Yoh. 15:1-8
Pdt. J. Putratama Kamuri
Ayat 4 memberi petunjuk kepada kita bahwa kita adalah umat Allah, kita adalah murid-murid Kristus yang sejati jika kita menghasilkan buah. Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa jika kita adalah umat Allah yang sejati maka tidak mungkin tidak ada buah yang dihasilkan Allah melalui kehidupan kita.
Hari ini Yesus memulai dengan mengatakan bahwa Dia adalah pokok anggur yang benar (pokok anggur yang sejati). Konteks percakapan ini dimulai dari pasal 13 bagian awal, yaitu sebelum paskah. Konteksnya adalah percakapan setelah perjamuan. Jadi di dalam konteks paskah mereka mengadakan perjamuan dan di dalam perjamuan itu ada begitu banyak simbol terkait dengan Yesus Kristus. Mulai dari domba paskah dan darah domba. Mereka melihatnya sebagai korban penebusan yang melaluinya mereka menikmati karya keselamatan. Simbol lain yang mereka lihat adalah roti (pasal 6). Hari ini ada simbol lain yang biasa mereka lihat dan mereka nikmati setiap kali mereka merayakan paskah. Orang-orang Yahudi adalah anggur dan di dalam konteks inilah kemudian Yesus berkata- kata.
Percakapan ini terjadi setelah mereka menikmati perjamuan. Mungkin saja percakapan ini terjadi setelah mereka keluar dari Bait Allah. Pada saat mereka keluar dari Bait Allah, di pintu gerbang menuju kepada Bait Allah ada semacam gerbang kecil dan di gerbang itu dibuatlah patung ukiran pokok anggur dari emas sehingga terlihat begitu indah. Seorang penulis mengatakan bahwa percakapan ini kemungkinan besar terjadi di sana, yaitu perjalanan menuju ke Getsemani, tempat di mana Yesus akan ditangkap dan kemudian disalibkan. Sampai di pintu gerbang itu, percakapan ini terjadi di mana murid-murid melihat bahwa ada anggur emas yang tergantung di pintu Bait Allah. Pada saat mereka melalui pintu itulah Yesus berbicara mengenai pokok anggur yang benar. Berarti Yesus melihat konteks yang sangat tepat untuk berbicara kepada murid-murid mengenai apa yang seharusnya terjadi di dalam kehidupan mereka jika mereka benar-benar menikmati dan mengalami peristiwa paskah. Ini adalah sebuah simbol yang sangat penting. Ketika orang Israel menempatkan pokok anggur emas di pintu gerbang Bait Allah, itu adalah simbol yang sangat penting. Melalui simbol itu, orang Israel beranggapan bahwa orang akan mengenal Allah yang sejati. Melalui anggur itu orang akan tertarik untuk mengenal Allah yang sejati. Dan jika seseorang masuk melalui pokok anggur itu, maka ia akan berjumpa dengan Allah yang sejati dan beribadah kepada-Nya, seolah-olah sejak PL telah ada gambaran di dalam benak orang Israel bahwa pokok anggur ini adalah pra-syarat bagi kita untuk berjumpa dengan Allah yang sejati. Kita harus melalui pintu itu agar kita dapat menikmati ibadah yang sejati karena kita berjumpa dengan Allah yang sejati. Maka kita dapat melihat bahwa gambaran pokok anggur itu adalah gambaran mengenai sebuah kesaksian yang efektif tentang eksistensi Allah. Sebuah kesaksian yang menarik manusia untuk datang kepada penyembahan yang benar. Oleh karena itu maka hari ini kita akan melihat siapa pokok anggur yang sesungguhnya. Tentu saja kita akan mengatakan Yesus, tetapi di dalam PL istilah “anggur” pertama-tama mengacu kepada umat Allah sehingga mau tidak mau kita harus memulainya dari sana.
Yes. 5:7 berkata bahwa pokok anggur atau gambaran mengenai anggur pertama-tama digunakan untuk Israel sebagai umat Allah. Berarti anggur juga dapat digunakan oleh Yesus Kristus untuk menggambarkan kita, gereja Tuhan dalam PB sebagai umat Allah. Maka seharusnya manusia sadar mengenai eksistensi Allah. Seharusnya manusia mengenal Allah yang sejati. 1 Yoh. 4:12 berkata bahwa gereja dipakai oleh Tuhan menjadi sebuah kesaksian efektif. Allah adalah roh sehingga tidak ada yang dapat melihat Dia. Tetapi kalimat yang digunakan oleh Yohanes sangat menarik, yaitu jika kita saling mengasihi maka Allah tetap ada di dalam kita dan kasih-Nya sempurna di dalam kita. Orang tidak melihat Allah, tetapi jika orang melihat bagaimana gereja hidup, seharusnya mereka sadar mengenai eksistensi Allah yang sejati. Tuntutan ini kemudian tergenapi di dalam jemaat mula-mula (Kis. 2 & 4), di mana ketika orang percaya melihat kehidupan gereja, mereka tertarik untuk menjadi gereja. Mereka melihat sebuah kesaksian hidup yang indah dan inilah tujuan Allah untuk menanam pokok anggur itu. Allah menanam pokok anggur, yaitu Israel dan gereja sambil Allah menanti-nantikan buahnya, yaitu kesaksian mereka yang menunjukkan kepada dunia mengenai Allah yang tidak kelihatan.
Mengapa Tuhan meminta kita untuk berbuah? Karena ini adalah sebuah kesaksian yang efektif. Lazarus yang telah dibangkitkan adalah orang yang diam tetapi hidupnya serupa dengan Kristus sehingga menjadi kesaksian, bahkan hal itu membuatnya ingin dibunuh. Lazarus dipakai oleh Tuhan untuk menjadi kesaksian meskipun apa yang dia lakukan tidak dicatat di dalam Alkitab. Lazarus menggunakan jubah Kristus dengan benar. Ketika kita menjadi umat Allah, kita disebut sebagai ranting-ranting Allah. Berarti Allah menanam kita di dalam kebun yang Ia dirikan agar kita menjadi kesaksian yang efektif dan kemudian menarik orang lain untuk mencari dan mengenal Allah yang sejati.
Karl Marx mengatakan bahwa agama adalah candu. Setelah orang-orang masuk ke dalam agama, mereka terus mengingat surga sehingga mereka lupa untuk berkarya di dalam dunia. Ketika mereka menderita, mereka bukan berjuang untuk melawan penderitaan, tetapi mereka mengingat surga dan akhirnya mereka justru berhenti untuk berjuang seolah nanti jika mati pasti akan masuk surga. Agama menjadi candu karena agama membuat orang gagal untuk berjuang di dalam dunia. Bagi saya ini adalah kritik yang masuk ke dalam jantung Kekristenan. Hari ini banyak orang yang hanya berpikir mengenai surga dan lupa bahwa dunia ini adalah dunianya Tuhan di mana manusia harus berkarya dan menghadirkan banyak hal yang baik. Di tengah-tengah konteks pembahasan mengenai Karl Marx inilah Magnis Suseno mengatakan bahwa sebenarnya tuduhan ateisme yang seperti ini adalah tuduhan yang efektif, tetapi juga kita dapat melawan secara efektif jika seandainya orang-orang yang beragama menghidupi kehidupan yang berguna. Saya kira ini adalah sebuah pemikiran yang cukup rasional, namun 2000 tahun sebelumnya Yesus telah berbicara mengenai hal ini dan catatan itu diberikan juga kepada kita bahwa buah dan kesaksian hidup lebih banyak berbicara dari pada perdebatan secara rasional. Saya percaya bahwa apologetika adalah penting, tetapi tidak semua orang Kristen dipanggil untuk terlibat di dalam hal yang sedemikian. Tetapi semua orang Kristen – tanpa terkecuali – dipanggil untuk menghasilkan buah karena buah adalah kesaksian yang efektif. Buah berbicara lebih banyak dari pada sebuah perdebatan. Pendekatan yang Allah minta adalah menghasilkan buah dan hal itu bukan hanya melalaui perdebatan. Persoalannya adalah Israel dan gereja adalah pokok anggur yang gagal. Kita tidak sempurna. Yes. 5:7 memeberi petunjuk kepada kita bahwa dinanti-Nya keadilan tetapi hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran. Apa yang Allah harapkan, yaitu buah yang dihasilkan dari pokok anggur yang ditanam-Nya, tidak diperoleh. Israel gagal untuk mencapai tujuan Allah. Israel gagal untuk menjadi saksi dan ini adalah fakta. Kegagalan untuk berbuah adalah dosa yang sangat besar di dalam kehidupan kita. Kegagalan untuk berbuah adalah kejahatan di mata Tuhan.
Ada beberapa hal yang dapat membuat kita gagal:
Pertama, kita gagal untuk menghidupi hidup yang sesuai dengan kehendak Allah. Mungkin kita gagal karena hidup kita tidak benar. Berarti kita adalah orang-orang yang gagal untuk mengenakan jubah Kristus. Terkadang orang di luar sana membenci Kristen bukan karena itu merupakan salib kita, tetapi karena kita gagal untuk berbuah. Kolonialisme merupakan sesuatu yang membekas di dalam nurani manusia Indonesia sampai hari ini sehingga ketika berbicara mengenai Kekristenan, maka identik dengan kolonialisme. Kita dapat menysukuri Kekristenan masuk melalui cara itu, tetapi di sisi lain kita juga perlu mencatat bahwa ada sejarah hitam di balik semua itu. Orang-orang terkadang membenci Kekristenan karena kita adalah saksi yang efektif, tetapi orang juga bisa membenci Kekristenan karena kita gagal untuk mengenakan jubah Krisus dengan benar. Ini adalah persoalan yang pertama dan inilah yang terjadi kepada Israel.
Kedua, kita juga bisa gagal untuk berbuah karena kita gagal untuk mengimplementasikan maksud-maksud baik kita. Ada orang yang hidup dengan tidak peduli sehingga hidupnya tidak menjadi berkat. Tetapi juga ada orang yang peduli dan menyatakan kepedulian itu dengan tidak benar. Sebenarnya di dalam konteks Kitab Suci, maksud baik berkaitan dengan cara yang baik. Terkadang kita bermaksud baik untuk mengajarkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang baik, namun cara-cara kita tidak begitu elok sehingga kemudian orang melihat berita yang kita bawa sebagai sesuatu yang menakutkan dan mengerikan. Berhati-hatilah dengan mengajarkan prinsip kebenaran, menyaksikan kebenaran dengan cara yang tidak elok. Jika orang menolak ketika kita memberitakan kebenaran, maka biarlah. Yesus berkata jangan memberikan mutiara kepada babi sehingga kita dapat menemukan dua macam orang Kristen. Orang Kristen pertama adalah orang Kristen yang tidak peduli dan tidak mengenakan jubah Kristus dengan benar. Orang Kristen yang lain adalah orang Kristen yang memahami prinsip-prinsip yang benar dan ingin membagikan prinsip-prinsip yang benar namun sayangnya mereka gagal untuk mengimplementasikan maksud-maksud baik dengan cara yang benar akhirnya Kekristenan tidak terlihat sebagaimana mestinya. Tetapi dalam kondisi ini apakah Tuhan kita adalah Tuhan yang gagal? Jika kita membaca Yes. 5:7 apakah Tuhan yang kita miliki adalah Tuhan yang gagal? Tuhan yang kita miliki adalah Tuhan yang sanggup bekerja di balik kegagalan gereja untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Dia dapat memakai kegagalan gereja, kegagalan Israel untuk menegaskan kemuliaan-Nya. Paling tidak kita dapat melihat satu hal. Di dalam kisah ini, Yesus seolah ingin mengarahkan mata mereka dari pokok anggur yang gagal kepada pokok anggur yang sejati. Mengapa Dia memakai istilah “Akulah pokok anggur yang benar”? Di dalam bahasa aslinya yaitu “Akulah pokok anggur yang sejati.” Jika ada yang sejati maka ada yang palsu. Oleh sebab itu Dia berkata demikian. Berarti Dia ingin memanggil orang-orang itu untuk melihat kepada diri- Nya setelah orang-orang ini berhadapan dengan pokok anggur yang gagal untuk berbuah. Di dalam perumpamaan tentang dirham yang hilang, ada perempuan yang mencari. Di dalam perumpamaan domba hilang, ada yang mencari. Tetapi ketika perumpamaan mengenai anak bungsu yang hilang, tidak ada yang mencari. Jika melihat urut-urutan ini, maka pendengar hari itu akan berharap siapa yang akan keluar untuk mencari. Dan orang pertama yang diharapkan keluar untuk mencari anak bungsu yang hilang tentu saja si anak sulung. Namun anak sulung tidak mengerjakan tanggung jawabnya. Sehingga ketika Yesus bercerita dengan strategi itu, yang dimaksudkan oleh Yesus Kristus adalah membuat orang menanti-nantikan siapa yang akan keluar untuk mencari anak bungsu itu. Seluruh alur cerita itu akan bermuara kepada satu hal, yaitu Kristus, Anak Sulung di dalam kerajaan Allah yang datang ke dalam dunia untuk mencari kita, anak bungsu yang hilang. Oleh sebab itu kita dapat disebut sebagai anak-anak Allah. Kita bisa gagal, tetapi Kristus tidak mungkin gagal.
Sering kali kita diperjumpakan dengan situasi yang tidak ideal agar kita belajar mengenal Dia yang sesungguhnya. Mungkin kita sebagai anak dapat berjumpa dengan orang tua yang tidak ideal, tetapi paling tidak hal itu membuat kita merindukan pemeliharaan dan perlindungan dari Bapa yang ada di dalam Alkitab. Bapa yang kejam terhadap diri-Nya sendiri yang rela mengalami penderitaan. Pada momen di bukit Golgota itu, Allah kita menjadi Allah yang menderita untuk kita sebagai anak-anak-Nya. Seorang isteri dapat berjumpa dengan suami yang tidak ideal, tetapi paling tidak melalui proses itu kita diingatkan oleh Allah, digiring oleh Allah untuk merindukan penolong yang melengkapi kita di dalam segala keterbatasan. Seorang suami juga dapat berjumpa dengan seorang isteri yang tidak ideal, tetapi sekali lagi di dalam konteks itu kita bukan hanya dapat mengharapkan penolong yang sepadan, tetapi juga bisa memperlengkapi kita di dalam segala sesuatu melalui pekerjaan Allah Roh Kudus. Siapa Dia? Kristus. Tidak ada suami atau isteri yang ideal di dalam dunia ini tetapi kita dapat melaluinya, kita dapat dipanggil oleh Allah untuk merindukan mempelai laki- laki yang memulihkan segala sesuatu dan mengisi segala keterbatasan kita. Kita memiliki sahabat di dalam dunia ini, tetapi sahabat yang terbaik tidak akan sempurna. Sahabat yang terbaik mungkin saja melukai kita, tetapi paling tidak melalui proses itu kita akan digiring oleh Allah untuk merindukan sahabat yang bukan hanya mengasihi kita, tetapi juga memberikan nyawa-Nya bagi sahabat-sahabat-Nya. Kristus melakukan hal itu bagi kita. Di dalam gereja kita dapat menjumpai gembala yang tidak sempurna dan melalui momen itu mata kita diarahkan kepada Kristus, sang gembala yang baik.
Alkitab memberikan petunjuk kepada kita mengenai kegagalan-kegagalan termasuk kegagalan Israel sebagai kebun anggur yang didirikan oleh tangan Allah sendiri. Allah yang berinisiatif, Allah yang mempersiapkan mereka untuk menjadi kebun anggur yang dikasihi-Nya (Yes. 5:7), namun kebun anggur itu gagal bukan untuk kita teladani, juga bukan agar kita menghina mereka, tetapi supaya kita merindukan pokok anggur yang sejati dan Dialah Kristus. Hal yang pertama yang akan kita lihat adalah kegagalan dari umat Allah.
Kedua, Yesus berkata bahwa Dia adalah pokok anggur yang sejati. Istilah “benar” atau “sejati” berarti Yesus sama seperti kita diutus oleh Bapa untuk masuk ke dalam dunia sebagai saksi. Anggur berbicara mengenai kesaksian dan kemudian Yesus berkata bahwa kita adalah anggur yang ditanam oleh Allah, dihadirkan oleh Allah di dalam dunia agar orang-orang melihat Allah yang sejati. Tetapi meskipun sama-sama diutus oleh Allah agar menjadi kesaksian di dalam dunia ini, Dialah pokok anggur yang sejati, sedangkan kita bukan. Kita hanyalah simbol dari sesuatu yang sempurna yang akan datang, yaitu Yesus Kristus. Pertanyaannya sekarang adalah, apa yang telah dilakukan oleh pokok anggur itu sehingga Yesus dapat bersuara dengan sangat keras “Akulah pokok anggur yang benar”? Kita akan melihat beberapa hal:
Pertama, ketika Yesus hadir sebagai pokok anggur yang benar, Dia menjamin hidup kita. Dia menyebut diri-Nya sebagai pokok anggur yang benar karena Dia menjamin kehidupan kita secara spiritual. Ranting harus berbuah, tetapi ranting tidak dapat berbuah jika terlepas dari pokok anggur itu. Ada pra-syarat untuk menghasilkan buah, yaitu mereka harus ada di dalam pokok anggur itu. Jika sekarang mereka ada di luar pokok anggur maka Yesus seolah ingin mengatakan bahwa mereka harus dicangkokkan ke dalam pokok anggur itu agar mereka hidup dan menghasilkan buah. Israel memang tidak dapat berbuat apa-apa.
Rahab adalah orang Kanaan. Jika dia telah diselamatkan oleh Allah, cara yang Allah lakukan adalah Allah membawanya masuk menjadi bagian dari umat Israel. Begitu juga Rut. Allah mengizinkan orang kafir yang percaya pada masa PL itu cangkokkan untuk masuk ke dalam kehidupan bangsa Israel. Tetapi seseorang tidak diselamatkan dengan menjadi Israel. Sebelum Israel ada, sudah ada orang yang diselamatkan. Bahkan kita juga tahu bahwa banyak di antara Israel sendiri tidak menikmati keselamatan. Kita harus dicangkokkan kepada pokok anggur yang benar. Maka solusinya bisa kita temukan di dalam pasal 1:4; 5:21. Di dalam Dia ada hidup dan Kristus menghidupkan siapapun yang dikehendaki-Nya. Lalu Yesus berkata bahwa kita tidak dapat berbuah jika kita tidak ada di dalam Dia dan Dia tidak ada di dalam kita. Tanpa persekutuan spiritual dengan Kristus ini kita tidak akan berbuah. Tetapi buah adalah tahap akhir. Tahap awal dari proses berbuah adalah kita bersatu dengan pokok anggur itu. Apa yang dikerjakan oleh Kristus sebagai pokok anggur bagi kita adalah Dia memberi hidup bagi kita. Istilah “ego eimi” bukan hanya berbicara mengenai “Aku adalah perjanjian” tetapi juga berbicara mengenai Allah yang hidup. Kita tidak dapat membuat perjanjian jika kita tidak hidup. Allah YHWH adalah Allah perjanjian. Jika Dia adalah Allah yang masuk ke dalam perjanjian itu, berarti Dia adalah Allah yang hidup dan Allah yang hidup ini adalah sumber hidup.
Ketika saya membahas mengenai tema “Akulah kebangkitan dan hidup”, saya berkata bahwa segala eksistensi menggantungkan eksistensinya kepada Kristus, yang membuktikan klaim-Nya dengan membangkitkan orang mati. Bahkan ketika Dia mati, Dia bangkit dari diri-Nya sendiri (pasal 10). Hal ini menegaskan kepada kita bahwa pokok anggur ini bukan hanya pemilik hidup, tetapi Dia adalah pemberi hidup. Yesus berkata bahwa jika kita tidak ada di dalam Dia dan Dia tidak ada di dalam kita, maka kita akan menjadi ranting yang mati. Bagaimana kita bisa menghasilkan buah? Yesus dapat memberikan jaminan ini bagi kita karena memang Dia diutus oleh Allah untuk memberi hidup bagi kita. Bukan hanya itu, pada dasarnya di dalam Dia ada hidup dan Dia akan sanggup untuk memberi hidup kepada kita. Tetapi menariknya, jika kita memerhatikan paradoks di dalam Alkitab, Kristus ini memberi hidup kepada kita melalui kematian sehingga kita sering kali menyebut kematian-Nya sebagai kematian yang menghidupkan. Kristus ini adalah Kristus yang memberi hidup dengan menjalani kematian yang direncanakan dan diinginkan oleh Bapa. Seorang penulis mengatakan bahwa satu- satunya kematian di dalam dunia ini yang diinginkan dan direncanakan oleh Bapa hanyalah kematian Kristus. Sebelum dunia dijadikan, untuk merencanakan keselamatan kita, Allah merencanakan kematian Kristus. Kematian ini adalah kematian yang menghidupkan, sebab melalui kematian Kristus yang direncanakan dan diinginkan oleh Bapa, kita mengalami kebangkitan dari kematian yang sebenarnya tidak diinginkan oleh Allah. Jika kita berbicara mengenai satu kematian yang tidak diinginkan oleh Allah adalah kematian kita sebagai konsekuensi dosa. Allah mengizinkan itu terjadi, tidak berarti Allah menginginkannya bagi kita. Kita yang menginginkan dan berbuat dosa. Itu adalah rencana dari kita oleh karena kita menginginkannya. Tetapi supaya kita lepas dari konsekuensi kematian yang kita inginkan itu, Allah merencanakan dan menginginkan kematian anak-Nya. Dan Kristus harus menjalani kematian yang menghidupkan itu supaya kita dapat menikmati hidup. Oleh sebab itu Kristus harus mengambil posisi kita yang berdiri di dalam kematian agar kita mendapatkan posisi Dia, yaitu berdiri di dalam hidup yang kekal. Tetapi semuanya terjadi di dalam Dia. Dia yang memiliki kematian yang menghidupkan, Dia yang direncanakan dan diinginkan oleh Allah supaya mati bagi kita. Dia yang mengambil posisi kita supaya kita ada di posisi-Nya. Semua harus terjadi di dalam Dia. Itulah mengapa Yesus mengatakan jika kita tidak ada di dalam Dia, kita tidak menghasilkan buah karena kita pasti mati. Kita perlu melekatkan hati kita kepada Kristus, bukan kepada Israel.
Jika kita di dalam Kristus maka kita tidak boleh tidak berbuah. Kita pasti berbuah karena buah adalah tujuan Allah (Yes. 5:7). Allah menanam anggur tujuannya untuk menghasilkan buah. Oleh sebab itu menghasilkan buah adalah sebuah tuntutan yang serius. Oleh sebab itu jika tidak berbuah maka kita akan dihakimi. Di luar Dia kita tidak dapat berbuah. Kristus berkata bahwa jika kita ada di dalam Dia, maka kita pasti berbuah dan kita akan berbuah banyak. Maka adalah hal yang aneh jika kita berkata ada di dalam Dia, tetapi kita tidak berbuah. Jika kita menjadi Kristen dan kita tidak pernah berbuah maka kita hanya memberi petunjuk bahwa kita ada di luar Kristus. Kita bisa senang dan bisa tidak senang dengan kalimat ini tetapi Kristus berkata jika kita ada di dalam Dia, maka kita akan menghasilkan buah. Bahkan Kristus memakai istilah “buah yang banyak”, lalu bagaimana kita mengatakan bahwa kita ada di dalam Kristus tetapi kita tidak menghasilkan buah?
D. A. Carson berkata di luar Kristus kita akan melihat banyak hal yang baik, tetapi itu adalah kristal yang mati. Artinya di luar Kristus kita masih bisa melakukan perbuatan-perbuatan baik, namun itu bukanlah buah yang diinginkan oleh Allah. Hanya di dalam Kristuslah kita bisa menghasilkan buah-buah roh yang hidup, yang berkenan kepada Allah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allah. Hanya di dalam Kristus kita memiliki kepastian untuk berbuah. Dalam situasi yang tidak sempurna kita pasti menghasilkan buah karena kita ada di dalam pokok anggur yang sejati dan sempurna. Karena kita ada di dalam pokok anggur yang sejati, sempurna, dan tidak pernah gagal untuk berbuah, maka di dalam situasi baik maupun buruk, kita tetap akan menghasilkan buah. Kita tidak dapat menyalahkan pandemi ini jika kita tidak berbuah. Kita juga tidak dapat menyalahkan orang lain jika kita tidak berbuah. Di dalam situasi baik maupun buruk, Kristus tetap sama. Dia tetap pokok anggur yang sejati, Dia tetap pokok anggur yang tidak gagal menghasilkan buah, maka kita tidak mungkin tidak menghasilkan buah. Itulah mengapa ketika Dia berbicara mengenai talenta, satu talenta tetap menjadi satu dan orang itu dihakimi. Hal itu adalah petunjuk bahwa mereka ada di luar Dia.
Apa itu berbuah? Sering kali orang mengatakan bahwa buah adalah hasil dari penginjilan, berbicara mengenai perbuatan baik, tetapi juga berbicara mengenai pengembangan karunia-karunia. Tidak ada yang salah dengan semua itu namun satu yang pasti, yaitu ketika kita melakukan penginjilan dan menghasilkan buah dalam penginjilan, ketika kita menghasilkan perbuatan baik, kita mengembangkan karunia-karunia itu, maka semua harus berporos pada satu hal, yaitu Kristus. Dan jika itu berporos kepada Kristus, berarti semua yang kita lakukan harus dilakukan sesuai dengan apa yang didesain oleh Allah. Buah berarti kita mengarahkan segala sesuatu di dalam kehidupan kita sesuai dengan desain dan rencana Tuhan dan hal ini hanya mungkin terjadi di dalam Kristus. Dia menjamin kepastian hidup dan keselamatan kita. Dia menjamin kepastian kita untuk berbuah karena Dia adalah pokok anggur yang tidak gagal untuk berbuah.
Terakhir, Dia menjamin bahwa kita akan menjadi ranting yang berguna dan lolos dari penghakiman. Berbuah berarti berguna. Jika kita ada di dalam Dia, maka kita akan hidup. Jika kita hidup, maka kita akan berbuah, dan jika kita berbuah maka kita berguna. Tetapi jika kita mati di luar Kristus, kita tidak berbuah, maka kita menjadi tidak berguna dan pada akhirnya kita akan dihakimi. Ironis karena Yesus memakai pohon anggur, bukan pohon yang lain. Yang namanya ranting pasti bergantung kepada pohon utamanya. Oleh sebab itu jika ranting terpotong maka ia tidak ada gunanya lagi. Bahkan ketika Yesus berkata ranting yang tidak berguna akan dibakar, tujuannya hanya satu, yaitu dimusnahkan. Maka kita dapat melihat bahwa Yesus pertama-tama berbicara mengenai sebuah penghakiman kekal yang mengerikan. Jika kita gagal untuk berbuah, maka jelas kita ada di luar Kristus. Dan jika kita terus ada di luar Kristus, maka ada penghakiman kekal yang akan disiapkan bagi kita. Tetapi yang kedua berbicara mengenai konsekuensi temporer di mana kita dibuang dan menjadi tidak berguna.
Jika kita hadir sebagai Kristen, sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah, sebagaimana didesain oleh Allah untuk tidak boleh tidak ada di dalam dunia ini, Yesus menyebut kita sebagai garam dan terang. Tidak ada dapur yang tidak memiliki garam. Juga tidak ada rumah yang tidak memiliki terang. Ini adalah sesuatu yang tidak boleh tidak ada di dalam rumah. Hal ini mengandaikan bahwa dunia ini seharusnya membutuhkan Kekristenan. Kekristenan tidak boleh tidak ada. Tetapi jika orang menyingkirkan kita, maka apakah kita benar-benar terang yang mengganggu banyak hal? Karena kita hadir sebagai terang maka banyak dosa ditelanjangi. Jika orang merasa kita tidak dibutuhkan karena hal itu, maka kita harus bersyukur karena kita berguna di dalam kerajaan Allah. Tetapi jika kita tidak menjalankan fungsi sebagaimana seharusnya, maka Allah akan membuang kita dan memasukkan kita ke dalam dunia dan dunia pun akan melihat bahwa kita tidak berguna. Maka kita akan terbuang dengan sendirinya. Dua cara penghakiman Allah: pertama adalah penghakiman yang bersifat temporer, dan yang kedua adalah penghakiman yang bersifat kekal. Penghakiman yang bersifat temporer juga mengerikan. Allah membuang kita oleh karena kita tidak menghasilkan buah. Tetapi jika kita ada di dalam Kristus, kita akan diloloskan dari dampak yang mengerikan itu. Lalu bagaimana Yesus menjamin agar hal itu terjadi?
Dia adalah YHWH (ego eimi). Dia mengklaim keilahian-Nya. Jika Dia YHWH maka Dia adalah YHWH yang tidak pernah gagal. Dan jika Dia berkata kita akan menghasilkan buah jika kita ada di dalam Dia, hal itu karena Dia adalah pribadi yang ilahi, pokok anggur yang tidak mungkin gagal. Dia tidak gagal memberi kita hidup. Jika kita ada di dalam Dia dan Dia ada di dalam kita, maka Dia tidak akan gagal untuk memberi buah kepada kita. Kita juga dapat berbicara mengenai karya Kristus. Kepastian hidup dan kepastian berbuah kita dapatkan jika kita ada di dalam pokok anggur yang sejati. Dialah pokok anggur sejati yang ditanam di atas lahan bernama bukit Golgota. Bukan dibalut dengan emas, tetapi digantung telanjang tanpa sehelai benang pun agar Dia dilihat dan dipermalukan oleh semua orang. Tetapi jalan ini adalah jalan yang harus ditempuh agar kita menjadi sama seperti pokok anggur emas yang digantung di tiang Bait Allah, yang dilihat oleh semua orang sebagai sesuatu yang mulia. Dia mengalami posisi yang tidak mulia agar kita mengalami kemuliaan. Dia diletakkan di Golgota agar kita ada di dalam ladang kerajaan Allah. Dia digantung di kayu salib agar kita digantung di pintu gereja, di tiang rumah Allah agar menjadi sebuah kesaksian yang indah dan mulia, sementara Dia digantung telanjang menjadi kesaksian yang memalukan bagi banyak orang.
Anomali ini, pokok anggur yang tidak mungkin gagal itu telah dibuang seperti pokok anggur yang tidak berguna. Jika kita melihat ke Getsemani sampai dengan Golgota, maka kita akan mendapati bahwa Dia adalah pokok anggur yang telah dibuang oleh manusia, seolah-olah pokok anggur itu tidak menghasilkan apa-apa. Seolah-olah Bapa, yang empunya kebun anggur itu meninggalkan kebun anggur-Nya sehingga kebun anggur itu atau pokok anggur itu harus berteriak “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?.” Allah yang menanam pokok anggur itu sekarang meninggalkan- Nya seolah pokok anggur itu gagal berbuah. Jika kita gagal untuk berbuah, maka seharusnya kita yang dihakimi dan puncak penghakiman itu adalah neraka. Tetapi pokok anggur yang tidak pernah gagal berbuah itu berdiri di inti neraka seolah-olah Dia gagal dan tidak berguna. Tetapi semua itu harus terjadi sesuai dengan rencana Allah karena Yesus sendiri berkata bahwa benih yang hidup dan kemudian menghasilkan buah harus terlebih dahulu mengalami kematian. Benih itu harus mati untuk menghasilkan hidup yang baru. Dia harus mati supaya ada buah. Anggur yang sejati harus mati supaya menghasilkan anggur yang baru di dalam kerajaan Allah. Maka kita tidak memiliki pilihan yang lain kecuali di dalam dunia ini kita mempersiapkan hati dan hidup kita untuk berjuang menghasilkan buah di dalam kehidupan kita jika kita adalah umat Allah yang ada di dalam Kristus.
Cornelius Van Till berkata bahwa eksegesis dan khotbah yang baik selalu berakhir dengan dorongan bagi diri sendiri dan dorongan bagi semua orang yang mendengar untuk menghasilkan buah. Saya kira kita harus mengaminkan hal itu. Jika hari ini kita berbicara mengenai tinggal di dalam Kristus lalu menghasilkan buah dan buah adalah sesuatu yang harus, maka ada dua hal yang harus kita lakukan: pertama, tinggallah di dalam Kristus! Berjuanglah supaya kita tetap ada di dalam Kristus. Kemudian jika kita ada di dalam Kristus dan hidup, maka kita harus memperjuangkan hal yang kedua, yaitu menghasilkan buah, karena kita ada di dalam Kristus yang tidak pernah gagal. Lagipula Dia juga menjamin kita dengan kalimat “Akulah.” Artinya jika kita ada di dalam Dia, maka kita pasti akan berbuah. Kita berjuang dengan kepastian bahwa jika kita ada di dalam Kristus dan hari ini kita berjuan, maka buah itu pasti akan nampak. Mungkin buah itu tidak sama seperti yang kita harapkan karena kita masih manusia berdosa, tetapi tidak boleh tidak ada buah.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – YC)