Ranting yang Tak Gagal Berbuah

Posted on

Yoh. 15:1-8
Pdt. J. Putratama Kamuri

Terkadang kita melihat “berbuah” sebagai perkara yang sulit, seperti kita mengatakan bahwa mengampuni itu adalah hal sulit. Di dalam Yoh. 15:7 Yesus memberi penjelasan kepada kita bahwa kita tidak memiliki peluang untuk berkata bahwa kita ada di dalam situasi yang tidak.ideal sehingga kita tidak dapat berbuah.

Kristus adalah pokok anggur yang sejati, berarti Kristus tidak pernah gagal berbuah. Jika kita adalah anggota tubuh Kristus dan kita ada di dalam Dia, maka kita sementara menjadi ranting dari pokok anggur yang tidak pernah gagal berbuah dan ranting ini adalah alat yang dipakai untuk menunjukan buah-buah yang sejati itu. Jika Kristus tidak pernah gagal berbuah, maka gereja yang sejati harus menghasilkan buah. Berapapun jumlahnya, kita tetap harus berbuah. Ini adalah implikasinya. Berbuah adalah kondisi yang harus terjadi di dalam kehidupan kita. Ada tiga alasan mengapa kita tidak boleh tidak berbuah.

Pertama, satu-satunya tujuan seorang pertani kebun anggur membuat kebun anggur adalah untuk memperoleh hasil dan untuk menghasilkan sukacita. Pada masa itu anggur merupakan simbol sukacita. Oleh sebab itu jika pohon anggur pada masa itu tidak menghasilkan buah, maka akan dianggap sebagai pohon yang tidak berguna dan pasti akan dibakar. “Dibakar” berbicara mengenai penghukuman atau penghakiman oleh karena tidak menghasilkan buah. Jika kita sadar bahwa kita tidak berbuah, tetapi juga pada saat yang sama kita masih belum menikmati penghakiman Allah, maka kita harus ingat bahwa firman Tuhan hari ini adalah panggilan bagi kita untuk berbuah. Ini adalah panggilan dan kesempatan bagi kita untuk bertobat dan berjuang untuk menghasilkan buah.

Pohon ara dikutuk oleh Yesus Kristus karena tidak menghasilkan buah. Ini adalah sebuah pernyataan tegas dari Allah terkait dengan kondisi tidak berbuah. Tetapi juga pada saat yang sama itu adalah tanda anugerah Tuhan bagi Israel. Israel sering digambarkan sebagai kebun anggur dan juga pohon ara, baik di dalam PL maupun PB. Dengan mengutuk pohon ara, berarti mengutuk simbol Israel yang tidak berbuah. Yesus mengutuk pohon ara dan Dia tidak langsung mengutuk manusia yang ada di dalam Bait Allah. Ini adalah sebuah tindakan anugerah, yaitu memberi peringatan dan kesempatan kepada Israel pada masa itu untuk bertobat. Petrus berkata bahwa orang yang tidak mengenal Allah akan mengabaikan kesempatan ini. Tetapi jika kita mengenal siapa Allah yang penuh dengan anugerah, maka kita akan memanfaatkan kesempatan itu. Bertobat dan kemudian berjuanglah agar menghasilkan buah di dalam kehidupan kita, karena satu-satunya tujuan Allah menanam anggur adalah buah yang menghasilkan sukacita bagi dunia.

Kedua, mengapa kita tidak boleh tidak berbuah? Karena Allah dimuliakan melalui buah yang dihasilkan dari pokok anggur (Yoh. 15:8). Hasil dari kebun anggur yang ditanam oleh Allah ini akan menyukakan hati Allah. Sebagai gereja, kita memang dipanggil untuk berbuah. Namun Yesus berkata bahwa untuk menghasilkan buah maka kita harus hidup. Yang menjadi persoalan sekarang adalah, kita sebagai ranting tidak dapat hidup dari diri sendiri. Oleh sebab itu Yesus berkata bahwa kita harus ada di dalam Dia. Tetapi jika kita hidup di dalam Kristus, Dia berkata bahwa pokok anggur itu pasti menghasilkan buah melalui ranting-rantingnya. Hidup diberikan jika kita ada di dalam Kristus dan Kristus ada di dalam kita (Ef. 2:10). Kemudian Ef. 2:10 mengatakan bahwa salah satu dimensi dari kehidupan yang berbuah adalah perbuatan baik. Maka orang Kristen tidak boleh berkata bahwa kita tidak diselamatkan oleh karena perbuatan baik, lalu kemudian kita menyingkirkan perbuatan baik. Tidak bisa. Mengapa? Karena perbuatan baik adalah salah satu alat ukur bahwa kita menghasilkan buah di dalam kehidupan kita. Perbuatan baik adalah salah satu dimensi kehidupan yang berbuah. Artinya kita diselamatkan dan diberi hidup di dalam Kristus supaya kita menghasilkan buah. 1 Yoh. 4:12 mengatakan bukti bahwa kita ada di dalam Allah dan Allah ada di dalam kita adalah kita saling mengasihi. Allah adalah Roh, oleh sebab itu Dia tidak kelihatan. Tetapi jika kita saling mengasihi, maka orang akan merasakan kehadiran Allah di dalam persekutuan itu. Dengan menghasilkan buah yang sesuai dengan kehendak Allah, kita akan menyaksikan kehadiran Allah (Yoh. 15:9-17). Maka tidak berbuah berarti gagal untuk bersaksi. Tidak berbuah berarti gagal untuk mempermuliakan Allah. Oleh sebab itu konsekuensinya adalah kebinasaan. Maka kita dapat melihat bahwa Allah membuat kebun anggur ini supaya dapat dinikmati oleh manusia. Allah dimuliakan melalui kebaikan atau kesaksian-kesaksian kita. Dengan demikian, kebun anggur ini adalah kebun anggur yang ditanam dengan tujuan untuk menghasilkan buah yang baik bagi manusia, tetapi juga menyukakan hati Allah karena kebun anggur ini mempermuliakan Allah melalui buah-buah yang dihasilkan.

Ketiga, mengapa kita harus berbuah? Karena buah adalah bukti sejati dari iman sejati di dalam diri murid- murid sejati. Tanda yang paling kuat bahwa kita adalah umat Allah yang sejati adalah berbuah. Yesus berkata bahwa untuk membandingkan nabi sejati dengan nabi palsu, bukan hanya melihat dari ajarannya, tetapi juga dari buahnya karena pohon yang baik tidak akan menghasilkan buah yang buruk. Sebaliknya, pohon yang buruk pasti akan menghasilkan buah yang buruk juga. Mat. 25:31-46 berkata bahwa pembeda antara kambing dan domba adalah buahnya. Maka buah adalah alat yang dipakai oleh Allah untuk membedakan identitas kita dengan yang lain. Buah adalah alat yang dipakai oleh Allah untuk memberi petunjuk kepada dunia dari mana kita berasal. Jika kita berasal dari Allah, maka buah yang dihasilkan itu sesuai dengan apa yang Allah mau. Maka kehidupan yang tidak berguna dan tidak berbuah adalah tanda bahwa kita ada di luar Kristus, (Yoh.15:5-8).

Seorang penafsir berkata bahwa dahan yang dipotong umumnya berbicara mengenai penolakan Allah terhadap mereka yang ada di luar. Tetapi penafsir ini berbicara bahwa teks Yoh. 15 secara eksegetikal berbicara mengenai satu konteks yang berbeda. Biasanya yang dipotong adalah untuk mengekspresikan sesuatu yang ada di luar. Tetapi kali ini yang dipotong, dibuang, dan dibakar, justru adalah yang ada di dalam. Maka ini adalah sebuah anomali. Hal ini berbicara mengenai fakta bahwa jika kita ada di dalam gereja tetapi tidak menghasilkan buah, maka kita adalah orang-orang luar yang ada di dalam gereja. Ranting yang dibuang dan kemudian dibakar ini berbicara mengenai orang-orang yang mengaku dirinya orang percaya tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda murid sejati di dalam kehidupan yang berbuah. Mereka seolah ada di dalam Kristus, tetapi sebenarnya mereka tidak pernah ada di dalam Kristus. Ini juga yang disaksikan oleh Yohanes dalam 1 Yoh. 2:18-19. Mereka kelihatannya ada bersama-sama dengan kita, namun sesungguhnya tidak pernah bersama-sama dengan kita. Yang memberi petunjuk bahwa mereka sama dengan kita atau berbeda dari kita adalah buahnya. Maka Ef. 2:10 menekankan buah. Di dalam Mat. 7 dan Yak. 3, buah mengekspresikan identitas sejati untuk mengidentifikasi mana gereja sejati dan mana yang bukan.

Poin pertama mengenai tidak boleh tidak berbuah ini adalah sebuah peringatan bagi kita agar kita tidak berlindung di balik ketidaksempurnaan dan keberdosaan kita. Terkadang kita mengatakan bahwa diri kita adalah orang berdosa dan tidak sempurna, maka tidak berbuah adalah hal yang wajar. Kita harus berhenti berlindung dibalik kalimat ini karena kalimat ini terlihat rendah hati namun sesungguhnya kita begitu sombong, seolah kita berkata bahwa Kristus tidak sanggup untuk mengubah kita yang berdosa dan tidak sempurna ini. Ini adalah tanda kesombongan spiritual di mana kita berkata bahwa Kristus tidak sanggup untuk mengubah kita. Kristus ingin menyampaikan kepada kita melalui teks ini bahwa seorang Kristen sejati di dalam segala kondisi, mereka pasti berbuah.

Yoh. 15:7 memberi petunjuk kepada kita bahwa berbuah adalah persoalan yang sulit. Namun yang menghasilkan buah adalah Kristus melalui kita. Kita juga dapat mencari berbagai macam alasan untuk tidak berbuah, tetapi tidak ada kondisi di mana kita dapat berkata bahwa tidak berbuah adalah hal yang wajar. Saya tidak berbicara mengenai buah yang lebat atau buah yang sedikit, tetapi saya sementara berbicara mengenai buah yang tidak boleh tidak ada. Karena jika kita memakai alasan ini, maka kita sementara berkata kepada orang di luar sana bahwa Allah kita tidak sanggup mengubah kita.

Allah membangun kerajaan-Nya di dunia ini dengan kita yang adalah orang berdosa dan tidak sempurna. Dia telah membuktikan di dalam PL (Kerajaan Daud) dan hari ini Dia akan membuktikan hal itu sekali lagi melalui kehidupan kita. Maka tidak ada alasan bagi kita untuk berkata bahwa kita tidak berbuah karena kita orang berdosa, karena kita tidak sempurna, apalagi kita menjadikan orang lain sebagai alasan kita tidak berbuah.

Sering kali kita mengaitkan langsung istilah “di dalam Dia” dengan keselamatan. Tidak ada yang salah akan hal ini karena Yohanes juga berbicara mengenai hal ini. Tetapi ada dua argumentasi untuk hal ini:

Pertama, biasanya perumpamaan itu terbatas. Ketika Tuhan memakai perumpamaan mengenai pokok anggur, maka kita hanya perlu melihat aspek yang ingin ditekankan oleh Yesus Kristus. Kita tidak dapat melihat seluruh aspek. Salah satu kesalahan di dalam hermeneutika hari ini adalah ketika kita melihat perumpamaan tentang kebun anggur, maka semua aspek tentang anggur ingin kita angkat lalu kita memakainya untuk penjelasan. Sebenarnya tidak bisa demikian. Kita harus membatasi pemahaman dan penjelasan di dalam aspek-aspek yang ditekankan oleh Yesus Kristus. Misalnya, ada aspek yang tidak ditekankan oleh Yesus dan kita tidak boleh menafsirkannya dan tidak boleh memakainya seperti: biasanya dalam tiga tahun pertama petani kebun anggur yang baik tidak akan mengizinkan anggur berbuah karena batangnya belum terlalu kuat. Ini adalah aspek yang tidak dipakai oleh Yesus untuk menjelaskan mengenai kebun anggur. Maka kita tidak dapat menafsirkannya. Jika kita tafsir sedemikian, maka kita akan menafsir bahwa Allah kita Allah yang akan menghambat pertumbuhan rohani kita atau buah kita di awal kehidupan Kristen kita. Hal ini tidak dipakai oleh Yesus Kristus maka kita tidak dapat menafsirkannya. Tafsiran kita tidak boleh memaksakan perumpamaan untuk berbicara lebih dari yang seharusnya. Perumpamaan ini berbicara dengan sederhana, yaitu Yesus adalah pokok anggur yang sejati. Dia adalah pokok anggur sejati yang bersama-sama dengan kita yang ada di dalam Dia. Yang menanam adalah Bapa. Ini adalah antitesis dari Israel yang gagal untuk berbuah. Jika kita adalah gereja yang ada di dalam Kristus, maka kita adalah antitesa dari Israel dalam PL. Yang ingin ditekankan oleh Yesus adalah kepastian untuk berbuah.

Kedua, ketika kita harus menafsirkan perumpamaan sedemikian, kita tidak boleh bertentangan dengan seluruh konteks selainnya di dalam Alkitab. Istilah “pada-Ku” (Yoh. 15:2) tidak berbicara mengenai orang yang sudah selamat. Kita dapat membandingkannya dengan Yoh. 6:37-40; 10:28-30. Orang-orang yang ada di dalam Kristus dan sudah selamat dikatakan akan bertahan sampai selamanya karena Allah tidak pernah membuang mereka dan Kristus ada di dalam mereka. Yoh. 6, 10 & 17 berkata bahwa orang-orang yang sedemikian tidak mungkin dibuang dan dibakar oleh Allah. Maka ketika kita menafsir ayat 2, ada orang yang di dalam pokok anggur itu namun dibuang. Hal itu tidak berbicara mengenai orang-orang yang sudah menikmati keselamatan lalu kemudian dibuang oleh Allah. Maka sekali lagi yang ingin saya tekankan dengan memberi peringatan kepada kita mengenai bagian ini adalah kita tidak boleh untuk gagal berbuah.

Hal kedua yang akan kita renungkan yaitu, buah seperti apa? Seorang penafsir memakai istilah “Kualitas kehidupan Kristen yang baik.” Inilah yang dimaksud dengan buah kehidupan kita. Kualitas itu nampak dari beberapa ciri ini:

Pertama, kehidupan yang berbuah adalah kehidupan yang serupa dengan Kristus. Kita bisa yakin bahwa kita bertumbuh dan berbuah jika hidup kita makin lama semakin serupa dengan Kristus. Ada penulis yang mengatakan bahwa Yesus berbuah dengan menjadi serupa dengan Allah. Yesus berbuah di dalam ketaatan-Nya memuliakan Bapa. Kita berbuah dengan mempermuliakan Bapa (Yoh. 15:8). Teladan utama dan yang sempurna bagi kita di dalam mempermuliakan Allah adalah Kristus. Lihatlah kepada Kristus. Berjuanglah agar semakin lama sehidupan kita semakin serupa dengan Kristus. Matius 5 berkata bahwa kita harus kudus, sama seperti Tuhan Allahmu adalah Kudus. Artinya kita berjuang untuk menjadi sama seperti Allah karena kita adalah anak- anak Allah. Tetapi Allah terlalu abstrak karena Dia tidak terlihat. Maka Allah memberikan contoh konkrit bagi kita, yaitu Kristus. Kristus memiliki karakter yang begitu agung di dalam ketaatan-Nya. Di dalam seluruh aspek kehidupan-Nya Dia mempermuliakan Allah. Di dalam situasi inilah kita menjadi serupa dengan Kristus.

Allah yang kita miliki adalah Allah yang mengasihi kita dengan kasih yang kreatif, bukan reaktif. Kasih yang reaktif berarti kasih yang bergantung kepada yang dikasihi. Tetapi kasih yang kreatif tidak bergantung kepada yang dikasihi. Setelah Dia menyelamatkan kita, Dia menjadikan kita sebagai pribadi yang menarik. Dia mengasihi kita padahal kita mendukakan Dia dan tidak pernah menyenangkan hati-Nya. Namun setelah kita diselamatkan oleh Dia, Dia menjadikan kita sebagai umat Allah yang menyenangkan hati-Nya dan yang mempermuliakan Dia, yang berkenan kepada Dia. Ini adalah kasih yang kreatif. Di dalam konteks kasih kreatif itu Dia membuat kita semakin lama semakin menjadi serupa dengan Kristus.

Sinclair Ferguson berkata bahwa bertumbuh secara spiritual berarti menjadi serupa dengan Kristus. Lalu kita harus berbuah seperti apa? Berbuah berarti kita berjuang untuk menjadi serupa dengan Kristus.

Kedua, berbicara mengenai karakter yang agung di dalam kehidupan orang Kristen oleh karena kita semakin lama semakin serupa dengan Kristus. Ef. 2:10 berkata bahwa kita diselamatkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik yang telah disiapkan oleh Allah supaya kita berkenan kepada Allah, supaya kita dapat menyenangkan hati Allah.

Jika hidup kita serupa dengan Kristus, otomatis kita akan berbeda dari dunia dan di titik itulah karakter Kristen kita akan nampak. Karena itulah pasal Yoh. 15:18-27 berbicara mengenai aniaya terhadap gereja karena karakteristik kita berbeda. Jika karakteristik kita sama, maka kita akan dicintai oleh dunia ini. Tetapi jika karakteristik kita berbeda, maka besar kemungkinan kita akan oleh dunia di mana kita hidup. Karena perbedaan karakteristik secara esensial. Maka buah tidak hanya berbicara mengenai keserupaan dengan Kristus, tetapi jelas berbicara mengenai karakter Kristen yang berbeda dari dunia.

Ketiga, ada yang berkata bahwa berbuah berarti memenangkan orang lain. Kita tidak dapat mempersempit bahwa berbuah itu hanya dalam perbuatan baik atau hanya dengan memenangkan orang lain. Berbuah berarti kita dipakai oleh Allah, kemudian kita keluar dan mengasihi, menginjili, dan melayani orang lain, karena memang anggur itu diberikan supaya menghadirkan sukacita bagi manusia. Maka mau tidak mau kita harus belajar mengasihi dunia ini sama seperti Allah mengasihi dunia.

Sering kali kita anti dengan kata “mengasihi dunia”, tetapi Allah mengasihi dunia. Jika menjadi serupa dengan Allah, berarti kita tetap mengasihi dunia ini dan kasih kepada dunia ini bukan diekspresikan dengan cara menjadi serupa dengan dunia, tetapi memberikan pemberian yang terbaik yang telah diberikan Allah kepada dunia karena Allah mengasihi dunia, yaitu Kristus.

Ketika Dia mengasihi dunia, Dia tidak menjadi serupa dengan dunia, tetapi Dia memberi Kristus kepada dunia supaya dunia menjadi serupa dengan Dia. Maka jika kita mengasihi dunia, kita tidak menjadi serupa dengan dunia, tetapi kita memberitakan Kristus, memberitakan prinsip-prinsip kerajaan Allah supaya dunia perlahan diubahkan, semakin lama makin sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allah dan kerajaan- Nya.

Ekspresi kasih seharusnya diekspresikan dengan pemberian terbaik sebagaimana yang diberikan Bapa kepada dunia, yaitu memberikan Kristus. Hal yang dapat kita tinggalkan sebagai warisan adalah pemberian terbaik yang telah diberikan oleh Allah, yaitu Kristus. Jika Kristus ada di dalam kita, maka kita dapat mati dengan aman. Ini adalah peringatan bagi kita. Jika ingin mewariskan sesuatu maka wariskanlah Kristus. Jika kita memiliki orang tua yang tidak dapat mewariskan apa-apa tetapi mereka telah mewariskan Kristus bagi kita, maka bersyukurlah karena itu adalah pemberian terbaik yang bisa mereka berikan. Saya kira orang tua yang paling baik adalah orang tua yang mau menawarkan Kristus kepada anak-anaknya, memperjuangkan sedemikian rupa supaya Kristus berjumpa dengan mereka.

Gereja tidak boleh berhenti untuk berjuang menghasilkan buah. Salah satu cara bagi kita untuk menghasilkan buah di dalam kehidupan bergereja adalah berjuang supaya kita memenangkan orang lain. Pdt. Stephen Tong berkata bahwa gereja yang tidak menginjili adalah gereja yang mati. Pdt. Stephen Tong melihat dari persepektif jika kita tidak menginjili, maka suatu saat gereja akan berhenti dan mati. Tetapi kita juga bisa memahami kalimat Pdt. Stephen Tong dari perspektif Yoh. 15. Jika gereja tidak menghasilkan buah, tidak menginjili, tidak berjuang untuk memenangkan yang lain, itu adalah tanda bahwa gereja tersebut adalah gereja yang ada di luar Kristus dan mati.

Terakhir, berbuah juga berarti bahwa kita mengembangkan segala sesuatu yang baik yang pernah Tuhan titipkan kepada kita. Segala sesuatu yang kita miliki adalah pemberian terbaik dari Allah dan harus kita pertanggungjawabkan. Hal itu juga adalah bagian dari kehidupan yang berbuah.

Di dalam dunia ini tidak ada yang baik dan sempurna. Adam dicipta sebagai gambar Allah yang mulia, tetapi Allah masih mengatakan tidak baik manusia seorang diri. Hal ini memberi petunjuk bahwa sebelum kejatuhan dalam dosa pun ciptaan tidaklah sempurna. Allah mau supaya kita menjadi lebih baik. Allah mengatakan bahwa dunia ini sungguh amat baik, tetapi Kej. 1:28 berkata bahwa Allah menciptakan manusia lalu memberi perintah untuk beranak cucu, menguasai, dan menaklukan bumi. Istilah “meguasai dan menaklukan bumi” berarti mengelola alam semesta ini agar menjadi lebih baik. Ini adalah tanggung jawab kita sebagai manusia. Maka segala sesuatu yang baik yang Tuhan percayakan kepada kita harus kita perjuangkan agar menjadi lebih baik.

Terkadang kita menikmati segala sesuatu yang baik yang Tuhan berikan, lalu kita lupa untuk mengembangkannya, karena begitu nikmatnya hal-hal baik yang Tuhan berikan kepada kita.

Berbuah berarti kita menjadi serupa dengan Kristus, berbuah berarti kita memiliki karakter Kristen yang mirip dengan Kristus dan berbeda dengan dunia, berbuah berarti kita memenangkan orang lain, berbuah juga berarti bahwa kita mengembangkan semua yang baik yang ada pada kita.

Kita boleh memikirkan kembali beberapa hal:

Hal baik apa yang telah Tuhan titipkan dalam kehidupan kita? Sudah berapa lama kita memilikinya? Jadi apa setelah kita memilikinya? Berapa lama kita ada di dalam gereja dan sudah jadi apa gereja itu setelah kita ada di sana?

Selama pandemi ini, apakah gereja kita sudah menjadi berkat bagi jemaat? Gereja lokal adalah gereja yang tidak boleh kita tinggalkan apapun alasannya.

Kebun anggur di tanam di dalam dunia ini untuk menghasilkan buah yang menyukakan hati manusia dan juga menyukakan hati Allah. Kita tidak bisa menyukakan hati manusia dengan cara yang bertentangan dengan kehendak Allah. Tetapi jika kita berbuah yang menyenangkan hati Allah, maka Tuhan pasti memakai kita untuk menjadi berkat bagi dunia.

Pertanyaannya, sudah jadi apa tempat di mana kita hidup?

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – YC)