik” menunjukkan perbedaan secara kualitiatif. Istilah “gembala” menunjukkan kesamaan di dalam tanggung jawab, tetapi istilah “baik” memberikan penekanan kepada keunikan Yesus Kristus.
Seorang penafsir menggunakan istilah exellency yang berbicara mengenai kesempurnaan Kristus. Di titik ini, Dia berbeda dari gembala-gembala yang lain yang pernah ada di dalam kehidupan Israel, bahkan di dalam kehidupan gereja hari ini. Dia melampaui gembala-gembala yang lain dan Dia tidak dapat ditiru oleh gembala manapun di dalam dunia ini. Dia melampaui semua gembala itu dan tidak ada satu gembalapun di dalam dunia ini yang sanggup untuk melakukan tanggung jawab tanggung jawab itu, yang menggenapi karya yang dipercayakan kepada mereka secara sempurna. Ini adalah pengharapan bagi kita yang diberikan oleh Allah.
Ketika Yesus berkata “Akulah gembala yang baik”, Dia ingin kita melihat situasi yang tidak ideal. Melihat pemimpin-pemimpin yang tidak ideal bukan agar kita menyesali situasi itu, bukan agar kita menyesali orang-orang yang hadir di kiri dan kanan kita, tetapi supaya setelah kita melihat ketidaksempurnaan, kita segera merindukan pemimpin yang sempurna dan kita menemukannya di dalam Dia. Dia mau agar kita mengarahkan pengharapan kita kepada Dia. Di dalam konteks itu Yesus memanggil kita untuk melihat kepada Dia, sang gembala yang agung, gembala yang sempurna, dan tidak akan pernah mengecewakan domba-domba yang sering kali mengecewakan Dia. Dia ajak kita untuk melihat ketidaksempurnaan situasi kita. Dia mengajak kita untuk melihat ketidaksempurnaan orang-orang yang ada di kanan dan kiri kita agar kita memiliki pengharapan kepada pribadi yang sempurna dan pribadi yang sempurna yang menjadi fondasi bagi pengharapan kita adalah Kristus.
1 Pet. 1:13 mengatakan kepada kita bahwa siapkan akal budi dan kenali Kristus yang berbicara kepada kita bahwa Dia adalah gembala yang baik dan agung, bahwa Dia adalah pintu kepada domba-domba itu. Jika kita mengenal Dia sesuai dengan apa yang Dia firmankan kepada kita, maka kita dapat meletakkan pengharapan kita sepenuhnya kepada kasih karunia sang gembala. Karena Yesus adalah gembala yang agung, unik, dan sempurna, bukan hanya di dalam pribadi-Nya sebagai Allah dan manusia, tetapi Dia juga sempurna di dalam karya-Nya. Maka pertanyaannya adalah: apa yang telah dilakukan oleh Kristus bagi kita sehingga kita harus meletakkan seluruh pengharapan kita kepada Dia? Apa yang telah Dia lakukan bagi kita sehingga kita menyebut Dia sebagai gembala yang baik dan sempurna, yang kepada-Nya kita meletakkan seluruh pengharapan kita?
Pertama, gembala yang baik memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya (Yoh. 10:11). Yesus kembali mengangkat konteks pada masa itu. Umumnya gembala pada masa itu – sejak PL – biasa bertarung dengan binatang buas ketika ia sedang mengembalakan domba. Mereka akan mempertaruhkan hidupnya untuk bertarung dengan binatang buas itu untuk keselamatan dombanya. Di dalam 1 Sam. 17:34-36 Daud berkata bahwa jika ada binatang buas datang dan menyerang domba- dombanya, maka ia akan mengejar dan menangkap binatang buas itu dan melepaskan domba-domba- Nya dari mulut binatang itu. Hal ini menggambarkan pekerjaan gembala pada masa itu. Jika domba diserang, maka gembala akan mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan domba-dombanya selama dia bisa melakukannya. di dalam proses menyelamatkan domba-domba itu, meskipun biasa bertarung dengan binatang buas, tetapi pada masa itu sangat jarang seorang gembala mati di dalam proses mempertahankan domba-dombanya. Jika terjadi, itu adalah kecelakaan. Mengapa? Karena dua hal:
Pertama, gembala memang dibekali oleh keahlian untuk itu, seperti seorang matador yang terlatih untuk menangani banteng. Sama seperti Daud yang biasa bertarung dengan binatang buas, gembala terlatih dan dipersiapkan untuk itu. Hal ini berkaitan dengan keahlian mereka.
Kedua, gembala jarang mati karena memang ada kesepakatan bahwa di dalam situasi yang paling sulit dan berbahaya bagi sang gembala, sang gembala boleh lari dan sang gembala boleh menyelamatkan dirinya. Ini bukanlah ketidaksetiaan. Ini bukanlah ekspresi ketidadaan tanggung jawab terhadap domba-domba itu karena gembala dibayar untuk menjaga domba. Ketika gembala lari dan domba itu mati, maka ia memiliki tanggung jawab untuk membayar domba-domba itu. Artinya dia lari untuk memelihara hidupnya, lalu setelahnya dia akan membayar ganti rugi untuk domba-domba yang mati atau hilang. Ini adalah sebuah peristiwa yang umum. Tetapi mengapa dia diizinkan untuk lari dan menyelamatkan diri? Karena orang-orang di Israel tahu bahwa hidup dan nyawa gembala lebih berharga dari nyawa domba sehingga mereka mengizinkan gembala yang adalah manusia untuk lari menyelamatkan nyawanya ketika terancam. Bahkan bagi orang Israel, jika ada seorang gembala yang hidupnya terancam, tetapi dia dapat mencari bukti seperti misalnya binatang buas itu mencabik dombanya dan menyerahkan bukti itu kepada tuan pemilik domba itu, maka ia akan terbebas dari denda. Jika dia hanya melarikan diri maka dia akan membayar denda. Tetapi jika dia memiliki bukti yang cukup kuat bahwa hidupnya terancam, maka ia dapat terbebas dari denda karena hidup seorang gembala begitu berharga bagi orang Israel.
Pemilik domba dan sang gembala sama-sama tahu bahwa hidup sang gembala lebih berharga dari hidup atau nyawa domba-dombanya. Maka pada masa itu kematian gembala adalah sebuah kematian yang tidak disengaja. Kematian gembala adalah kematian yang merupakan kecelakaan. Justru karena ini adalah kecelakaan, maka kematian gembala pasti merupakan bencana bagi domba. Kematian itu tidak diharapkan sehingga jika kematian gembala terjadi, maka mereka pasti akan tercerai berai. Mereka tidak lagi memiliki pengharapan. Mereka pasti akan mati diterkam binatang buas atau mereka akan lari tercerai berai dan mereka juga akan tersesat entah kemana dan tidak ada lagi yang mencari mereka. Tetapi Yesus berkata bahwa Dia adalah gembala yang baik, dan gembala yang baik itu mati bagi domba- domba-Nya, Dia memberi nyawa bagi domba-domba- Nya. Apa artinya gembala yang baik mati bagi domba- domba-Nya? Bukankah kematian sang gembala adalah bencana? Pada saat Yesus mengatakan kalimat ini, saya percaya bahwa orang Israel yang mendengar Dia dan mengerti pola pengembalaan zaman itu merasa asing dengan kalimat ini. Satu sisi terbiasa tetapi di sisi yang lain ada sesuatu yang asing yang muncul di dalam pengajaran Yesus Kristus. Apa artinya “bagi domba-domba-Ku”?
Pertama, kematian Yesus Kristus tidak terjadi karena Dia kehilangan nyawa-Nya. Dia bukan mati karena nyawa-Nya, bukan karena hidup-Nya dirampas oleh maut seperti manusia pada umumnya. Ketika maut datang, maka kematian pasti akan terjadi karena kita tidak berdaulat untuk mengatur hidup dan mati kita. Tetapi Yoh. 10:17-18 memberikan penjelasan kepada kita bahwa Yesus mati bukan karena kehilangan nyawa-Nya, tetapi Dia mati karena menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Tidak ada yang dapat mengambil hidup-Nya. Dia berkuasa untuk memberikannya dan Dia juga berkuasa untuk mengambilnya kembali. Dia dibangkitkan oleh Bapa, tetapi juga memberikan indikasi bahwa Dia bangkit dari diri-Nya sendiri. Inilah yang kita sebut sebagai penghulu hidup. Sang gembala ini memberikan hidup kepada kita. Sang gembala ini sanggup untuk memelihara hidup kita karena Dia adalah sumber kehidupan kita. Dia adalah Allah yang berdaulat atas hidup dan matinya manusia. Oleh sebab itu Dia juga berkata “Akulah kebangkitan dan hidup.”
Dia menyatakan diri-Nya yang berotoritas atas hidup dan matinya manusia. Dia tidak mati karena dihakimi manusia atau karena kehabisan darah-Nya, tetapi Dia mati karena memberikan nyawa-Nya. Ada perbedaan esensial antara Yesus dengan gembala-gembala yang lain. Sebaik apapun gembala yang lain, jika dia mati maka dia mati karena tidak sanggup mempertahankan nyawanya. Kristus yang kita miliki adalah Kristus yang mati karena menyerahkan nyawa- Nya bagi domba-domba-Nya dan kematian ini adalah kematian yang disengaja. Kematian-kematian gembala pada masa itu adalah kematian yang tidak disengaja, tetapi kematian Kristus adalah kematian yang disengaja, satu-satunya kematian yang direncanakan oleh Bapa, satu-satunya kematian yang diinginkan oleh Anak. Maka dikatakan bahwa Bapa mengasihi Dia oleh karena Dia memberikan nyawa- Nya bagi domba-domba-Nya. Terimplikasi dengan jelas di sana bahwa kematian sang gembala yang direncanakan dan diinginkan oleh Bapa dan Anak seolah gembala lebih mulia dari pada domba di dalam konteks yang biasa. Tetapi kali ini jika Bapa menginginkan kematian Anak dan Anak merelakan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya, maka seolah- olah bagi Bapa sang pemilik domba dan bagi Anak, sang gembala agung, hidup atau nyawa domba terlalu berharga dan lebih penting dari hidup sang gembala. Ini adalah anomali di dalam pengajaran Yesus Kristus. Bagi semua orang hari itu, hidup gembala lebih penting dan berharga dari domba-dombanya. Tetapi ada satu kali di dalam sejarah, yaitu di dalam kehidupan orang Yahudi, Yesus memberikan pengajaran yang tidak biasa. Hidup dan nyawa domba-domba itu begitu berharga, bahkan dianggap lebih penting dan bernilai dari hidup sang gembala itu sendiri, seolah sang gembala itu hidup dan mati untuk domba-domba-Nya. Anomali ini adalah ekspresi cinta kasih dari Bapa dan Anak bagi domba-domba-Nya. Anomali ini terjadi di dalam sejarah, di dalam diri Yesus Kristus, seolah hidup dan keselamatan kita jauh lebih berharga dari hidup Kristus sehingga Bapa menyerahkan Kristus bagi kita. Kepada orang-orang yang tidak pantas Allah memberikan Anak-Nya, Yesus Kristus. Maka siapa sebenarnya yang paling berharga? Kristus atau kita? Tentu saja Allah lebih mulia dari gambar Allah. Anak Allah lebih berharga dari kita. Anak Allah adalah pewaris sah kerajaan Allah. Dia suci dan tidak berdosa. Kita boleh ada dan boleh tidak ada di dalam kerajaan Allah. Kita adalah orang-orang berdosa yang sebenarnya tidak layak ada di dalam kerajaan Allah. Namun Dia memberikan sang gembala itu dan gembala itu ditetapkan secara sengaja untuk mati bagi kita. Dan gembala yang suci ini secara sengaja menyerahkan nyawa-Nya untuk mati bagi kita. Tindakan ini hanya mungkin terjadi jika digerakkan oleh cinta kasih yang suci di dalam hati Allah.
Kita dapat menemukan situasi yang disebut sebagai anomali di dalam kehidupan dan sejarah kehidupan kita sebagai orang Kristen, yaitu sang gembala dan sang pemilik domba mengasihi domba-domba itu sedemikian rupa sehingga mereka menetapkan agar sang gembala mati bagi domba-domba-Nya. Jika ini adalah ekspresi cinta kasih Allah, maka saya harus mengatakan bahwa tidak ada kasih yang lebih besar dari itu. Kita tidak akan pernah menemukan cinta kasih yang lebih besar dari gembala yang sempurna ini. Hari ini jika kita merasakan bahwa kita tidak menemukan kasih yang sempurna, tidak menemukan kasih yang memuaskan hati kita, maka kita harus mengarahkan mata kepada gembala yang sejati dan kita akan menemukan cinta kasih yang sempurna di dalam diri Kristus, karena Dia adalah gembala yang menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Arti dari Dia menyerahkan nyawa-Nya bagi kita. Berarti Dia mati secara sengaja karena Dia mengasihi kita.
Kedua, apa maksudnya ketika Dia berkata bahwa Dia adalah gembala yang baik yang menyerahkan nyawa- Nya bagi domba-domba-Nya? Seolah Ia ingin mengatakan bahwa kematian sang gembala yang baik adalah anugerah dan pengharapan bagi domba- domba-Nya. Jika kematian gembala umumnya pada hari itu merupakan bencana bagi domba, maka kematian Yesus adalah kabar baik bagi mereka. Kematian seorang pemimpin yang baik selalu merupakan tragedi. Ketika The Great Alexander mati, kerajaannya langsung pecah menjadi empat. Ketika seorang pemimpin yang baik itu mati, maka kita akan melihat bahwa hidup dan masa depan orang-orang yang dipimpin seolah-olah masuk ke dalam ketidakpastian dan ketidakjelasan. Inilah yang dikatakan oleh Yesus, yaitu ketika pemimpin atau gembala itu mati, maka domba akan tercerai berai. Iblis akan berusaha untuk membunuh gembala agar domba tercerai berai. Tetapi Yesus seolah ingin mengatakan bahwa ketika Ia mati hal itu tidak akan terjadi.
Pada umumnya, ketika gembala mati maka domba- domba akan mengalami kecelakaan. Tetapi kematian ini adalah kematian yang disengaja. Kematian yang tidak disengaja dari gembala-gembala yang ada pada zaman itu adalah bencana bagi domba-domba. Tetapi kematian Kristus yang terjadi secara disengaja adalah berkat dan anugerah bagi domba-domba-Nya. Istilah “memberi” (Yoh. 10:11) di dalam bahasa aslinya berarti diletakkan di satu tempat untuk mengganti posisi domba-domba. Hal ini berbicara mengenai penggantian. Maka ketika Yesus berkata “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya”, seolah Yesus ingin mengatakan bahwa hidup-Nya diletakkan di bawah otoritas iblis dan kaki tangannya. Seolah Dia dianiaya sampai mati agar kita terlepas dari otoritas dan belenggu iblis. Yesus Kristus harus dijadikan berdosa, menerima konsekuensi dosa agar domba- domba-Nya lepas dari kutuk dan hukuman dosa. Yesus harus seolah dikalahkan oleh maut. Dikalahkan oleh kematian agar domba-domba-Nya memperoleh hidup yang kekal. Menyerahkan nyawa berarti menempatkannya pada satu posisi untuk mengganti yang lain. Kematian ini adalah kematian yang disengaja untuk menggantikan kita agar kita dibebaskan dari belenggu iblis, dosa, dan maut. Ini bukanlah sebuah bahaya bagi domba-domba-Nya.
Di dalam Kol. 2:11-15 Paulus menggambarkan posisi Kristus di atas kayu salib. Hari itu orang-orang melihat kemenangan berarti kemenangan secara militer. Kematian Kristus adalah sesuatu yang memalukan. Apalagi Yesus Kristus dipaku di atas kayu salib dalam kondisi telanjang. Ini bukan saja memalukan bagi Kristus, tetapi juga bagi yang mengikuti Dia pada zaman itu. Disalibkan dengan kondisi telanjang bagi para pemberontak hari itu dilakukan oleh pemerintah Romawi untuk mempermalukan yang memimpin maupun orang-orang yang dipimpin. Tetapi Paulus melihat realitas spiritual di balik seluruh peristiwa memalukan itu dan kemudian Dia mengatakan bahwa Ia melucuti pemerintah dan penguasa lalu menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka. Ini adalah pengharapan bagi kita. Kematian sang gembala menaklukan iblis, dosa, dan maut. Kematian sang gembala adalah kematian yang membebaskan kita, melegakkan secara spiritual, menghidupkan, dan menyelamatkan kita.
Yesus berbicara mengenai sebuah kematian yang unik. John Owen memakai istilah “kematian yang mematikan kematian.” Bahkan hari ini kita melihat bahwa jika Ia menaklukan iblis, maka kematian ini adalah kematian yang mematikan dan menaklukan bukan saja kematian itu sendiri, tetapi juga iblis sang pembunuh itu. Karena Dia mematikan dan menaklukan kematian, maka kematian ini adalah kematian yang menghidupkan kita. Ini adalah sebuah pengharapan karena melaluinya kita melihat kekalahan iblis, dosa, dan maut. Melalui kematian Kristus, kita melihat kehidupan, kepastian, dan pengharapan dari Allah.
Ini adalah sebuah kepastian karena gembala yang mati itu berkata “Akulah gembala yang baik.” Kata “Akulah” (Yun. Ego Eimi) mengacu kepada pribadi yang ilahi. Gembala yang mati ini bukan hanya sekedar manusia biasa, tetapi Dia adalah Allah YHWH di dalam PL. Ketika Dia berbicara bahwa Dia adalah YHWH yang mengalahkan iblis, dosa, dan maut melalui kematian, hal ini pasti efektif dan pasti terjadi karena Dia adalah Allah yang penuh kasih bagi kita. Dia adalah Allah yang mahakuasa, yang sanggup untuk menggenapi seluruh rencana-Nya. Dia adalah Allah yang hidup dan Allah yang tidak pernah gagal. Dia memberi hidup-Nya dan Dia akan mengambilnya kembali. Semua ini terjadi untuk keselamatan domba- domba-Nya. Jika hal ini keluar dari Allah yang hidup dan tidak pernah gagal, maka ini adalah kepastian bagi kita. Tetapi mungkin kita akan berkata bahwa firman Tuhan itu adalah pengharapan bagi kita, tetapi kita ada di dalam situasi secara lahiriah dan spiritual yang sulit. Kita berada pada satu posisi yang mungkin tidak terjangkau oleh siapapun. Apakah berita ini adalah pengharapan bagi kita yang ada di dalam tempat yang sulit dan tidak terjangkau oleh siapapun? Poin kedua berkata bahwa tidak ada tempat yang tidak dapat dijangkau oleh kasih dan otoritas pribadi yang ilahi.
Dia adalah gembala yang baik. Dia menyerahkan diri- Nya dan nyawa-Nya bagi kita agar kita hidup. Tetapi Dia juga memberi penjelasan bahwa tidak ada tempat yang terlalu sulit untuk dijangkau oleh-Nya agar Dia dapat menyelamatkan kita.
Jika hari ini kita bergumul dengan begitu hebat, entah secara spiritual atau secara lahiriah, tidak ada tempat yang tidak mungkin bisa Dia datangi. Bahkan situasi pandemi yang sulit ini membuat orang-orang yang sebelumnyai tidak pernah ke gereja dan tidak pernah mendengar firman Tuhan, firman Tuhan itu dapat masuk ke dalam rumah mereka. Tidak ada tempat yang terlalu sulit untuk dijangkau oleh gembala yang agung.
Dia berkata bahwa Dia adalah gembala yang baik karena Dia dapat hadir di tempat yang paling sulit, di tempat-tempat yang tidak dapat dijangkau oleh gembala-gembala biasa. Tidak ada situasi yang tidak dapat Ia masuki karena Dia adalah gembala yang baik dan gembala yang baik ini adalah pribadi yang ilahi. Gembala ini memiliki kasih yang tidak terbatas. Dia memiliki otortias yang mutlak atas segala sesuatu untuk menjangkau dan menarik domba-domba-Nya untuk keluar dari manapun mereka berada. Tidak ada situasi yang begitu sulit yang tidak dapat Ia tembus yang dapat menghalanginya untuk datang kepada domba-domba-Nya.
Istilah “domba-domba-Ku” mengacu kepada umat Allah di dalam PL, yaitu orang Yahudi. Tetapi ketika Dia mengatakan “domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini” (Yoh. 10:16), hal ini berbicara mengenai umat yang ditetapkan oleh Allah untuk menikmati keselamatan, namun mereka adalah orang non- Yahudi. Bagi orang Yahudi, keselamatan non-Yahudi adalah kemustahilan. Kita bisa menjaga keselamatan kita secara lahiriah tetapi kita tidak dapat menjaga dan memelihara kehidupan kita secara spiritual. Ini adalah hal yang sulit. Dengan logika seperti ini orang Yahudi mengatakan keselamatan orang-orang non- Yahudi adalah situasi yang mustahil. Bagi mereka, tidak ada pengharapan bagi non-Yahudi sampai selamanya. Tetapi Yesus menembus situasi yang bagi orang Yahudi hari itu tidak mungkin. Yesus sedang mengatakan mengenai situasi spiritual yang mustahil bagi orang Yahudi. Otoritas-Nya sanggup untuk menembus batas-batas itu untuk menarik mereka datang. Dia tidak harus melakukannya dengan cara mencuri. Cinta kasih-Nya yang akan menarik domba- domba itu untuk datang kepada Dia.
Di dalam Yoh. 10:1-5 Yesus Kristus berbicara mengenai pencuri, tetapi Yesus tidak mencuri. Justru ketika Dia mengatakan bahwa ada domba-domba- Nya di kandang lain, Dia berkuasa untuk menarik mereka dengan cinta kasih-Nya. Ini bukanlah pencurian karena Yesus adalah YHWH. Jika Dia YHWH, maka Dia adalah pencipta alam semesta dan pemilik segala sesuatu. Iblis telah menawan dan memperbudak semua yang ada di dalam alam semesta ini dan Kristus hadir sebagai pembebas. Dia datang dan mengambil kembali milik-Nya. Sejak kekekalan Bapa telah menetapkan siapa yang menjadi domba, baik itu Israel Yahudi maupun non-Yahudi. Dia datang untuk mengambil kembali milik-Nya. Dia tidak membiarkan mereka tetapi Dia menyelamatkan mereka.
Di dalam PL, semua bangsa diperbudak oleh iblis. Hanya ada satu bangsa yang merupakan pengecualian, yaitu Israel. Israel disebut sebagai umat Allah sedangkan bangsa yang lain seolah ada di dalam belenggu iblis. Satu-satunya bangsa yang berjalan di dalam terang adalah Israel, oleh sebab itu ada kebanggan di dalam diri orang Israel dan mereka merasa bahwa kondisi ini akan berlaku selamanya dan tidak akan mungkin terjadi kepada orang di luar mereka. Kecuali mereka yang bukan Israel menjadi Israel seperti Rut dan Rahab, misalnya. Dan sejak Yesus hadir, kita menemukan situasi yang berbeda di dalam PL. Gereja tidak lagi bersifat nasional, tetapi gereja bersifat internasional. Tembok spiritual, tembok geografis, tembok rasial, dan status, dihancurkan oleh kehadiran Kristus. Tembok apa lagi yang dapat memisahkan gereja dari Kristus?
Jika memang kita adalah domba Kristus, maka semua itu akan ditembus oleh cinta kasih Allah untuk menarik kita keluar. Dia akan membiarkan kita ada di tempat itu jika kita memang bukan umat pilihan-Nya. Dia sendiri mengatakan bahwa Ia datang untuk domba-Nya, bukan untuk domba yang lain. Tetapi jika kita adalah domba Kristus, maka Dia akan menarik kita keluar dari sana dan tidak ada batasan atau tembok yang tidak dapat ditembus oleh otoritas dan cinta kasih Kristus sebagai gembala yang baik. Jika kita adalah milik-Nya, maka Dia akan menjumpai kita di tempat di mana kita ada dengan segala situasi dan kesulitan, Dia akan hadir di tempat di mana kita ada untuk mengarahkan mata kita kepada-Nya. Ini bukan hanya pengharapan secara spiritual, tetapi ini bahkan pengharapan dalam pergumulan-pergumulan lahiriah kita.
Seluruh ras umat manusia dipersatukan oleh Yesus di dalam gereja. Kita akan menemukan satu-satunya pemimpin di dalam dunia ini yang dapat menghancurkan tembok yang sedemikian hanyalah Kristus. Tembok kepentingan gereja, tembok ras, tembok spiritual, tidak ada yang dapat menghancurkannya kecuali Kristus. Dia berbicara mengenai pemimpin yang sempurna.
Apakah ini pengharapan spiritual semata-mata? Spiritual adalah hal yang paling mahal oleh sebab itu Dia berkata bahwa Dia mati untuk kita. Jika Dia telah memberikan yang paling mahal, paling berharga, dan paling sulit, mengapa yang paling mudah tidak bisa Dia berikan bagi kita?
Pengharapan selalu ada karena kita memiliki gembala yang sangat mengasihi dan mencintai kita sampai Dia mau mati bagi kita. Pemerintah tidak dapat berbuat apa-apa karena dia terlalu lemah. Gereja tidak dapat berbuat apa-apa karena memiliki banyak kepentingan. Tetapi Kristus tidak akan bias. Dia sanggup untuk menembus semua tembok. Maka gereja harus mengarahkan mata kepada Kristus.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – YC)