Hidup dalam Kristus yang Hidup

Posted on

Yoh. 11:45-46&53; 12:1-11
Pdt. J. Putratama Kamuri

Di dalam pertemuan pertama tema ini kita membahas mengenai Yesus adalah kebangkitan dan hidup mulai dari keilahian sampai karya-Nya. Minggu lalu kita membahas mengenai apa yang terjadi pada kita ketika kita percaya kepada Kristus s.ebagai kebangkitan dan hidup. Jika Dia adalah kebangkitan dan hidup lalu kita mengerti apa yang Dia katakan dan memahami apa yang Dia kerjakan di balik mujizat-mujizat yang Dia kerjakan di dalam kehidupan kita, maka pasti ada perubahan komitmen religius di dalam kehidupan kita yang menyebut diri sebagai Kristen. Sementara mereka yang belum mengalami keselamatan dan tidak percaya, jika mereka benar-benar berjumpa dengan Yesus yang adalah kebangkitan dan hidup serta memahami apa yang dikatakan-Nya, maka mereka pasti akan berubah dari tidak percaya menjadi percaya. Tetapi orang-orang yang telah berubah komitmen religiusnya, orang-orang yang tidak percaya dan kemudian menjadi percaya, ke mana mereka harus pergi setelah itu?

Saya ingin memulai dengan kesimpulan bahwa orang Kristen maupun orang yang belum percaya tetapi setelah mengenal Kristus mengalami perubahan komitmen religius dan mensyukuri apa yang Dia kerjaan di dalam kehidupan kita, maka kita harus tahu satu tempat ke mana kita harus pergi dan tidak boleh tidak pergi, yaitu gereja.

Kita harus masuk ke dalam gereja. Kita tidak boleh tidak ada di dalam gereja dan gereja yang saya bicarakan di sini adalah gereja lokal. Ke mana kita pergi setelah komitmen religius kita berubah? Ke mana kita harus pergi setelah kita menikmati keselamatan di dalam Kristus. Kita harus pergi dan mencari sebuah gereja di mana kita bertumbuh di sana. Masuk ke dalam gereja bukan hanya sekedar bersekutu dengan Kristus. Gereja-gereja Injili sering kali terjebak di dalam pemikiran bahwa inti dari kehidupan bergereja adalah persekutuan dengan Kristus. Sehingga kita sering mengatakan bahwa yang paling penting adalah bersekutu dengan Kristus. Kita bersekutu dengan Kristus, tetapi pada saat yang sama kita juga bersekutu dengan seluruh anggota tubuh Kristus. Jika kita bersekutu dengan Kristus secara individual, maka pasti kita juga pasti dipersekutukan dengan seluruh anggota tubuh Kristus. Tidak mungkin kita bersekutu dengan Kristus tetapi kita terisolasi dari tubuh Kristus. Lalu kita dapat mengatakan bahwa tentu saja kita bersekutu dengan tubuh Kristus, tetapi tubuh Kristus secara universal. Kita bersekutu dengan Gereja di segala tempat dan segala zaman, bukankah it u yang paling penting? Ya. Tetapi jika kita melihat di dalam PB, itu bukanlah yang terpenting. Istilah “gereja” di dalam PB lebih banyak berbicara mengenai gereja-gereja lokal karena ke sanalah Kristus mengutus domba-domba-Nya supaya mereka belajar dan bertumbuh, barulah mereka ke seluruh dunia.

Yesus yang mengutus kita ke dalam dunia adalah Yesus yang juga meminta kita masuk ke dalam gereja. Yesus berkata bahwa di dalam ladang yang sama ada lalang yang menghambat pertumbuhan spiritual kita. Di dalam gereja juga ada yang sedemikian. Tetapi di dalam gereja juga ada gandum di mana kita harus masuk dan kemudian melayani mereka atau terkadang kita harus memberi diri agar mereka juga melayani kita. Kita masuk ke sana bukan hanya sekedar melayani, tetapi kita juga akan dilayani. Saya kira adalah sombong jika orang Kristen tertentu masuk ke dalam gereja hanya ingin melayani dan tidak mau dilayani, hanya mau mengunjungi dan tidak mau dikunjungi. Ini adalah sikap yang tidak tepat di dalam bergereja. Tujuan kita diutus masuk ke dalam gereja memang untuk melayani dan kemudian kita dilayani. Jadi Kristus menyelamatkan kita keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terang Allah yang ajaib dan hal ini tidak dijalani di dalam isolasi. Kita harus keluar dan bersekutu dengan orang lain.

Timothy Keller dalam bukunya yang berjudul Prodigal God menyimpulkan bahwa gereja penuh dengan anak sulung yang menjadi beban, yang menjadi penghambat, yang menekan anak-anak bungsu yang masuk ke dalam gereja. Mahatma Gandhi tertarik oleh apa yang diajarkan oleh Kristus, tetapi ia memutuskan meninggalkan gereja karena ulah anak sulung. Maka benar yang dikatakan oleh Timothy Keller bahwa gereja dipenuhi anak sulung. Namun dalam salah satu bukunya yang berjudul Reason for God, Timothy Keller mengatakan bahwa bagi anak-anak bungsu yang telah menikmati keselamatan, ke mana mereka harus pergi? Anak-anak bungsu yang telah menikmati keselamatan itu harus berjuang agar mereka bertumbuh secara spiritual dan tempat yang paling tepat bagi mereka untuk bertumbuh secara spiritual adalah gereja. Jadi setelah kita berjumpa dan dipersekutukan dengan Kristus, kita harus bertumbuh dan kita tidak boleh tidak masuk ke dalam gereja dan berekutu dengan orang lain. Kita tidak boleh mencari aman dengan mengisolasi diri karena tidak ingin tertular virus anak sulung. Saya tahu ada banyak anak sulung, tetapi pada saat yang sama Tuhan mendorong kita untuk tetap masuk ke dalam gereja karena kita harus sadar bahwa tidak ada pertumbuhan spiritual di dalam isolasi. Meskipun kita telah menikmati keselamatan di dalam Kristus, namun kita tidak mungkin bertumbuh di dalam isolasi.

Paulus berkata bahwa karunia-karunia yang kita miliki harus dipakai dan dipersembahkan kepada Allah untuk melayani jemaat dan membangun tubuh Kristus. Kira sering kali membayangkan kerugian dalam membangun tubuh Kristus, tetapi orang lain diuntungkan. Kita juga adalah tubuh Kristus. Ketika kita memakai tubuh kita untuk membangun tubuh Kristus, berarti orang lain terbangun dan kita juga terbangun. Di dalam konteks kita melayani orang lainlah karunia kita berkembang, kita bertumbuh dan orang lain juga bertumbuh, dan harus ada ketersalingan di dalam gereja. Maka Allah mengutus kita masuk ke dalam gereja. Di sana kita bukan hanya melayani tetapi kita juga dilayani. Di dalam gerejalah kita mengenal Allah melalui persekutuan dengan orang-orang yang ada di dalam gereja. Hari ini kita akan melihat mengapa Allah mengutus kita masuk ke dalam gereja.

Kita akan belajar dari Maria, Marta, dan Lazarus. Seharusnya karakter mereka ada di dalam gereja. Gereja yang sehat harus memiliki orang-orang yang sedemikian. Jika secara individual kita adalah gereja yang sehat, maka karakter mereka seharusnya juga ada di dalam kehidupan kita.

Setelah mereka berjumpa dengan Kristus, mereka mengenal Kristus dan kemudian mereka mengalami perubahan hidup. Apa yang terjadi di dalam kehidupan mereka?

Pertama, saya akan memulai dari Maria. Ketika Petrus berbicara mengenai kita yang telah diselamatkan, ia berkata bahwa kita adalah imamat yang rajani. Kita adalah imam-imam di dalam kerajaan Allah, tidak peduli apa suku bangsa kita. di dalam PL, yang disebut sebagai imam selalu keturunan Lewi. Tetapi setelah Yesus datang, satu era yang baru, umat Allah bukan hanya Israel, tetapi umat Allah sekarang adalah manusia dari segala bangsa. Maka kita mendapati Petrus berkata bahwa kita semua adalah imamat yang rajani. Artinya tidak bergantung apakah kita Lewi atau bukan, kita semua dipanggil untuk melayani Allah. Kita adalah imam-imam yang harus melayani Allah. Di dalam PL seorang imam bertugas untuk melayani Allah seumur hidupnya. Setiap waktu yang mereka miliki selama mereka masih hidup dipakai untuk melayani Allah dan salah satu tugasnya adalah mereka mempersembahkan korban kepada Allah. Ada cinta di dalam hati mereka yang membuat mereka melayani Tuhan seumur hidup. Ini adalah gambaran mengantisipasi Kristus ketika Ia datang. Sang kebangkitan dan hidup itu ketika datang akan menjadi imam yang sempurna, imam yang mencintai Allah dan selalu menaati Allah. Dia selalu melayani Allah sepenuh waktu-Nya. Ketika Dia melayani Allah dengan cinta itu, Dia mempersembahkan korban dan korban itu adalah diri-Nya sendiri. Hal ini menjadi teladan bagi kita. Ketika kita ditebus oleh Allah, Dia memanggil kita masuk ke dalam gereja untuk melayani Allah sebagai seorang imam, imam yang mempersembahkan totalitas hidupnya kepada Allah. Kita tidak memberikan persembahan dengan uang kita. Itu hanyalah konsekuensi jika kita mempersembahkan tubuh. Hal pertama yang Yesus minta adalah kita mempersembahkan diri kita kepada Tuhan. Paulus paham akan hal ini sehingga dia menjelaskan Kitab Roma 1-11 yang berbicara mengenai orang-orang yang diselamatkan dan diubahkan komitmen religiusnya dari tidak percaya menjadi percaya. Lalu di dalam Roma 12, persembahan berarti mengambil sesuatu kemudian mempersembahkannya kepada Allah. Sekarang, di dalam konteks PB, yang dipersembahkan adalah hidup kita. Istilah “tubuh” mengacu kepada totalitas hidup kita sebagai umat Allah. Maka imam sama seperti Kristus, yaitu mengasihi Allah dengan segenap hati dan melayani Allah sepenuh waktu sampai mati. Bagaimana kita melayani Dia dan mempersembahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan? Maria melakukannya di hadapan Tuhan.

Di dalam Yoh. 12:3 dikatakan bahwa ia meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu. Yudas memiliki isting yang tajam karena ia tahu minyak tersebut harganya 300 dinar. Upah 1 hari kerja adalah 1 dinar, maka 300 dinar adalah upah bekerja selama 300 hari. Maka butuh waktu 10 bulan untuk mendapatkan minyak itu, di luar biaya makan dan kebutuhan lain. Tetapi jika ia menggunakan upahnya untuk biaya makan dan lain-lain maka butuh waktu 1 tahun lebih bekerja baru bisa membeli minyak itu. Ada penafsir yang mengatakan bahwa mungkin minyak itu bukan diperoleh dari hasil kerja keras, tetapi pemberian orang tuanya untuk hari perkawinannya atau pemberian seperti warisan sehingga ketika orang tuanya meninggal dia dapat menjualnya agar dapat bertahan hidup. Minyak inilah yang dipakai Maria untuk meminyaki Kristus. Kita tidak dapat melihatnya sebagai minyak biasa, tetapi minyak itu adalah segala- galanya yang telah dimiliki oleh Maria. Hal yang paling berharga yang ia miliki itulah yang dia berikan kepada Kristus dan Yudas justru marah karena Maria mempersembahkan yang paling berharga yang ia miliki. Saya kira minyak itu bukanlah yang paling berharga tetapi hal yang paling personal karena berkaitan dengan perjuangannya selama bertahun- tahun. Bahkan jika minyak itu adalah pemberian orang tuanya, maka hal ini berbicara mengenai kenangan masa lalunya. Minyak itu dapat berbicara mengenai apa yang kita perjuangkan hari ini dan juga dapat berbicara mengenai hal-hal yang indah yang merupakan kenangan masa lalunya. Dan jika minyak itu disiapkan untuk masa depannya, berarti Maria sedang melepaskan dan mempertaruhkan seluruh hidupnya untuk Kristus. Inilah korban yang hidup. Persembahan yang kita berikan jika lahir dari hati dan itulah yang terbaik yang kita miliki biasanya melibatkan rasa sakit. Semua korban pasti melibatkan darah. Semua korban pasti melibatkan nyawa. Apa yang membuat Maria berlaku sedemikian? Saya kira ada dua alasan:

Pertama, Dia mengenal Kristus dengan benar (Yoh. 12:7). Ada sebuah pengenalan yang dalam terhadap Yesus Kristus melampaui pengenalan murid-murid (Mrk. 14:8-9). Memang itu yang seharusnya dilakukan oleh Maria dan hanya itu yang dapat dia lakukan. Dia telah memberikan yang terbaik yang bisa ia lakukan. Oleh sebab itu di manapun Injil diberitakan, Maria harus disebut namanya untuk menjadi contoh dan teladan bagi kita. Tetapi contoh dan teladan ini lahir dari pengenalan yang mendalam terhadap Yesus Kristus. Maria mengenal Mesias sebagaimana yang diceritakan PL, yaitu Mesias yang mulia tetapi juga Mesias yang menderita. Banyak orang yang tidak memahami hal ini, namun Maria memahami Kristus sebagai Mesias yang menderita sehingga minyak narwastu yang ia berikan adalah untuk mempersiapkan kematian Kristus. Pemahaman yang sangat mendalam, jauh lebih mendalam dari orang lain termasuk murid-murid yang setiap hari mengikuti Dia dan pemahaman ini membuatnya mengurapi Yesus untuk mempersiapkan kematian-Nya. Pertanyaannya adalah, dari mana dia mendapatkan semua pemahaman itu?

Kedua, Maria adalah perempuan yang tekun untuk duduk di kaki Kristus mendengarkan apa yang Dia ajarkan. Sehingga perjumpaan dengan Kristus yang pertama adalah melalui pengajaran-pengajaran yang diberikan Kristus kepada Maria. Allah membuka pikiran Maria sehingga ia mengerti siapa Yesus Kristus. Tetapi ini adalah contoh bagi kita. Jika kita adalah orang yang mengalami keselamatan melalui kematian dan kebangkitan Kristus, jika kita juga adalah orang- orang yang telah dibangkitkan oleh Kristus dari kematian secara spiritual dan kita mengenal Dia yang telah mati dan bangkit bagi kita, maka tidak mungkin kita tidak melayani Dia. Tidak mungkin kita tidak masuk ke dalam gereja dan melayani Dia melalui pelayanan kepada sesama. Semua murid Kristus pasti melayani meskipun semua yang melayani bukanlah murid Kristus.

N. T. Wright mengatakan bahwa jika memang kita melihat dan mengenal Allah yang sejati, Allah yang mulia, Allah yang besar dan dahsyat itu, maka tidak mungkin kita tidak ditarik oleh Dia, tidak mungkin kita tidak mencintai Dia, tidak mungkin kita tidak terpesona oleh Dia, dan kemudian kita datang dan meletakkan segala sesuatu yang kita miliki sebagai persembahan bagi Dia. Pengenalan terhadap Allah tidak mungkin tidak bermuara kepada tindakan untuk melayani Dia. Dan salah satu cara bagi kita untuk melayani Dia adalah kita melayani sesama. Yudas melihat apa yang dilakukan oleh Maria sebagai pemborosan, tetapi Yudas lupa bahwa hal ini keluar dari cinta kasih kepada Allah. Cinta kasih kepada Allah membuat Maria dapat melakukan sesuatu yang menurut Yudas adalah tindakan bodoh. Maria memberi yang terbaik kepada Kristus yang dikasihinya. Ini adalah hal yang pantas, apalagi dia tahu bahwa Yesus telah memberikan segalanya. Tetapi saya kira bukan hanya itu. Ada satu motivasi yang begitu kuat yang mendorongnya untuk menyerahkan semua yang dia miliki kepada Kristus, yaitu karena ada ucapan syukur dan sukacita karena dia telah dilepaskan dari neraka.

John Stott mengatakan bahwa esensi dari neraka adalah keterpisahan dari Allah. Semua manusia adalah orang berdosa termasuk Maria. Jika Kristus datang dan menyelamatkan dia, maka Kristus ini akan melepaskan dia dari neraka yang sesungguhnya, yaitu keterpisahan dari Allah dan penghakiman di akhir zaman. Kristus melepaskan Maria dari neraka. Secara personal Maria terlepas dari neraka, tetapi juga Maria melihat bahwa Yesus membangkitkan Lazarus. Tidak ada yang lebih menyakitkan dari pada kehilangan relasi yang sangat kita inginkan. Maria sangat berdukacita ketika dia kehilangan Lazarus, tetapi Yesus datang dan membangkitkan Lazarus sehingga kita dapat melihat sukacita yang besar. Bukan hanya keselamatan, tetapi Kristus membawa kembali Lazarus, saudara laki-laki yang mereka kasihi dan mereka cintai itu. Luka yang terlalu dalam karena kehilangan orang yang dicintai itu dipulihkan dalam waktu yang seketika. Ini adalah anugerah yang tidak layak untuk didapatkan. Neraka dan kematian adalah konsekuensi logis dari dosa. Maria tidak dapat protes jika seandainya dia masuk ke neraka. Maria juga tidak dapat protes jika seandainya Lazarus tidak dibangkitkan oleh Yesus Kristus. Tetapi jika Yesus Kristus menyelamatkan dia dan membangkitkan Lazarus, maka Yesus telah memberi lebih dari apa yang seharusnya. Karena cinta-Nya kepada kita, Dia memberi lebih dari apa yang seharusnya. Bapa memberikan Anak dan Anak memberikan tubuh-Nya bagi kita. Saya kira inilah yang dilihat oleh Maria sehingga Maria mau memberikan segalanya, baik masa kininya atau masa depannya. Semua ia letakkan di kaki Kristus. Apakah kita juga demikian?

Mengapa Yesus memanggil orang masuk ke dalam gereja? Karena di dalam gereja seharusnya ada orang- orang yang sedemikian sehingga ketika orang luar masuk, mereka menemukan kesaksian Maria di dalam kehidupan kita, di dalam kesaksian gereja kita.

Sering kali kita memanggil orang untuk datang ke gereja agar dia mendengar Injil dan diselamatkan, lalu kita tidak begitu peduli dengan apa yang menjadi kesaksian yang seharusnya. Seharusnya kita sadar bahwa Allah memanggil kita supaya terjadi hal yang sedemikian. Gereja adalah tempat seperti bengkel agar orang berdosa datang mendengar Injil dan kemudian diubahkan. Tetapi juga bagi orang luar gereja seharusnya menjadi showroom, di mana orang luar dapat melihat kehidupan pribadi yang telah diubahkan oleh Kristus. Hal ini terjadi di dalam jemaat mula-mula. Hal ini terjadi di dalam Kis. 2-4 di mana banyak orang yang tertarik melihat kehidupan gereja mula-mula. Jika ada orang-orang yang seperti Maria, saya yakin gereja itu adalah gereja yang sangat diberkati.

Tokoh kedua yang akan kita bahas adalah Marta. Allah kita disebut sebagai Allah Tritunggal. Berkali-kali Yesus memberikan gambaran bahwa relasi Allah Tritunggal adalah sebuah relasi yang begitu indah karena di dalam relasi Allah Tritunggal mengatakan bahwa Bapa mengasihi Anak dan Anak mengasihi Bapa. Istilah “mengasihi” berarti kita keluar dari diri kita untuk memberi diri bagi orang lain. Sama seperti Maria, dia keluar dari isolasi dan kemudian melayani Kristus. Relasi Allah Tritunggal terekspresi di dalam hal ini. Setiap pribadi saling mempermuliakan. Bapa mempermuliakan Anak, dan Anak mempermuliakan Bapa. Setiap pribadi memberi diri untuk melayani satu dengan yang lain. Jika masing-masing keluar dari diri untuk menyatakan cinta, masing-masing keluar dari diri untuk melayani satu sama lain, kita dapat membayangkan bahwa ada sukacita sempurna di dalam relasi Allah Tritunggal. Itu sebabnya kita dapat mengatakan bahwa Allah kita adalah kasih. Kita juga dapat menyebut Allah kita sebagai sukacita itu sendiri. Allah bukan sekedar sumber sukacita, tetapi Dia adalah sukacita itu sendiri. Allah bukan hanya sumber kasih, tetapi Dia adalah kasih itu sendiri. Di dalam diri Allah Tritunggal sudah ada kasih dan sukacita, sehingga sebenarnya tidak ada kekosongan yang perlu kita isi. Ketika Dia memanggil kita untuk melayani Dia, Dia bukan memanggil kita untuk mengisi kekosongan pada diri-Nya, seolah Dia kekurangan sukacita. Justru dosa dan pelanggaran kita merusak sukacita, tetapi Allah tetap mengundang kita untuk masuk ke dalam persekutuan dengan Dia dan melayani Dia. Meskipun kita terus melukai Dia, undangan itu tetap diberikan bagi kita. Bukan untuk mengisi kekosongan yang ada di dalam diri-Nya, tetapi supaya kita masuk ke dalam gereja lalu kita saling melayani dan menikmati pelayanan dari Allah dan kita juga ikut berbagian di dalam sukacita ilahi.

Tidak mungkin kita bertumbuh di dalam isolasi. Tidak mungkin kita hanya bisa bertumbuh dengan membawa diri masuk ke dalam gereja. Allah memanggil kita masuk ke dalam persekutuan dengan Dia untuk menikmati sukacita sorgawi dan setelah itu kita membagikan sukacita sorgawi itu. Namun sayangnya dosa telah membuat kita menolak panggilan Allah ini. Dosa membuat kita cenderung menolak panggilan Allah untuk menikmati sukacita di dalam Dia dan di dalam persekutuan. Dosa membuat kita cenderung mengisolasi diri.

Pada awal pandemi kita dipaksa untuk beribadah secara online. Bukankah kita bergumul akan hal ini? Tetapi sekarang justru kita merasa nyaman beribadah di rumah. Dosa membuat kita cenderung untuk mengisolasi diri. Bukan hanya mengisolasi diri, tetapi jika bisa, kita bukan hanya tidak berkorban untuk orang lain tetapi kita mengorbankan orang lain untuk diri kita. Segala sesuatu diarahkan kepada diri kita. Pandemi ini mengubah banyak hal tetapi kita harus melihat kepada Kristus. Kristus adalah teladan bagi kita dan kita yang bertumbuh selalu dikatakan menjadi serupa seperti Kristus. Kristus adalah pribadi yang tidak berpusat kepada diri-Nya sendiri. Dia tidak mengorbankan kita untuk diri-Nya, padahal seharusnya kita memberikan segalanya kepada Dia. Namun sebelum kita memberikan segalanya bagi Dia, Dia sudah memberi segalanya bagi kita. Oleh sebab itu kita dapat melihat sendiri bahwa Yesus tidak terisolasi. Allah yang sejati selalu ada di dalam persekutuan, oleh sebab itu Dia memanggil kita untuk menikmati persekutuan. Allah yang sejati ini adalah Allah yang memberi contoh kepada kita. Dia tidak tinggal di dalam isolasi, tetapi Dia keluar dan memberi yang terbaik bagi kita. Dialah teladan bagi kita. Mari kita belajar dari Marta karena Marta menggenapi panggilan Tuhan ini, yaitu keluar dari diri dan kemudian melayani.

Di dalam Luk. 10:38-42 kita melihat Maria yang menempuh jalan via contemplativa (melayani Kristus dengan cara duduk dan belajar), tetapi Marta menempuh jalan via activa. Dia adalah orang yang bekerja keras. Memberi makan 13 orang pasti membuat ia sibuk dan orang yang sedang sibuk itu pasti akan jengkel melihat orang lain duduk santai. Memang dalam konteks tertentu hal ini sulit, tetapi apakah bekerja keras itu salah sehingga Yesus akhirnya marah kepada Marta? Saya kira Yesus tidak mengecam Marta dengan keras karena Alkitab memberitahu kepada kita untuk bekerja keras. Ternyata ketika Marta mengerti, ia bekerja keras dan memberi segala sesuatu yang dia miliki.

Sepanjang hidup kita bekerja melibatkan kerja keras. Yesus Kristus tidak mengecam hal itu. Yesus juga tidak mengecam pelayanan. Tetapi yang Yesus kecam hari itu adalah prioritas yang salah untuk dua hal:

Pertama, Marta memprioritaskan bekerja tanpa pengetahuan atau pengertian. Dia melayani Kristus dan murid-murid dengan kerja keras tetapi dia tidak pernah paham siapa yang dia layani. Rajin tetapi tidak mengerti apa-apa, maka kerajinannya akan merusak. Inilah yang dikecam Kristus.

Di dalam gereja kita terlalu rajin melayani namun kita tidak mengerti apa yang kita kerjakan. Lalu untuk apa kita mengerjakannya? Percuma. Maka Yesus menyuruh Marta agar seperti Maria karena Maria mengerjakan apa yang seharusnya. Lantas tidak juga kita belajar firman setiap hari dan tidak melakukan apa-apa.

Kedua, Marta bekerja keras hari itu untuk dirinya sendiri. Memang pada waktu itu hospitality adalah hal yang penting. Jadi kerja keras Marta adalah kerja keras untuk mengatasi rasa malunya. Karena Marta tidak mengenal pribadi Yesus, maka segala sesuatu yang dia perjuangkan adalah untuk dirinya sendiri. Melayani 13 orang tanpa hati dan tanpa pengertian. Bagi saya, pelayanannya hari itu adalah pelayanan yang dikerjakan untuk mendapatkan identitas dirinya. Ini adalah sebuah bahaya besar. Suatu saat ketika kita melayani dan Tuhan izinkan kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, kita akan kecewa dan meninggalkan Dia karena memang semua dilakukan tanpa pengertian dan tanpa pengenalan terhadap Allah.

Kita dipanggil untuk bekerja keras dengan pengenalan terhadap Allah, tetapi pada saat yang sama kita juga berjuang untuk Tuhan, bukan untuk diri. Kita juga belajar bahwa Marta bekerja keras, tetapi dia juga adalah orang yang rapuh. Dia berkata jika Yesus ada bersama mereka maka Lazarus tidak akan mati. Yoh. 11:24-27 menunjukkan iman dan pengharapan yang begitu luar biasa dan Yoh. 11:22 berbicara mengenai pengharapan tertentu terhadap Yesus Kristus. Ada iman tetapi pada saat yang sama rapuh (Yoh. 11:39). William Hendriksen berkata bahwa pergumulan dan dukacita yang mendalam sering kali mengguncang iman kita dan membuat pengharapan menjadi kabur karena mata kita tertuju kepada kematian dan pergumulan itu. Maria dan Marta goncang karena mata mereka tertuju kepada kuburan dan mayat Lazarus. Mereka gagal untuk melihat kepada Allah yang menyatakan diri di dalam Kristus. Lalu kapan Marta diubahkan?

Di dalam Yoh. 12:1-2 Marta melakukan pekerjaan yang sama. Bagian ini konteksnya juga adalah perjamuan. Berarti bukan hanya 13 orang, tetap di tambah Lazarus dan orang-orang Yahudi yang datang untuk melihat apa yang terjadi. Jadi ada sebuah pesta besar yang dihadiri lebih dari 13 orang dan kali ini Marta melayani tanpa komplain. Maria tidak membantu Marta, tetapi ia sibuk meminyaki kaki Yesus dan Marta tidak komplain padahal orang yang ia layani lebih banyak. Posisinya tetap sama seperti cerita sebelumnya, tetapi sekarang tidak ada komplain. Marta melayani dan tidak peduli apa yang orang lain katakan, bahkan ketika Yudas komplain terhadap apa yang dilakukan Maria (meminyaki kaki Yesus dengan narwastu), Marta tetap diam. Mata Marta telah dipalingkan oleh Kristus dari pergumulan dan dari diri sendiri kepada pribadi Kristus. Sekarang dia paham bahwa yang dia layani benar-benear Mesias Anak Allah. Jika dia memiliki pemahaman siapa Allah yang dia layani, maka semua yang dia kerjakan adalah demi Kristus. Dengan pengertian ini maka dia mengerjakannya dengan ucapan syukur. Maria melayani karena dia tahu siapa Kristus dan sekarang Marta tidak komplain karena dia melayani dengan pengetahuan siapa Kristus. Jika kita melayani dengan mengerti Kristus dan karya-Nya, maka seharusnya kita adalah orang-orang yang berdiri seperti Marta, yaitu melayani tanpa persungutan.

Ketika melayani pasti kita berhadapan dengan pengorbanan dan kesakitan, tetapi kita dapat bertahan jika kita masih dapat melihat Kristus yang hidup di dalam gereja dan hidup di dalam kehidupan kita.

Ketiga, cerita mengenai Lazarus tidak dicatat dengan detil. Dia tidak berkata-kata dan tidak berbuat apa- apa, hanya mati, dibangkitkan, dan ada di dalam perjamuan makan bersama Yesus. Mungkin sering kali orang-orang dapat mengabaikannya karena memang dia diam. Tetapi jika kita melihat konstruksi cerita ini, dia adalah orang yang penting. Tuhan memakai orang yang sedemikian, bahkan juga di dalam gereja. Kita melihat Allah yang bekerja memakai alam semesta yang diam ini untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Allah yang sedemikian sanggup untuk memakai seluruh umat pilihan-Nya dengan segala kapasitas dan kemampuannya untuk kemuliaan Dia. Maka seluruh karakter kita perlu diserahkan dan dikuduskan Tuhan untuk dipakai demi kemuliaan Dia. Pelayanan Lazarus sangat efektif. Yoh.12:9-11 menceritakan bahwa karena Lazarus dibangkitkan maka banyak orang meninggalkan pemimpin agama dan menjadi percaya kepada Yesus. Oleh sebab itu Lazarus juga ingin dibunuh mati oleh pemimpin agama. Orang yang diam ini cukup efektif di tangan Tuhan untuk membuat banyak orang Yahudi percaya kepada Yesus sementara murid-murid yang setiap hari mengikut Yesus belum tentu membuat banyak orang percaya kepada Yesus.

Seorang penafsir mengatakan bahwa Yoh. 11:45-46, 53; 12:5-11 mencatat mengenai kesaksian yang muncul karena keserupaan Lazarus dengan Kristus. Dia merepresentasikan Kristus. Oleh sebab Kristus menjadi target pembunuhan, maka Lazarus juga demikian. Lazarus tidak banyak berbicara tetapi Lazarus menggunakan jubah Kristus dengan benar.

Sebuah kesaksian yang efektif terkadang nampak di dalam kerja keras kita, nampak di dalam pelayanan kita, tetapi seharusnya juga nampak di dalam kehidupan keseharian kita. Allah mengubah segala sesuatu di dalam kehidupan kita.

Tiga bentuk pelayanan ini ada di dalam diri Maria, Marta, dan Lazarus. Lalu, apakah kita harus belajar seperti Maria? Apakah kita harus bekerja seperti Marta? Atau kita berjuang agar kesaksian hidup kita baik seperti Lazarus? Kita harus ada di posisi yang mana? Kita harus memperjuangkan ketiganya. Orang Kristen adalah orang yang belajar untuk mengenal siapa Allahnya, orang Kristen adalah orang yang melayani Allah yang dia kenal, orang Kristen adalah orang yang memperjuangkan seluruh dimensi hidupnya serupa dengan Kristus.

Mengapa Yesus menyuruh orang untuk masuk ke dalam gereja? Mengapa para rasul menggiring orang untuk masuk ke dalam gereja yang di dalamnya ada anak sulung? Karena Allah tahu, karena para rasul tahu dan seharusnya semua pemimpin gereja juga tahu bahwa di dalam gereja ada orang-orang yang belajar tentang Kristus sehingga jika kita masuk ke dalamnya, kita juga dapat belajar tentang Allah melalui mereka. Karena di dalam gereja juga ada orang-orang yang melayani Kristus sehingga jika kita masuk ke dalamnya, kita dilayani oleh mereka dan kemudian digerakkan untuk melayani bersama-sama dengan mereka.

Kita harus masuk ke dalam gereja karena di dalam gereja Allah menempatkan orang-orang yang seperti Lazarus, di mana hidupnya seperti Kristus sehingga melalui kesaksian hidup mereka, kita semakin mengenal Kristus. Seharusnya tiga hal ini juga ada pada kita sehingga ketika kita telah berdiam di dalam gereja, orang lain dapat mengenal Kristus melalui kita dan mereka ditarik untuk melayani bersama-sama dengan kita. Atau mungkin kita dipanggil untuk menjadi orang seperti Lazarus yang merepresentasikan Kristus di dalam seluruh dimensi hidup kita.

Tiga tokoh ini berjumpa dengan Yesus, sang kebangkitan dan hidup, dan Allah mengubah segalanya. Seharusnya ketika kita menjadi orang Kristen di dalam gereja, maka kita juga mengalami perubahan ini.

Kita memulai dengan berbicara mengenai siapa Kristus dan karya-Nya. Kita telah berbicara mengenai apa yang terjadi di dalam hati dan pikiran kita jika seandainya kita berjumpa dengan Dia. Hari ini kita berbicara mengenai bagaimana hidup kita di dalam gereja. Lalu, apakah kita telah benar-benar berjumpa dengan Kristus?

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – YC)